Sifat-Sifat Orang Kafir
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ؛ مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ ، وَمُبَلِّغُ النَّاسِ شَرْعِهِ ،
مَا تَرَكَ خَيْرًا إِلَّا دَلَّ الأُمَّةَ عَلَيْهِ ، وَلَا شَرًّا
إِلَّا حَذَّرَهَا مِنْهُ ؛ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ؛
فَإِنَّ فِي تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا خَلْفًا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ
وَلَيْسَ مِنْ تَقْوَى اللهِ خَلْفٌ. وَتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا :
عَمَلٌ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ رَجَاءً ثَوَابِ اللهِ ،
وَتَرْكٌ لِمَعْصِيَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ خِيْفَةً عَذَابِ
اللهِ .
Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah
Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk dengan qudrah-Nya, kemudian dengan anugerah-Nya, Allah
‘Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan dengan keadilan-Nya, Allah
‘Azza wa Jalla menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semua ini tertulis pada lauhul mahfudz. Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan
di antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. At-Taghabun: 2).
Allah
‘Azza wa Jalla telah menjelaskan jalan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan serta orang-orang yang celaka. Allah
‘Azza wa Jalla memuji para hamba yang bertakwa dan mencela orang-orang kafir. Allah
‘Azza wa Jalla
juga mengingatkan para hamba-Nya agar tidak latah meniru sifat-sifat
orang kafir. Dalam al-Qur’an banyak penjelasan tentang perbuatan dan
keyakinan rusak orang-orang kafir serta perangai dan sifat-sifat mereka
yang buruk. Diantaranya, mengingkari hari kebangkitan dan menganggapnya
mustahil, tidak beriman kepada takdir, mengeluh dan berkeluh kesah
ketika tertimpa musibah, tidak punya harapan kepada Allah
‘Azza wa Jalla
, dusta, sombong, berpaling dari ayat-ayat-Nya, hati mereka penuh hasad
(rasa iri) terhadap kaum Mukminin yang telah mendapatkan nikmat iman
dan mereka berharap nikmat iman itu sirna dari kaum Muslimin. Hasad
inilah yang mendorong mereka berusaha menyesatkan orang beriman. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah
menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (QS. an-Nisa:
89).
Tak henti-hentinya, orang-orang kafir membuat makar dan menipu kaum
Muslimin, berusaha mencelakakan dan merampas kenikmatan dari kaum
Muslimin. Mereka berpura-pura amanah, berprilaku dan berperangai terpuji
supaya bisa mengambil manfaat dibalik semua ini. Namun, Allah
‘Azza wa Jalla membongkar kedok mereka. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ
لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ
قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang
di luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” (QS. Ali
Imran:118).
Membungkus kedustaan dengan kejujuran, khianat dengan amanah, sering
membela kebatilan dan menyembunyikan kebenaran. Meski tipu daya mereka
terhadap kaum Muslimin sangat luar biasa, namun Allah
‘Azza wa Jalla tidak akan tinggal diam. Allah
‘Azza wa Jalla pasti akan menghancur leburkan tipu daya mereka serta akan merendahkan dan menghinakan mereka.
Allah melarang rasul-Nya mentaati orang-orang kafir. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ
“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti
(keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik.” (QS. Al-Ahzab:
1).
Karena ilmu mereka hanya sebatas dunia. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah
rahimahullah mengatakan, “Seluruh amalan dan urusan orang kafir pasti
ada cacatnya sehingga manfaatnya tidak pernah maksimal.” Orang-orang
kafir tidak tahu menahu ilmu akhirat. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Rum:
7).
Mereka hidup penuh kebingungan dan kebimbangan. Tujuan yang selalu
mereka kejar dalam hidup hanya sebatas bersenang-senang, makan dan
minum, tanpa peduli halal dan haram.
Orang-orang kafir itu selalu menghalangi perbuatan baik, tidak bisa
berterima kasih dan mengkonsumsi barang haram. Allah berfirman:
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. An-Nahl: 83).
Mereka hidup dalam kegelapan, kesesatan serta hanya memperturutkan
hawa nafsu. Anggota tubuh yang mestinya merupakan sarana menggapai
hidayah sudah tidak berfungsi lagi. Hati mereka mati, telinga mereka
tuli dan mata mereka buta, tidak mau mendengar dan melihat kebenaran.
Setan menggiring mereka untuk selalu bermaksiat dan mencari
kesenangan-kesenangan nafsu sesaat. Sehingga apa yang mereka lakukan
seperti debu yang berterbangan. Amal kebaikan mereka tidak berguna. Di
dunia mereka letih dan di akherat mereka akan merintih tersiksa. Allah
tidak mencintai mereka bahkan Allah
‘Azza wa Jalla mengkhabarkan bahwa Dia musuh orang-orang kafir. Jika Allah
‘Azza wa Jalla
benci terhadap seorang hamba, Dia memanggil malaikat Jibril
Alaihissallam, “Wahai Jibril sesunggunya Aku benci kepada Fulan, maka
bencilah dia! Dan Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru
seluruh penduduk langit bahwa Allah
‘Azza wa Jalla membenci
Fulan, maka bencilah dia ! Maka penghuni langit pun membencinya.
Kemudian ditetapkan baginya kebencian di muka bumi.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Jiwa orang kafir menjerit pedih akibat dosa-dosa yang telah ia perbuat dan karena jauh dari Allah
‘Azza wa Jalla
, dadanya terasa sesak serta tidak pernah merasakan manisnya iman.
Laknat dan murka menimpa mereka. Mereka adalah makhluk Allah yang paling
buruk. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي
نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6).
Kematian seorang kafir akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman bagi penduduk dunia. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ketika melihat rombongan membawa jenazah:
الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا
إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ
الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
“Hamba yang beriman akan istirahat dari keletihan dan derita dunia
menuju rahmat Allah sementara hamba yang fajir (bergelimang maksiat,
jika dia mati-red) maka manusia, negeri, pepohonan dan binatang melata
akan terbebas dari keburukannya.” (HR. Bukhari).
Ibadallah,
Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan dibangkit untuk dihisab
dengan wajah hitam pekat, berdebu serta bermuka masam. Kedua mata mereka
terbelalak karena terperangah kaget dan takut; leher mereka terikat
dengan rantai sebagai balasan yang setimpal.
Ibadallah,
Inilah ini sebagian dari sifat-sifat buruk orang-orang kafir beserta
balasan yang akan mereka terima. Keburukan yang bertumpuk-tumpuk tanpa
henti, maka hendaklah kita berhati-hati dan tetap menjaga diri kita agar
tidak terjerumus kedalam kekufuran. Kepedihan akibat dari sifat-sifat
buruk mereka, hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar tidak mudah
membeo prilaku mereka yang terkadang menipu dan tidak mudah mengamini
ucapan-ucapan dan janji-janji manis mereka. Ingatlah sabda nabi kita
Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ,
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا, وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْل
“Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti
malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya
menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya
menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia.” (HR.
Ahmad).
Dan hendaklah kita senantiasa waspada agar tidak terjebak arus
mengikuti orang-orang kafir. Marilah kita senantiasa mengikuti jalannya
orang-orang yang bertakwa. Shalat yang menjadi batas antara keimanan
dengan kekufuran, batas antara keimanan dan kemunafikan, hendaklah
senantiasa dijaga dan dilaksanakan dengan cara berjamaah di
masjid-masjid. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Pembatas antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah kafir.”
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ سُبْحَانَهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ
رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ.
Ibadallah,
Setelah mengetahui berbagai sifat buruk dan belasan dari keburukan
yang dilakukan orang-orang kafir, mestinya kita berusaha maksimal
menghindari sikap membeo dan meniru-meniru mereka. Generasi shahabat,
tabi’in dan tabi’in yang merupakan generasi awal umat ini sekaligus
generasi terbaik, hendaklnya kita jadikan panutan. Karena keserupaan
atau kesamaan fisik bisa menyebabkan kesamaan atau keserupaan bathin.
Oleh karena itu hendaknya kita berusaha menyerupai dan meniru generasi
awal umat ini. Semoga agama dan akhlaq kita sedikit demi sedikit bisa
meniru akhlak dan agama mereka. Sebaliknya, janganlah kita latah meniru
dan menyerupai penampilan orang-orang kafir. Karena penyerupaan bisa
menyeret kita untuk berperilaku buruk sebagaimana mereka, minimalnya
akan menimbulkan rasa suka dan loyal kepada mereka, padahal mestinya
kita bara’ dari mereka dan perilaku buruk mereka. Sebagai insan yang
beriman, kita wajib berusaha menyelisihi perilaku dan keyakinan orang
kafir. Janganlah kita menjadikan mereka sebagai wali ! Bencilah mereka
karena keyakinan mereka yang bathil ! Dan hendaknya kita bangga beragama
Islam dan bersemangat untuk mendakwahi mereka kepada Islam.
Marilah kita tetap berusaha mengikhlaskan seluruh ibadah hanya untuk Allah semata! Perbanyaklah memuji Allah
‘Azza wa Jalla yang telah memberikan petunjuk kepada kita.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah
‘Azza wa Jalla , semoga Allah
‘Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita agar tetap istiqamah dalam melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)), وَقَالَ عَلَيْهِ الصَلَاةُ
وَالسَلَامُ : ((رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ
عَلَيَّ)) ، وَلِهَذَا فَإِنَّ مِنَ البُخْلِ عَدَمُ الصَّلَاةِ
وَالسَلَامِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
عِنْدَ ذِكْرِهِ صلى الله عليه وسلم.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
ذُنُبَنَا كُلَّهُ ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، سِرَّهُ
وَعَلَنَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ.
(Diterjemahkan secara bebas oleh M. Syahid.Ridlo dari al-Khuthabul
Minbariyyah, hlm. 62-67 karya Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim
(Imam dan khatib Masjid Nabawi).)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIV/1431H/2010].