Suatu ketika, Umar ra. menerima minyak Kasturi dari Bahrain. Beliau berkata, "Adakah orang yang bersedia menimbangnya untuk dibagikan kepada kaum Muslimin." Maka istri beliau, Atikah r.ha. berkata, "Saya akan menimbangnya." Umar ra. diam. Kemudian bertanya lagi, "Siapakah yang akan menakar minyak kasturi ini untuk dibagikan?" Sekali lagi istrinya menjawab dengan jawaban yang sama. Umar ra. diam. Pada kali ketiga barulah Umar ra. berkata, "Aku tidak suka jika kamu menyentuh kasturi itu dengan tanganmu ketika kamu menakarnya, karena minyak itu akan melekat di tanganmu lalu kamu akan menyapukannya ke badanmu. Berarti aku memperoleh bagian lebih dari hakku."
Faedah:
Ini adalah sikap hati-hati yang sempurna. Berusaha agar mendapatkan posisi yang menyelamatkan. Padahal, siapapun yang menakarnya, tentu akan menyentuh tangannya, lalu akan menyapukannya ke badannya. Tidak ada yang dapat menolak hal itu. Walaupun demikian Umar ra. melarang istrinya berbuat demikian.
Hal ini pun terj adi pada Umar bin Abdul Aziz rah. a yang terkenal disebut Umar Kedua. Suatu ketika, beliau menakar minyak wangi misk sambil menutup hidungnya rapat-rapat. Beliau berkata, "Manfaat minyak wangi adalah baunya, dan ini bukan milik saya." Demikianlah ketelitian dan kehati-hatian para sahabat ra., para tabiin rah.a., serta alim ulama kita.