Ka’bah Lambang Persatuan Umat Islam
Khutbah Pertama :
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ , وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا , مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ
فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ
دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ .
Ka’bah yang mulia, kiblat kaum muslimin, dialah rumah suci yang
pertama kali orang-orang bersafar kepadanya dari segala penjuru. Ibrahim
‘alaihissalam membangun ka’bah karena menjalankan perintah
Allah, lalu iapun berdoa dengan penuh kerendahan dan ketundukan agar
diterima amalannya
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (١٢٧)
“Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah:
127).
Renungkanlah kondisi Nabi Ibrahim
‘alaihissalam, ia telah
membangun ka’bah lalu iapun berdoa Robnya dengan penuh ketundukan agar
diterima oleh Allah. Maka seluruh amalan sholeh kita membutuhkan
kehadiran hati dan doa yang tulus agar diterima oleh Allah.
جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ
“Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia” (QS. Al-Maidah: 97).
Ka’bah adalah kiblat kaum muslimin di seluruh kondisi mereka dan seluruh ibadah mereka. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَالْمَسْجِدُ الحَرَامُ قِبْلَتُكُمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتاً
“Dan Al-Masjidil Haram adalah kiblat kalian, hidup dan mati kalian.”
Kerinduan kepada tanah suci merupakan bisikan hati setiap muslim,
kerinduan untuk mengajak jiwa ke kota yang aman (Mekah), kaum muslimin
tidak pernah merasa puas, mereka datang lalu mereka kembali ke keluarga
mereka lalu mereka kembali lagi ke kota tersebut. Allah berfirman,
فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
“Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka.” (QS. Ibrahim: 37).
Ka’bah merupakan tempat berkumpul manusia, maka barang siapa yang
melakukan dosa atau kesalahan lalu ia thawaf di ka’bah kemudian sholat
menghadap kiblat, atau ia berhaji kepada ka’bah agar diampuni dosanya
dan meluruskan kembali jalannya dan kembali bersih dari dosanya
sebagaimana hari ia dilahirkan oleh ibunya.
Ibrahim
‘alaihissalam telah memohon kepada Allah agar
memberikan keamanan dan ketenteraman di ka’bah. Dan tidak akan tenang
kehidupan tanpa dalah keamanan, dan tidak nikmat minum tanpa
ketenteraman. Jika rasa takut telah tersebar maka rusaklah dunia,
susahlah kehidupan, dan manusia akan diserang dengan rasa takut dan
kegelisahan. Allah berfirman,
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (٣)الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (٤)
“Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah).
Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraish: 3-4).
Nampaklah persatuan umat dalam thawaf di seputar ka’bah, kesatuan
dalam perkataan, perbuatan, dalam menjalankan syariat-syariat Allah, dan
mendatangi lokasi-lokasi manasik. Dimana hati-hati bersatu di sekitar
ka’bah Allah Yang Maha Agung, jasad-jasad saling mendekat, padahal dari
berbagai jenis dan bahasa dan warna kulit yang berbeda-beda. Semuanya
menuju ke kiblat yang satu agar bersatu suara mereka, agar bersih
hati-hati mereka, barsatu barisan mereka, tergabunglah kekuatan mereka,
suatu fenomena yang menanamkan dalam hatimu pengertian “persatuan”,
“satu tubuh”, “hakikat persatuan umat” yang sedang dilanda dengan
pemikiran-pemikiran yang saling bertentangan, kontradiktif cara pandang,
dan tersebarnya sikap saling menjauh. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَرْجِعُوْا بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
“Janganlah setelahku kalian kembali menjadi kafir saling memukul leher diantara kalian.”
Dan semoga kumpulan kaum muslimin yang berkah yang berkumpul sekitar
ka’bah dengan jasad-jasad mereka menepis perpecahan, menolak pertikaian,
dan membenci perselisihan.
Dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Tsauban
radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَإِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً
فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ، وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا
أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا
مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ، وَلَوِ اجْتَمَعَ
عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا – أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا –
حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا
“Sesungguhnya Rabku berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya jika Aku
telah menetapkan suatu keputusan maka tidak akan tertolak, dan
sesungguhnya Aku telah memberikan kepadaku bagi umatmu bahwa Aku tidak
akan membinasakan mereka dengan musim paceklik yang menyeluruh, dan Aku
tidak akan menjadikan mereka dikuasai oleh musuh selain dari mereka yang
membinasakan mereka seluruhnya, meskipun seluruh orang yang ada di
dunia berkumpul untuk membinasakan mereka, sehingga sebagian mereka
membunuh yang lainnya, dan sebagian mereka menawan yang lainnya.”
Umat yang terpilih ini akan senantiasa terjaga dari penguasaan
musuhnya selama mereka tetap bersatu pada, sehingga jika mereka saling
menyerang diantara mereka, saling membunuh diantara mereka, maka mereka
akan dikuasai oleh musuh dari selain mereka, dan akhirnya musuh tersebut
akan menghalalkan perkara-perkara kehormatan mereka.
Sejarah telah bercerita, bahwasanya umat ini jika menjauh dari jalan
yang lurus lalu sebagian mereka membinasakan sebagian yang lainnya,
saling menzalimi diantara mereka, jadilah saling menyerang, saling
membunuh, maka hilanglah pamor umat ini dan musuh mereka akan menguasai
mereka. Maka hancurlah bangunan mereka, ditimpa dengan kehinaan,
kemunduran, dan kesudahan yang buruk. Allah berfirman :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu.” (QS. Al-Anfaal: 46).
Ka’bah merupakan pusat bumi, Allah berfirman
لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا
“Supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah)
dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya.” (QS. Asy-Syuraa: 7).
Maka seluruh yang ada di atas muka bumi maka di sekeliling ka’bah,
agar umat ini menjadikan pusat yang tetap ini sebagai tempat towaf
seluruh kehidupan, agar umat ini menerima dari pusat ini manhajnya yang
tetap, dan dasar yang kokoh, kemurnian sumbernya, dan jelasnya
tujuannya. Hendaknya umat ini terus membawakan nilai-nilai ini setiap
hari, bahkan setiap sholat, tatkala umat ini menghadap ka’bah Allah.
Dan ka’bah adalah kiblatnya kaum muslimin, dan kaum muslimin kiblat
mereka adalah ka’bah, hal ini menjadikan bagi umat ini memiliki kejayaan
dan keistimewaan kemuliaan, cita-cita yang tinggi, karena umat ini
adalah umat yang memimpin dan mengendalikan. Umat ini memiliki
aqidahnya, pokok-pokoknya, dan manhajnya. Dan kesalahan terjadi tatkala
umat ini kehilangan kartu namanya, kehilangan ciri khasnya, maka umat
inipun hidup sebagai pengekor dan bukan sebagai yang diikuti, sebagai
anak buah dan bukan sebagai pemimpin.
Dan ka’bah merupakan tempat yang diberkahi oleh Allah,
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS Ali ‘Imran: 96).
Diantara keberkahan ka’bah adalah firman Allah:
يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا
“Yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam
(tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rizki (bagimu) dari sisi Kami.” (QS.
Al-Qashas: 57).
Diantara keberkahannya adalah ibadah yang selalu berkesinambungan di
ka’bah, pahala dilipat gandakan, banyaknya kebaikan, dan ampunan Allah.
Allah berfirman,
وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ (٢٩).
“Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang terbebaskan itu (Baitullah).” (QS. Al-Haj: 29).
Dan ka’bah dinamakan dengan (الْعَتِيْقِ) “terbebaskan” karena Allah
telah membebaskannya dari orang-orang yang sombong dan orang-orang kafir
yang hendak menguasai ka’bah hingga hari kiamat.
Dan di ka’bah ada hajar aswad yang turun dari surga, dan ia adalah
batu yang tidak memberi kemudhorotan dan tidak juga kemanfaatan. Dan
orang-orang mengetahui bahwasanya menciumnya dan mengusapnya adalah
untuk mengikuti contoh perbuatan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda,
لَيَبْعَثَنَّ اللهُ الحَجَرَ يَوْمَ القِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يَبْصِرُ
بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ، يَشْهَدُ لِمَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ
“Allah akan membangkitkan hajar aswad pada hari kiamat, memiliki dua
mata yang digunakan untuk melihat, dan lisan yang berbicara, untuk
mempersaksikan orang yang mengusapnya dengan kebenaran.”
Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan di akhir zaman
“Akan ada suatu pasukan yang menyerang ka’bah, dan tatkala mereka
berada di suatu daratan di bumi maka Allah pun membenamkan mereka dari
awal hingga akhir mereka”. Aisyah berkata, “Aku berkata, Wahai
Rasulullah bagaimana dibenamkan mereka seluruhnya dari awal hingga akhir
sementara diantara mereka ada yang bekerja di pasar, dan ada yang bukan
dari golongan mereka?. Nabi berkata, “Dibenamkan seluruhnya dari awal
hingga akhir mereka, lalu dibangkitkanlah mereka sesuai dengan niat-niat
mereka”. (HR Al-Bukhari)
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ
وَالاِمْتِنَانِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ : اِتَّقُوْا اللهَ
عِبَادَ اللهِ .
Dari Jabir
radhiallahu ‘anhu dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Keutamaan hari-hari dunia adalah hari-hari yang sepuluh, yaitu
sepuluh Dzulhijjah. Dikatakan: “Apakah tidak ada yang semisalnya di
jalan Allah?” Nabi berkata : Tidak ada yang semisalnya di jalan Allah
kecuali seseorang yang membenamkan wajahnya di tanah (yang meninggal
dalam jihad, sehingga tersungkur di tanah-pen) (Diriwayatkan oleh
Al-Bazzaar dan Ibnu Hibbaan).
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ
هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ
يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak
ada hari-hari yang beramal sholeh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah
dari pada hari –hari ini –yaitu 10 hari Dzulhijjah-“. Mereka berkata,
“Tidak juga jihad fi sabilillah?”. Nabi berkata, “Tidak pula jihad fi
sabilillah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya lalu
ia tidak membawa kembali nyawa dan hartanya tersebut.” (HR. Al-Bukhari).
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ
الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا
فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih dicintai
olehNya untuk beramal sholeh dari pada hari-hari ini. Maka perbanyaklah
kalian di hari-hari tersebut tahlil, takbir, dan tahmid” (Diriwayatkan
oleh Ahmad).
Ibnu Umar dan Abu Huroiroh
radhiallahu ‘anhumaa mereka
berdua keluar di pasa di 10 hari Dzulhijjah dan mereka berdua bertakbir,
dan orang-orangpun bertakbir dengan takbir mereka berdua.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ
عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)), وَقَالَ عَلَيْهِ الصَلَاةُ
وَالسَلَامُ : ((رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ
عَلَيَّ)) ، وَلِهَذَا فَإِنَّ مِنَ البُخْلِ عَدَمُ الصَّلَاةِ
وَالسَلَامِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
عِنْدَ ذِكْرِهِ صلى الله عليه وسلم .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ
أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ .
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Baari Ats-Tsubaiti hafizahullah (Imam dan Khotib Masjid Nabawi).
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda