Saling Menghargai Antar Sesama Pengguna Jalan
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ،
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ
ومُبلِّغُ النَّاسِ شَرْعَهُ، مَا تَرَكَ خَيْرًا إِلَّا دَلَّ الْأُمَّةَ
عَلَيْهِ وَلَا شَرًّا إِلَّا حَذَّرَهَا مِنْهُ فَصَلَوَاتُ اللهِ
وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ:
اَتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ، وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرِ أُمُوْرِ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ.
وَتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا عَمَلٌ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ
اللهِ رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكٌ لِمَعْصِيَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ
مِنَ اللهِ خِيْفَةَ عَذَابِ اللهِ .
Ibadallah,
Di antara nikmat besar dari Allah kepada kita dalam kehidupan
beragama ini adalah Dia menjadikan agama ini menjaga hal-hal yang
maslahat bagi para hamba. Agama ini menjaga hak-hak sesama hamba.
Seorang hamba dijamin kebahagiaannya dalam agama ini, jikalau mereka
menegakkan hak-hak saudara mereka sesama muslim. Yaitu hak-hak yang
telah digariskan oleh agama yang penuh berkah ini. Karena agama kita
adalah agama yang menjaga hak dan memperhatikan kemaslahatan.
Ibadallah,
Di antara contoh yang sangat menarik yang Islam ajarkan kepada kita
dalam menjaga hak-hak sesama saudara kita adalah bimbingan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sai’d al-Khudri
radhiallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ فِي الطُّرُقَاتِ )) قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَا لَنَا بُدٌّ مِنْ مَجَالِسِنَا نَتَحَدَّثُ فِيهَا ، قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (( فَإِذَا أَبَيْتُمْ
إِلَّا الْمَجْلِسَ فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ )) قَالُوا وَمَا
حَقُّهُ ؟ قَالَ (( غَضُّ الْبَصَرِ ، وَكَفُّ الْأَذَى ، وَرَدُّ
السَّلَامِ ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ ، وَالنَّهْيُ عَنْ
الْمُنْكَرِ)).
“Janganlah kalian duduk-duduk di (tepi) jalanan.” Para sahabat
bertanya, “Sesungguhnya kami perlu duduk-duduk untuk
berbincang-bincang.” Beliau berkata, “Jika kalian tidak bisa melainkan
harus duduk-duduk, maka berilah hak jalan tersebut.” Mereka bertanya,
“Apa hak jalan tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Menundukkan pandangan, tidak mengganggu (menyakiti orang), menjawab
salam, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”.
(HR. Bukhari dan Muslim).
Ibadallah,
Lima hal ini dituntunkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada kita, lima hal ini dikenal dengan istilah hak-hak jalan. Dan
kelimanya bukan berari membatasi hak-hak jalan itu hanya ada lima saja.
Hak-hak jalan banyak sekali dan lima hal ini adalah di antaranya. Oleh
karena itu, terdapat hadits lain dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam permasalahan ini. Seperti menunjuki dalam hal kebaikan, menolong orang yang dizalimi, dan lain-lain.
Ibadallah,
Sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini
“berilah hak jalan tersebut” adalah sebuah prinsip penting dalam hak-hak
tersebut, lalu beliau memberikan beberapa contoh di antaranya.
Ibadallah,
Jika saja orang-orang yang duduk-duduk di pinggir jalan mempraktikkan hal ini niscaya keadaan kaum muslimin akan baik.
Berilah hak jalan tersebut, adalah sebuah kalimat ringkas yang sarat
akan makna. Wajib bagi kita semua untuk memperhatikannya,
mempraktikannya dalam kehidupan kita dan sosialisasi kita di
masayarakat. Kita praktikkan tiap kali kita keluar dari rumah kita.
Setiap Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumahnya, beliau mengucapkan,
اللَّهمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلُّ ، أَوْ أَزلَّ
أَوْ أُزَلُّ ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمُ ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ
عَلَيَّ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari: aku tersesat, atau aku
menyesatkan, atau membuat tergelincir, atau aku digelincirkan, atau aku
menzalimi atau aku dizalimi, atau membodohi atau dibodohi.”
Apa yang beliau lakukan itu mempertegas akan kaidah dan prinsip agung
yang telah kita sebutkan tadi yakni berilah hak jalan tersebut.
Berilah hak-hak jalan adalah sebuah prinsip agung yang kita butuhkan
bersama. Perlu kita praktikkan dalam kehidupan kita agar kita selamat
dan aman dan demikian juga orang lain dapat merasakan keselamatan dan
keamanan dari perbuatan kita. Para ulama terdahulu sering berdoa,
اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي وَسَلِّمْ مِنِّي
“Ya Allah selamatkanlah aku dan selamatkanlah orang-orang dari gangguanku.”
Sekali lagi khotib tekankan, wajib bagi kita untuk memberikan hak-hak
jalan. Agar kehidupan yang bahagia dan sosialisasi antar sesama dengan
akhlak mulia dapat terwujud.
Ibadallah,
Kalau kita perhatikan keadaan masyarakat kita saat ini, kita
menyaksikan sebuah muamalah dan sosialisasi yang cukup memprihatinkan.
Banyak dari kita yang meremehkan hak-hak dan mengabaikan kewajiban. Di
antaranya, ada orang yang duduk sambil meminum jus atau memakan suatu
makanan, kemudian mereka membuang sampahnya ke jalanan. Bukankan tempat
itu akan dilewati oleh orang yang lebih tua darinya dan saudaranya
sesama muslim? Bukankah jalan-jalan itu akan dilalui tetangganya?
Dimanakah haknya jalan dan dimanakah haknya kaum muslimin?
Orang-orang yang membuang sampah sembarangan di jalanan tanpa kepedulian, manakah praktik mereka dari prinsip yang agung ini?
Hal-hal ini, yakni muamalah yang jelek yang kita lihat dilakukan
orang-orang dari mobil-mobil mereka ketika mereka mengendarainya di
jalanan. Mereka melakukan muamalah yang menimbulkan gangguan, tidak
memperhatikan hak jalan. Di antara mereka juga ada yang menimbulkan
suara yang bising baik dari suara kendaraan atau radio yang dikencangkan
volumenya. Ada juga yang kebut-kebutan dan mengabaikan rambu-rambu.
Bahkan sebagian pemuda melakukan aksi ugal-ugalan di jalanan, mereka
sama sekali tidak menghargai hak jalan dan pengguna jalan. Betapa banyak
hak orang yang dizalimi dan aturan-aturan yang dilanggar karena tingkah
pola yang demikian.
Ibadallah,
Contoh-contoh yang diberikan Nabi dan aturan-aturan yang maslahat
lainnya menunjukkan akan persamaan hak. Wajib bagi setiap muslim
bertakwa kepada Allah dalam urusan ini. Menjaga hak-hak saudaranya di
jalan raya.
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى هُدَاكَ وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ،
وَوَفِّقْنَا لِكُلِّ خَيْرٍ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.
أَقُوْلْ هَذَا الْقَوْلَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
Ibadallah,
Di antara teladan menarik lainnya dari bimbingan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjaga hak jalan adalah menajaga ketenangan orang lain. Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
keluar dari Arafah menuju Muzdalifah bersama rombongan kaum muslimin,
beliau memegang pendek tali kekang ontanya agar onta berjalan perlahan
dan tenang. Kemudian beliau bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ السَّكِينَةَ السَّكِينَةَ
“Wahai rombongan, berjalanlah dengan tenang, berjalan dengan tenang.”
Hal ini beliau lakukan sebagai realisasi menunaikan hak-hak jalan
sehingga orang-orang lain atau jamaah haji yang lain tidak terganggu.
Ketika jalanan padat, hendaknya kendaraan baik motor ataupun mobil
berjalan dengan tenang. Janganlah para pengemudi tidak peduli dengan
keselamatan dan hak orang lain. Jangan sampai para pengemudi membuat
pengguna jalan lainnya merasa terganggu dan terancam. Wajib bagi kita
semua untuk bertakwa keapda Allah
‘Azza wa Jalla dan mempraktikkan sabda Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam “Berilah jalan itu haknya”.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ وَفِّق جَمِيْعَ وُلَاةِ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِكُلِّ قَوْلٍ
سَدِيْدٍ وَعَمَلٍ رَشِيْدٍ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ
بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي
أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا
كُنَّا.
اَللَّهُمَّ وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنَا إِلَى
أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنثوْبَنَا
وَاجْعَلْ عَمَلَنَا فِي رِضَاكَ، وَوَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ يَا ذَا
الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وإنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ،
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتَ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad