Tinggalkanlah Budaya Jahiliyah: Fanatik Suku, Kelompok, dan Partai
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ؛ مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ ، وَمُبَلِّغُ النَّاسِ شَرْعِهِ ،
مَا تَرَكَ خَيْرًا إِلَّا دَلَّ الأُمَّةَ عَلَيْهِ ، وَلَا شَرًّا
إِلَّا حَذَّرَهَا مِنْهُ ؛ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ جَلَّ فِي عُلَاهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ
رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ، وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
بِهَذَا الدِّيْنِ العَظِيْمِ اَلَّذِيْ رَضِيَهُ جَلَّ وَعَلَا
لِعِبَادِهِ وَلَا يَرْضَى لَهُمْ دِيْنًا سِوَاهُ، وَسَلُوْهُ جَلَّ فِي
عُلَاهُ اَلثَّبَاتِ عَلَى الْحَقِّ وَالهُدَىْ فَإِنَّ الأُمُوْرَ
بِيَدِهِ جَلَّ وَعَلَا يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ وَيُثْبِّتُ مَنْ يَشَاءُ
عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ .
أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ:
Agama yang agung ini datang sebagai penyambung dan penguat hubungan
antar sesama. Islam datang memperindah tatanan bukan membuatnya terpecah
dan terbagi-bagi. Ia adalah agama yang melembutkan hati manusia setelah
sebelumnya tercerai-berai.
Islam datang mengingatkan agar umatnya waspada dari hal-hal yang
dapat memperlemah persatuan dan menjerumuskan mereka ke dalam perpecahan
dan perselisihan. Di antara bentuk peringatan tersebut adalah
peringatan akan fanatik kesukuan, kekeluargaan, atau nasab. Karena yang
demikian ini adalah sifat jahiliyah yang menjadi penyebab
tercerai-berainya umat, penyebab yang menimbulkan permusuhan dan
kebencian. Allah
Jalla wa ‘Ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Dan juga firman-Nya,
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا
“Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari
dahulu, dan (begitu pula) dalam (Alquran) ini.” (QS. Al-Hajj: 78).
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi kalian adalah mereka yang paling bertakwa kepada Allah.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Dan firman-Nya juga,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1).
Ayyuhal mukminun ibadallah,
Sesungguhnya fanatik keluarga atau kedaerahan adalah sifat jahiliyah.
Contohnya seseorang yang fanatik buta kepada orang yang sekeluarga
dengannya atau sedaerah dengannya. Apapun yang dilakukan oleh kerabatnya
atau orang-orang yang berasal dari daerahnya, baik atau buruk, benar
atau salah, petunjuk atau kesesatan, ia tidak peduli. Inilah di antara
sifat jahiliyah yang hendak dikikis habis oleh agama Islam. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فعن أَبِي نَضْرَةَ رضي الله عنه يُحَدِّث عمَّن سَمِعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ يقول :
((أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا
فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ
، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا
بِالتَّقْوَى))
Dari Abi Nadhrah
radhiallahu ‘anhu, dari orang yang mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda di hari-hari tasyriq. Beliau bersabda, “Ingatlah bahwa Rabb
kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada
kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang
ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang
berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang
berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan”.
وعن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :
((مَنْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ ،
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنْ صَامَ وَإِنْ صَلَّى ؟ قَالَ وَإِنْ
صَامَ وَإِنْ صَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ، فَادْعُوا الْمُسْلِمِينَ
بِأَسْمَائِهِمْ بِمَا سَمَّاهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْمُسْلِمِينَ
الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ))
Dari Abu Malik al-Asy’ari
radhiallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Dan barang siapa yang menyeru (memamggil) dengan
seruan-seruan (julukan) Jahiliyyah maka ia termasuk yang dicampakkan ke
dalam Jahannam”. Para sahabat radhiallahu ‘anhum bertanya, “Sekalipun
dia shalat, berpuasa, dan menyangka dirinya muslim?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “(Ya) Sekalipun dia shalat dan berpuasa serta mengaku dirinya
Islam. Panggilan kaum muslimin dengan nama-nama mereka dengan nama-nama
yang telah Allah
‘Azza wa Jalla berikan kepada mereka yaitu kaum muslimin, mukiminin, dan hamba-hamba Allah”.
وعن أبيّ بن كعب رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((مَنْ
تَعَزَّى بِعَزَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَعِضُّوهُ وَلَا تَكْنُوا))
Dari Ubay bin Ka’ab
radhiallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa yang membangga-banggakan diri dengan kebanggaan
jahiliyah, tahan dia (supaya tidak terus bicara) dan jangan
(diterus-teruskan hingga) dinyatakan secara terang-terangan”.
وعن ابن مسعود رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((مَنْ
أَعَانَ قَوْمَهُ عَلَى ظُلْمٍ فَهُوَ كَالْبَعِيرِ الْمُتَرَدِّي يُنزَع
بِذَنَبِهِ))
Dari Ibnu Mas’ud
radhiallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang membantu kaumnya dalam kezhaliman, ia
ibarat seekor unta yg jatuh dari tempat tinggi dan diangkat dgn
ekornya”.
وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ
وَفَخْرَهَا بِالْآبَاءِ ، مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ ، والنَّاسُ
بَنُو آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ ، لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ فَخْرَهُمْ
بِرِجَالٍ أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنْ عِدَّتِهِمْ
مِنْ الْجِعْلَانِ الَّتِي تَدْفَعُ بِأَنْفِهَا النَّتَنَ))
Dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah
‘Azza wa Jalla
telah menghilangkan dari kalian kesombongan Jahiliyyah dan
membangga-banggakan nenek moyang. Yang ada adalah orang beriman yang
bertaqwa dan orang jahat yang celaka. Kalian ini anak cucu Adam, dan
Adam berasal dari tanah. Oleh karena itu, hendaknya seseorang
meninggalkan berbangga-bangga terhadap kaumnya, karena ia hanyalah arang
dari arang-arang Jahannam. Atau, ia di sisi Allah lebih hina daripada
kumbang yang mendorong-dorong kotoran dengan hidungnya.”
Hadits-hadits di atas adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.
Ayyuhal mukminun ibadallah,
Wajib bagi seorang muslim untuk merenungi dan mensyukuri nikmat
hidayah yang telah Allah berikan. Hendaknya seorang muslim juga
mengetahui hakikat agamanya, agama Islam ini. Mengetahui kemuliaan dan
keagungannya dengan sebenar-benarnya. Dan menyadari bahwa inti agama ini
adalah menaati Allah
Jalla wa ‘Ala dan mengikuti syariat-Nya.
Seorang muslim juga harus menjauhi sifat-sifat fanatik seperti yang
telah disebutkan tadi. Sikap yang sama sekali tidak dituntunkan oleh
Allah. Kemuliaan yang hakiki adalah taat kepada Allah
‘Azza wa Jalla.
Ayyuhal mukmin ibadallah,
Barangsiapa yang mencela seseorang dalam hal demikian, karena dia
keluarga fulan atau yang lain, atau celaan semisal “dasar Jawa!”, “tidak
heran, kamu Batak”, “orang Papua, tidak ada apa-apanya”, “dasar
Sumatera”, dan serupa dengan hal itu, yang dia cela menjadi lebih baik
di sisi Allah 10x lipat atau bahkan 100x lipat dari orang yang mencela.
Karena itu, hendaklah kita bertakwa kepada Allah
Jalla wa ‘Ala. Karena orang yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa kepada-Nya.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ
المُسْلِمِيْنَ أَيْنَمَا كَانُوْا عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى ،
وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى ، وَأَعِذْهُمْ مِنَ
الْفِتَنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ وَمِنْ نَزَغَاتِ الشَّيْطَانِ وَمِنْ
شُرُوْرِ النَّفْسِ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَةٍ أَنْتَ آخِذٌ
بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي لَسَمِيْعُ الدُّعَاءِ .
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ . أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ :
اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى.
عِبَادَ اللهِ :
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya, dari Jabir
radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ مِنَ المُهَاجِرِينَ رَجُلٌ لَعَّابٌ فَكَسَعَ أَنْصَارِيًّا
فَغَضِبَ الأَنْصَارِيُّ غَضَبًا شَدِيدًا حَتَّى تَدَاعَوْا ، وَقَالَ
الأَنْصَارِيُّ: «يَا لَلْأَنْصَارِ» ، وَقَالَ المُهَاجِرِيُّ: «يَا
لَلْمُهَاجِرِينَ» ، فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: ((مَا بَالُ دَعْوَى أَهْلِ الجَاهِلِيَّةِ؟)) ثُمَّ قَالَ عليه
الصلاة والسلام : ((مَا شَأْنُهُمْ ؟ )) فَأُخْبِرَ بِكَسْعَةِ
المُهَاجِرِيِّ الأَنْصَارِيَّ ، فقَالَ عليه الصلاة والسلام: ((دَعُوهَا
فَإِنَّهَا خَبِيثَةٌ))
Di antara Kaum Muhajirin itu ada seorang laki-laki yang pandai
memainkan senjata lalu dia memukul pantat seorang sahabat Anshar
sehingga menjadikan orang Anshar ini sangat marah, lalu dia berseru
seraya berkata, “Wahai Kaum Anshar”. Laki-laki Muhajirin tadi menimpali
dan berseru pula, “Wahai Kaum Muhajirin”. Akhirnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
datang dan bersabda, “Mengapa seruan-seruan kaum jahiliyah masih saja
terus dipertahankan?” Kemudian beliau bertanya, “Apa yang terjadi dengan
mereka?” Lalu beliau diberitahu bahwa ada seorang sahabat Muhajirin
yang memukul pantat seorang shahabat Anshar. Maka Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tinggalkanlah seruan itu karena hal semacam itu tercela (buruk).”
Ibadallah,
Rasulullah melarang para sahabatnya menyebut-nyebut “Muhajirin”
“Anshar”, padahal kedua panggilan ini adalah nama-nama yang syar’i,
artinya berasal dari syariat. Penyebutan kedua nama tersebut sering
tertera di dalam Alquran dalam bentuk pujian. Sebagaimana firman Allah
Jalla wa ‘Ala,
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Tubah: 100).
Akan tetapi, ketika nama-nama tersebut membangkitkan fanatisme kesukuan, kelompok, dan kedaerahan, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan dengan peringatan yang keras. Sebagaimana sabda beliau,
دَعُوهَا فَإِنَّهَا خَبِيثَةٌ
“Tinggalkanlah seruan itu karena hal semacam itu tercela (buruk).”
Kalau panggilan dengan nama yang syar’i saja dilarang, bagaimana
kiranya seseorang ta’ashub, fanatik dengan nama-nama dari luar syariat,
atau bahkan dengan nama-nama yang memang rusak dan jelek, nama-nama
kelompok suporter, nama-nama geng, nama-nama partai, dll. Nama-nama yang
memang memecah belah umat Islam, nama-nama yang mengandung
eksklusifitas, bahkan permusuhan dan kebencian.
Waspadailah wahai hamba Allah, bertakwalah kepada Allah dari semua
hal-hal yang demikian. Bersemangatlah dalam meniti jalan kebenaran dan
petunjuk berdasarkan Alquran dan sunnah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jauhilah sifat-sifat fanatik dan eksklusif yang menyebabkan umat
Islam berpecah belah dan tercerai-berai. Semua itu hanya menjadikan umat
Islam lemah. Dan perbuatan demikian sama sekali tidak terpuji.
Ya Allah, wahai Rabb kami. Kami hadapkan jiwa-jiwa kami kepada-Mu,
memohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang maha terpuji dan
sifat-sifat-Mu yang maha tinggi. Kami mengakui dan bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau. Persatukanlah umat
Islam, umat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, di atas kebenaran, petunjuk, kebaikan, dan ketakwaan.
Ya Allah, lembutkanlah hati-hati di antara kami. Perbaikilah hubungan
di antara kami. Berilah kami semua petunjuk kepada jalan-jalan
keselamatan, wahai Engkau pemilik kemuliaan dan keagungan.
Ya Allah, lindungilah kaum muslimin dimanapun mereka berada.
Lindungilah mereka dari perpecahan dan pengkotak-kotakan. Ya Allah,
satukanlah shaf kami. Satukanlah kalimat kami. Dan tundukkanlah hati
kami pada kebenaran, wahai Rabb sekalian alam.
وَاعْلَمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – أَنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ
، وَخَيْرَ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،
وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ،
وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٍ ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ يَدَ
اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ . وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَعَاكُمُ اللهُ-
عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي
كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:56] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
.وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ
كَلِمَةَ المُسْلِمِيْنَ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى وَالْبِرِّ
وَالتَّقْوَى ، اَللَّهُمَّ وَعَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ المُسْلِمِيْنَ
فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ ، اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ
وَشْتُتْ شَمْلَهُمْ وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ دَائِرَةَ السُوْءِ يَا ذَا
الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئَمَّتَنَا وَوُلَاةَ
أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ
وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ
أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ مِنْ سَدِيْدِ الأَقْوَالِ
وَصَالِحِ الأَعْمَالِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ .
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .
Oleh tim KhotbahJumat.com