Bimbinglah Keluargamu Menunaikan Shalat
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوَى، وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدَى،
وَالَّذِيْ أَخْرَجَ المَرْعَى، فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى، رَبِّ كُلِّ
شَيْءٍ وَمَلِيْكِهِ وَمُدَبِّرِهِ وَمُصَرِّفِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا نِدَّ وَلَا
شَبِيْهَ وَلَا نَظِيْرَ وَلَا مَثِيْلَ، وَهُوَ السَّمِيْعُ البَصِيْرُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بَيْنَ يَدَيَّ
السَّاعَةِ بِالْحَقِّ لِيَكُوْنَ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، وَهِدَايَةً
لِلْغَاوِيْنَ، وَحُجَّةً عَلَى المُعَانِدِيْنَ، فَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنِ،
وَعَلى المُقْتَدِيْنَ بِهِ وَبِهِمْ إِلَى يَوْمِ الجَزَاءِ وَالمَصِيْرِ.
أَمَّا بَعْدُ،:
Ibadallah,
Sebuah perintah ilahi dan arahan Rabbani yang agung. tetapi disikapi
oleh kebanyakan manusia dengan mengabaikannya. Perintah tersebut adalah
firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala di akhir Surah Thaha.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha:132).
Ini merupakan perintah dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabinya Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan apapun yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada Nabinya
shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti itu juga sekaligus perintah bagi ummatnya selama belum ada dalil yang menunjukkan pengkhususannya bagi Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Perintah ini, tidak ada yang dalil yang menunjukkan pengkhususannya
berdasarkan kesepakatan para Ulama. Oleh karena itu, wajib bagi setiap
orang tua untuk benar-benar memperhatikan anak-anak mereka, mengawasi
mereka dengan pengawasan yang ketat dalam perkara shalat ini. Karena
shalat adalah rukun yang terpenting setelah dua kalimat shahadat.
Tentunya, ini dilakukan oleh orang tua setelah dia sendiri menjaga
shalatnya dengan penuh perhatian, sabar dan terus berusaha sabar dalam
melaksanakannya, hingga dia menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Kemudian setelah itu, dia mulai mengawasi, memberi semangat putra-putri
mereka dalam menunaikan dan menjaga shalat tersebut, sebagaimana yang
deperintahkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Ayat yang mulia di atas menunjukkan dua kedudukan penting yang harus direalisasikan:
Pertama: Maqam memperhatikan diri sendiri yang diwujudkan dengan
menjaga shalat dan bersabar dalam melaksanakannya. Karena ada banyak hal
di dunia ini yang bisa memalingkan dan menyibukkan orang dari
malaksanakan dan menjaga shalat tepat pada waktunya. Ada yang
terlalaikan oleh tidurnya, yang lain terkalahkan oleh rasa malas, yang
lain lagi tersibukkan oleh permainan dan perbuatan sia-sia lainnya dan
banyak lagi contohnya. Intinya, yang melalaikan itu sangatlah banyak
sementara untuk menggapai maqam (kedudukan/peringkat) ini diperlukan
kesabaran dan keseriusan agar bisa menjadi orang selalu melaksanakan
shalat dan selalu menjaganya. Karena maqam ini memerlukan kontinuitas
(kebersinambungan) tanpa ada rasa bosan dan lelah, maka tidak banyak
orang yang bisa bertahan pada maqam ini. Al-Hafiz Ibnu Hajar
rahimahullah saat menjelaskan hadits:
أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلى اللهِ قَالَ: الصَّلاةُ عَلى وَقْتِها قَالَ: ثُمَّ أَيّ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوالِدَيْنِ
Amalan apakah yang paling disukai oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala ? Nabi bersabda, ‘Shalat pada waktunya.’ Shahabat bertanya, ‘Kemudian apa?’ Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kemudian berbakti kepada orang tua.’
Beliau
rahimahullah berkata, “… hanya saja kesabaran dalam
menjaga shalat dan melaksanakannya tepat pada waktunya, juga kesabaran
dalam menjaga bakti kepada orang tua merupakan perkara yang harus terus
menerus dilakukan, dan tidak ada yang mampu bersabar dalam melakukannya
kecuali orang-orang yang jujur dalam keimanannya.”
Kedua: Maqam memperhatian orang-orang yang berada dibawah tanggung
jawabnya seperti keluarga dan anak-anaknya. Maqam ini diwujudkan dengan
mendidik mereka agar menjaga dan memperhatikan shalat, dan selalu
memonitor mereka dalam permasalah yang agung ini.
Semakna dengan ayat yang mulia di atas yaitu hadist yang diriwayatkan
oleh Abu Daud (di dalam Sunannya) dari hadist Abdullah bin Amru bin Ash
radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah besabda:
مُرُوا أوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ،
وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا ، وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا
بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melakukan shalat ketika mereka
berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka saat mereka berumur sepuluh
tahun jika mereka meninggalkannya, serta pisahkan mereka (antara laki
dan perempuan) ditempat tidur.” (HR. Ahmad dan Hakim).
Hadist di atas menunjukkan keharusan untuk melakukan pengawasan dan
monitoring sejak usia dini dari kehidupan mereka. Semenjak umur tujuh
tahun, anak-anak sudah diperintahkan, dianjurkan, serta dimotivasi untuk
melaksanakan shalat, dan takala mereka berumur sepuluh tahun apabila
mereka melalaikan (meremehkan), dan menyianyiakan shalat maka mereka
hendaknya dipukul dengan pukulan yang mendidik bukan pukulan yang
menyakiti.
Masalah shalat merupakan masalah yang sangat agung. Apabila kita
lihat dan memperhatikan realita yang ada di rumah-rumah kebanyakan orang
zaman ini, maka kita dapati kebanyakan orang tua lah yang melalaikan
masalah ini. Para bapak meremehkan dan melalaikan shalat, sehingga
mereka tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam menjaga shalat.
Akhirnya, orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya tumbuh dan
berkembang menjadi generasi yang melalaikan dan meremehkan shalat,
karena sesungguhnya anak-anak akan tumbuh dan berkembang berdasarkan
contoh yang mereka dapatkan dari orang tua mereka.
Tindakan mengabaikan pendidikan shalat terhadap anak ini termasuk
kejahatan yang tidak ada bandingannya. Tindakan jahat dalam masalah
shalat ini merupakan kejahatan yang besar.
Perhatikanlah perkataan Imam Ibn Qayyim
rahimahullah yang beliau
rahimahullah khusus kepada orang tua dalam permasalahan ini. Beliau
rahimahullah
mengatakan, “Barangsiapa melalaikan pendidikan anak, tidak mengajarkan
mereka hal- hal yang bermamfaat baginya serta dia membiarkan anaknya
begitu saja, maka sungguh dia telah berlaku sangat buruk pada anaknya.
Dan kerusakan pada anak terjadi karena sebab kelalain orang tua mereka
dalam mengajarkan kepada mereka hal-hal yang wajib di dalam agama ini
dan hal-hal yang sunnah. Mereka (para orang tua-pent) menyianyiakan
anak-anak mereka tatkala mereka masih kecil hingga mereka tidak mampu
memberi mamfaat kepada diri mereka sendri, serta tidak akan pernah bisa
memberi manfaat kepada orang tua mereka tatkala mereka dewasa.”
Ini merupakan situasi yang sangat penting (gawat) yang memerlukan
kesungguhan, sebuah situasi yang mengharuskan orang tua memperhatikan
dirinya peribadi terlebih dahulu kemudian memperhatikan orang yang
berada dibawah tanggung jawabnya seperti keluarga dan anak-anaknya,
mengajarkan mereka shalat, dan mengajak mereka untuk senantiasa menjaga
shalat.
Untukmu Wahai anak-anak!
Wahai anak yang diberi taufik oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala!
Apabila Allah memuliakanmu dengan memberikan kepadamu orang tua yang
selalu memberikan perhatian kepadamu dalam permasalahan shalat,
menganjurkan, serta memotivasimu, maka hati-hatilah jangan sampai kamu
merasa direpotkan oleh orang tuamu; Janganlah engkau merasa marah karena
pengawasannya padamu!
Demi Allah sesungguhnya orang tuamu itu sedang berusaha untuk menjauhkanmu dari murka Allah
‘Azza wa Jalla, dan berusaha untuk menghantarkan kamu kepada keridhaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Karena sesungguhnya Allah
‘Azza wa Jalla tidak akan ridha denganmu sampai kamu termasuk dari orang-orang yang melaksanakan dan menjaga shalatnya.
Perhatikanlah pujian Allah yang sangat harum kepada Nabi-Nya Ismail
‘alaihissallam.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
“Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat,
dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Rabbnya.” (QS. Maryam: 55).
Nabi Ismail
‘alaihissallam orang yang diridhai oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala , karena dia melakukan segala sebab yang bisa mendatangkan keridhaan Allah
‘Azza wa Jalla,
dan diantara sebab yang paling agung adalah memperhatikan shalat dengan
menjaga dan terus menjaganya, serta mengajarkan kepada keluarga
kebiasaan menjaga shalat.
Imam Malik
rahimahullah meriwayatkan dalam kitabnya Muwattha dari Zaid bin Aslam
radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya, bahwasanya Umar bin Khattab
radhiyallahu ‘anhu melakukan qiyamul lail (shalat malam) sebanyak bilangan yang Allah
‘Azza wa Jalla kehendaki. Tatkala berada di akhir malam, beliau
radhiyallahu ‘anhu membangunkan keluarganya untuk melakukan shalat. Beliau
radhiyallahu ‘anhu membacakan kepada mereka firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik)
itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِيْمَا سَمِعْتُمْ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ العَظِيْمِ الجَلِيْلِ، اَلْغَفُوْرِ الرَّحِيْمِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتَمِ رُسُلِهِ وَأَفْضَلِهِمْ، وَآلِهِ
وَأَصْحَابِهِ، وَتَمَمِ بِالتَّابِعِيْنَ لَهُ بِإِحْسَانٍ.
وَبَعْدُ، أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ:
Kaum muslimin rahimakumullah,
Perhatikanlah dan renungilah keadan dan sikap para assalafus shalih
radhiyallahu ‘anhum terhadap arahan agung dari Allah
‘Azza wa Jalla
ini ! Kemudian, bandingkanlah realita keadaan ummat manusia yang
cendrung melalaikan, menyia-nyiakan arahan ini, serta keengganan mereka
untuk menunaikan kewajiban yang agung ini.
Alangkah perlunya kita dalam permasalahan ini untuk menjadi
pribadi-pribadi yang menjaga shalatnya, kemudian mengawasi anak-anak
kita dalam melaksanakannya!
Alangkah butuhnya kita untuk selalu memohon kepada Allah
‘Azza wa Jalla agar menjadikan kita dan anak-anak kita termasuk orang-orang yang melaksanakan dan selalu menjaga shalatnya.
Diantara doa yang paling agung dalam permasalah ini adalah doa Nabi Ibrahim
‘alaihissallam:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat! Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku.” (QS. Ibrahim:
40).
Kita memohon kepada Allah
‘Azza wa Jalla agar memberikan
taufiq kepada kita dalam menjaga shalat, dan memperbaiki keadaan
anak-anak kita, serta menjadikan kita dan mereka termasuk dari
orang-orang yang mendirikan shalat.
اِعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ فَقَالَ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى (إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)،
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ
اَلرَّاشِدِيْنَ،اَلْأَئِمَّةَ المَهْدِيِيْنَ، أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ،
وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ
التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً
وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ
بَارِكْ لَنَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا فِيْهِ
القُوَّةَ وَالاِحْتِسَابَ العَمَلَ الصَالِحَ، اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا مِنْ
فَضَائِلِهِ وَمَغَانِمِهِ مَا يَسَرْتَهُ لَنَا، اللَّهُمَّ أَعِنَّا
عَلَى صِيَامِهِ وَقِيَامِهِ وَحِفْظِ أَيَّامِهِ مِنَ الخَلَلِ
وَالضَيَاعِ، (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ)، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْهُمْ
هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ غَيْرَ ضَالِّيْنَ وَلَا مُضِلِّيْنَ، اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ بِطَانَتَهُمْ وَأَبْعَدْ عَنْهُمْ بِطَانَةً السُوْءِ
وَالمُفْسِدِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)، فَاذْكُرُوْا اللهَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Oleh Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr
(Diadaptasi dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVII/1434H/2013M).