Manfaatkan Kesempatan Sebelum Datang Keterlambatan
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَجَعَلَ فِي العُمْرِ
فُسْحَةٍ، وَفِي الْحَيَاةِ مُهْلَةٍ، أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ –
وَأَشْكُرُهُ عَلَى كُلِّ نِعْمَةٍ وَقُرْبَةٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ جَمَعَ قُلُوْبَ المُؤْمِنِيْنَ
عَلَى الْمَحَبَّةِ وَالأُلْفَةِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ قُدْوَةٍ
وَأُسْوَةٍ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْ
كَانَتْ صُحْبَتُهُمْ لِنَبِيِّهِمْ أَجَلَّ صُحْبَةٍ وَأَعْظَمُ فُرْصَةٍ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Kehidupan merupakan kesempatan, dan kehidupan berisi
kesempatan-kesempatan yang silih berganti yang tidak terhingga. Allah
menjalankan hamba-hambaNya dalam kesempatan-kesempatan tersebut,
kesempatan-kesempatan yang bervariasi, selalu hadir dalam segala bidang.
Ada kesempatan yang akhirnya merubah arah kehidupan, ada kesempatan
yang mendatangkan perubahan kehidupan menjadi lebih baik bagi orang yang
menggunakan kesempatan tersebut dan mengembangkannya.
Sebagian kesempatan tidak terulang lagi. Sebagian salaf berkata :
إذا فُتح لأحدكم بابُ فليُسْرعْ إليه، فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي مَتَى يُغلَقُ عَنْهُ
“Jika dibukakan bagi seorang dari kalian pintu kebaikan maka
bersegeralah menuju kepadanya, karena sesungguhnya ia tidak tahu kapan
ditutup pintu tersebut”
Kesempatan terkadang dalam bentuk ketaatan, atau amalan kebajikan
untuk membangun negeri atau pengembangan masyarakat, dan terkadang
kesempatan berupa kedudukan dan jabatan untuk ia gunakan demi membantu
kepada agama dan umat, dan terkadang kesempatan dalam bentuk
perdagangan.
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ مَعَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ
“Sebaik-baik harta yang baik adalah bersama hamba yang sholeh” (HR. Ibnu Hibban).
Kesempatan dalam kehidupan seorang mukmin terbuka terus sepanjang
hidup, tegak terus hingga saat-saat terakhir dari umurnya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
“Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari
kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat
untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Al-Bukhari di Al-Adab Al-Mufrod).
Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan
yang diikuti, dengan kesiagaannya selalu, pandangan beliau yang tajam
dan terang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan. Beliau selalu
memotivasi dalam ketaatan, memberi dorongan kepada hamba-hamba Allah,
memberi pengarahan dan tarbiyah. Suatu hari beliau membonceng Ibnu Abbas
–semoga Allah meridoinya- di belakang beliau, maka beliau berkata ;
“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepada engkau beberapa
perkataan, jagalah Allah maka niscaya Allah akan menjagamu, jagalah
Allah maka niscaya engkau akan mendapati Allah di hadapanmu, jika engkau
memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan
maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. at-Tirimidzi).
Tatkala beliau melihat tangan Umar bin Abi Salamah berkeliaran di tampan makanan, maka beliau berkata :
يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللهَ، وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ
“Wahai pemuda, ucaplah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah dari makanan yang dekat denganmu” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Adapun Abu Bakar ash-Shiddiq –semoga Allah meridhoinya-, maka beliau
telah bersegera dalam memanfaatkan kesempatan, maka beliau telah meraih
predikat “pelopor” dalam masuk Islam. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang beliau,
إِنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إِلَيْكُمْ فَقُلْتُمْ: كَذَبْتَ، وَقَالَ أَبُو
بَكْرٍ: صَدَقَ، وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَهَلْ أَنْتُمْ
تَارِكُو لِي صَاحِبِي ” –مرَّتّيْنِ-، قَالَ: فَمَا أُوذِيَ بَعْدَهَا
“Sesungguhnya Allah mengutus aku kepada kalian lalu kalian berkata :
“Engkau berdusta”, adapun Abu Bakar beliau berkata, “Muhammad telah
benar”, ia telah menolongku dengan jiwa dan hartanya. Maka apakah kalian
tidak meninggalkan gangguan terhadap sahabatku (yaitu Abu Bakar) demi
aku !! (Rasulullah mengucapkannya dua kali)”. Maka Abu Bakar tidak
pernah diganggu lagi setelah itu (HR. al-Bukhari).
Lihatlah Utsman bin ‘Affan –semoga Allah meridhoinya-, beliau
menggunakan kesempatan keberadaan para sahabat di kota Madinah, maka
beliaupun menjadikan semua orang bersatu dalam satu mushaf pada seorang
imam yang disepakati oleh para sahabat, lalu jadilah imam tersebut
adalah imam yang disepakati, maka Allah-pun menjaga kaum muslimin dengan
sebab imam tersebut dari banyak keburukan dan perselisihan.
Barangsiapa yang bersegera memanfaatkan kesempatan yang terbuka maka
ia akan mendahului selainnya beberapa tingkatan. Orang-orang yang
pertama kali masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshoor lebih afdol
dari pada orang-orang yang datang setelah mereka. Dan diantara mereka
ada para peserta perang Badar yang memiliki keutamaan yang tidak
dimiliki oleh selain mereka. Dan parang sahabat yang masuk Islam sebelum
Fathu Makkah, berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka,
memiliki keutamaan yang lebih daripada para sahabat yang melakukan hal
tersebut setelah Fathu Makkah. Allah berfirman,
وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (١٠)أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (١١)فِي
جَنَّاتِ النَّعِيمِ (١٢)ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ (١٣)وَقَلِيلٌ مِنَ
الآخِرِينَ (١٤)
“Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, mereka Itulah yang
didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan
besar dari orang-orang yang terdahulu, Dan segolongan kecil dari
orang-orang yang kemudian.” (QS. Al-Waqi’ah: 10-14).
Kesempatan-kesempatan emas berlalu begitu cepat, karena waktunya
sangat terbatas, cepat selesai, coba perhatikan perjalanan seorang yang
telah tua, lihatlah begitu cepat perubahan kondisinya dari dahulunya
sehat sekarang menjadi sakit, dari kaya menjadi miskin, dari rasa aman
menjadi takut, dari waktu kosong kepada kesibukan, dari muda menjadi
tua.
Semakin ditekankan untuk memanfaatkan kesempatan di masa-masa fitnah dan musibah serta malapetaka. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بالأَعْمَالِ فِتَناً كقِطَع اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ
الرَّجُلُ مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَاَفِراً، وَيُمْسِي مُؤْمناً وَيُصْبِحُ
كافِراَ يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegaralah beramal sholeh sebelum datangnya firnah-fitnah yang
seperti potongan malam yang gelap gulita, seseorang di pagi hari dalam
kondisi mukmin dan di sore hari menjadi kafir, seseorang di sore hari
masih mukmin dan di pagi hari menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan
kepentingan dunia.” (HR. Muslim).
Karenanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengarahkan umatnya untuk memanfaatkan kesempatan dan bersegera untuk
melakukan kebaikan sebelum terlambat, maka beliau bersabda,
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ
قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ
وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah 5 perkara sebelum 5 perkara, masa mudamu sebelum masa
tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu, kecukupanmu sebelum engkau miskin,
waktu luangmu sebelum kesibukanmu, kehidupanmu sebelum kematianmu.” (HR.
an-Nasai).
Manfaatkanlah kesempatan hidupmu, barangsiapa yang mati maka
terputuslah amalannya, cita-citanya terluputkan, dan pasti datang
kepadanya penyesalan. Manfaatkanlah kesehatanmu, barangsiapa yang sakit
maka ia tidak kuat untuk melakukan banyak amal kebajikan, lalu ia
berangan-angan seandainya ia di masa sehatnya ia sholat dan puasa.
Manfaatkanlah waktu luangmu sebelum engkau dikejutkan dengan berbagai
macam kesibukan, kau disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari.
Manfaatkanlah masa mudamu sebelum engkau tua, maka beratlah tubuhmu,
anggota-anggota tubuhmu tidak kuat lagi. Manfaatkanlah masa kayamu,
bersedekahlah, berinfahklah, keluarkanlah hartamu, sebelum engkau
kehilangan hartamu atau hartamu pergi meninggalkanmu.
Seluruh kesempatan adalah manfaat, bagaimanapun kecilnya kesempatan
tersebut dalam pandanganmu, maka itu adalah keuntungan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ
“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun meskipun hanya bertemu dengan saudaramu dengan wajah tersenyum.”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمنْ لَمْ يجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Jagalah dirimu dari api neraka meskipun dengan bersedekah sepenggal
butir kurma, dan barangsiapa yang tidak memiliki sesuatu untuk
disedekahkan maka bersedekahlah dengan ucapan yang baik.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim).
Beliau juga bersabda,
إنَّ العبْدَ لَيَتَكلَّمُ بالكلمةِ مِنْ رِضْوانِ الله، لا يُلْقي لها بالاً، يرْفَعُ الله بِها دَرَجاتٍ
“Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan suatu perkataan
yang diridoi oleh Allah, ia tidak memperdulikan perkataan tersebut, maka
Allah mengangkatnya beberapa derajat karena kalimat tersebut.” (HR.
al-Bukhari).
Demikianlah kondisi seorang muslim, ia selalu memanfaatkan segala
kesempatan untuk memberi bagaimanapun kecilnya, ia berusaha semaksimal
mungkin meskipun pemberian tersebut sedikit. Nabi Yusuf
‘alaihissalam
menghadapi sulitnya tinggal di negeri asing, kerasnya kezoliman dalam
penjara, akan tetapi ia tetap beramal kebajikan demi agama, dan ia
memberi pengarahan kepada jalan kebenaran. Ia berkata,
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (٣٩)
“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang
bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” (QS.
Yusuf: 39).
Taubat merupakan kesempatan emas dalam kehidupan, seseorang tidak tahu kapan akan luput kesempatan tersebut dari dirinya. Allah
Ta’ala berfirman,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133).
Dengan bertaubat maka Allah menganugerahkan kepada para hamba untuk
instropeksi diri, untuk merenungkan tentang kondisi mereka, lalu mereka
segera kembali kepada Allah sebelum datang kepada mereka kondisi-kondisi
lemah dan petaka. Di dalam hadits:
إِنَّ صَاحِبَ الشِّمَالِ لِيَرْفَعُ الْقَلَمَ سِتَّ سَاعَاتٍ عَنِ
الْعَبْدِ الْمُسْلِمِ الْمُخْطِئِ أَوِ الْمُسِيءِ، فَإِنْ نَدِمَ
وَاسْتَغْفَرَ اللهَ مِنْهَا أَلْقَاهَا، وَإِلَّا كُتِبَتْ وَاحِدَةً
“Sesungguhnya malaikat yang di kiri mengangkat penanya selama enam
waktu dari seorang hamba muslim yang bersalah atau berbuat keburukan,
jika sang hamba menyesal dan memohon ampunan dari dosa tersebut maka
iapun tidak jadi mencatat, namun jika tidak maka dicatat satu dosa.”
(HR. at-Thobroni).
Dan musim-musim kebaikan merupakan kesempatan yang datang silih
berganti, merupakan anugerah yang besar, yang dimanfaatkan oleh
orang-orang yang cerdas, musim haji mencuci dosa-dosa, umroh menebus
kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, demikian juga dengan bulan Ramadhan
bersama siangnya yang agung dan indahnya malam-malamnya.
Menetap tinggal dan dekat dengan tempat-tempat mulia merupakan
kesempatan yang berharga, karena kebaikan-kebaikan dilipat gandakan di
Mekah dan Madinah. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ،
إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ، وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Sholat di masjidku lebih baik dari seribu sholat di masjid yang
lain, kecuali al-masjid al-harom. Dan sholat di al-masjidil haram lebih
baik dari seratus ribu sholat di masjid yang lainnya.” (HR. Ibnu Majah).
Bahkan orang-orang yang terkena musibah, maka kesempatan mereka
adalah mendapatkan pahala dalam kesabaran serta ridho dengan keputusan
dan taqdir Allah.
Seorang muslim yang cerdas, adalah seorang yang memiliki semangat
yang tinggi, ia mengembangkan jiwanya yang bersegera, maka ia
menciptakan kesempatan-kesempatan dan ia melahirkan amalan-amalan yang
terarah untuk mendapatkan pahala, untuk memanfaatkan waktu dan
kehidupannya, maka iapun memberi manfaat kepada dirinya, iapun menambah
bekalnya, ia berkhidmah kepada negerinya dan umat-nya.
Orang yang bahagia adalah orang yang menjadikan seluruh musim dalam
kehidupannya sebagai kesempatan untuk menyucikan dirinya, menjadikan
kehidupannya lebih baik, maka iapun bertekad dan serius serta iapun
melombai waktu, bersegera menuju ketinggian. Adapun jika hilang sikap
bersegera, tersebarlah sikap “berpangku tangan” maka seorang muslim akan
kehilangan kesempatan-kesempatan berharga dan keberuntungan yang besar,
serta akan tidak berfungsi kekuatannya, bekulah pengaruhnya di negeri
dan umatnya. Hal ini menkonsekuensikan agar kita mengarahkan kehidupan
kita dengan bimbingan, dengan serius dan memanfaatkan
kesempatan-kesempatan, agar kita semakin maju di dunia dan semakin
tinggi mulia dalam kehidupan, serta aman tenteram di hari akhirat.
Barangsiapa yang menjadikan tujuan hidupnya rendah, dan nilai dirinya
dalam kehidupan ini murahan, maka ia telah meluputkan dirinya dari
kesempatan-kesempatan dan hanya menghabiskan kehidupannya untuk
bersenang-senang dan berhura-hura, maka hari-harinya pun sirna dalam
kesia-siaan, tahun-tahun yang sia-sia itulah umurnya, dan ia akan
berkata tatkala di akhirat:
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي (٢٤)
“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”. (QS. Al-Fajr: 24).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيآتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الإِسْلَامِ،
أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُهُ عَلَى الدَّوَامِ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اَلْمُتَفَضِّلُ
عَلَى عِبَادِهِ بِالصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ
وَقَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً
دَائِمَةً عَلَى التَّمَامِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهَ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Menunda-nunda menyebabkan hilangnya kesempatan, sehingga pekerjaan
yang dipikul menumpuk, menjadi lambat dan tertunda, pikiran menjadi
bercabang tidak karuan, maka kesempatan-kesempatan yang terbuka
dihadapannya tidak terlihat, pekerjaanpun tidak terselesaikan. Umar bin
Al-Khottob –semoga Allah meridhoinya- berkata :
مِنَ الْقُوَّةِ أَلاَّ تُؤَخِّرَ عَمَلَ الْيَوْمِ إِلَى الْغَدِ
“Diantara kekuatan adalah engkau tidak menunda pekerjaan hari ini hingga esok”
Kesempatan-kesempatan juga menjadi mati karena sikap keraguan yang
menyebabkan terlewatkannya keberhasilan, sehingga seseorang tetap di
tempatnya, sementara pengendara terus berjalan maju. Allah berfirman,
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” (QS. Ali-Imron: 159).
Allah juga berfirman,
فَإِذَا عَزَمَ الأمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (٢١)
“Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya).
tetapi Jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang
demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21).
Barangsiapa yang dilanda kelalaian maka ia telah menyia-nyiakan
kesempatan dan telah membuang anugerah, ia telah membunuh waktu dengan
sikap nganggur tanpa manfaat. Allah berfirman,
لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ
بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ
هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf :
179).
Mereka yang lalai akan menyesal pada hari penyesalan. Allah berfirman,
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ (٣٩)
“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu)
ketika segala perkara telah diputuskan, sementara mereka dalam kelalaian
dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39).
Dan penyesalan terbesar adalah milik orang-orang yang celaka, tatkala
mereka meminta dan memohon untuk diberikan kesempatan lagi, mereka
berkata:
رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ
(١٠٦)رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ
(١٠٧)
“Ya Tuhan Kami, Kami telah dikuasai oleh kejahatan Kami, dan adalah
Kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari
neraka (dan kembalikanlah Kami ke dunia), Maka jika Kami kembali (juga
kepada kekafiran), Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Mukminun: 106-107).
Maka Allah berkata kepada mereka:
اخْسَئُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ (١٠٨)
“Tinggallah kalian dengan hina di dalam neraka, dan janganlah kalian berbicara dengan aku.” (QS. Al-Mukminun: 108).
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
.وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةً الصَالِحَةً النَاصِحَةً يَا ذَا
الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ
المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَناَ تَقْوَاهَا ، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعِفَّةَ وَالغِنَى ، اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا
وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَأَخْرِجْنَا
مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا
وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا . اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَصِفَاتِكَ العُلَى أَنْ تَجْعَلْ
قُوَّتَنَا حَلَالًا وَأَنْ تَجَنِّبْنَا الحَرَامَ يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ سِرَّهُ
وَعَلَّنَهُ .
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبَّ العَالَمِيْنَ وَصَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ وَباَرَكَ وَأَنْعَمَ عَلَى عَبْدِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Baari Ats-Tsubaiti (Imam dan khotib Masjid Nabawi)
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda