Abu Dzar Al-Ghifari ra. adalah seorang sahabat yang masyhur, dan termasuk ahli zuhud. Kisah ke-Islamannya telah diceritakan dalam Bab I kisah ke-5. Ia tidak pemah mengumpulkan harta, juga tidak menyukai orang yang menumpuk harta. Ia sering mengecam para hartawan. Sehingga, khalifah Utsman ra. menyuruhnya agar menyendiri di Rabzah, yaitu suatu hutan yang sangat sedikit penduduknya.
Abu Dzar ra. memiliki beberapa ekor unta yang digembalakan oleh seorang lelaki tua dan lemah. Suatu ketika, ada seorang lelaki Banu Salim yang datang kepadanya dan menyampaikan keinginannya, "Saya ingin berkhidmat kepadamu, sehingga dapat mengambil manfaat dan pelajaran darimu. Saya siap menggembalakan unta-untamu, agar saya dapat mengambil berkah darimu." Abu Dzar ra. menjawab, "Kawanku adalah yang mau mentaatiku. Jika kamu bersedia mentaatiku, maka tinggallah bersamaku. Jika kamu tidak mendengar ucapanku, maka aku tidak memerlukanmu." Lelaki Banu Salim tadi bertanya, "Ketaatan manakah yang engkau maksud?" Beliau berkata, "Jika aku menyuruhmu untuk menyedekahkan hartaku, maka hendaknya kamu langsung memilih hartaku yang paling baik." Jawab pemuda itu, "Saya siap menerimanya." Maka, tinggallah pemuda itu bersama beliau.
Suatu hari, ada seseorang memberitahu bahwa ada beberapa orang yang sangat kelaparan dan kehausan. Beliau pun menyuruhku, "Ambilkan seekor unta." Selanjutnya, saya pergi melihat unta yang terbaik. Ternyata, ada seekor unta yang sangat bagus, harganya mahal, dan sangat menurut jika ditunggangi. Sesuai dengan janji saya untuk memilihkan pemberian yang terbaik, maka saya membawa unta tadi kepadanya. Namun, hati saya berpikir; unta ini terlalu bagus untuk diberikan kepada orang-orang miskin itu. Segera saya mengembalikan unta itu, dan saya ambil seekor unta betina yang derajatnya di bawah unta tadi. Lalu saya menghadapnya. Setelah melihat unta yang saya bawa, beliau berkata kepadaku, "Kamu telah mengkhianatiku!" Saya memahami maksudnya, maka saya segera kembali dan mengambil unta yang terbaik tadi. Kemudian beliau bertanya kepada orang-orang di sampingnya, "Apakah ada dua orang diantara kalian yang siap bekerja karena Allah?" Dua orang berdiri siap. Abu Dzar ra. berkata kepada mereka, "Sembelihlah unta ini, dan potong-potonglah, lalu bagikan ke setiap rumah! Rumah Abu Dzar ra. termasuk dalam hitungan yang memerlukan, dengan bagian yang sama dengan yang lain." Setelah memberi petunjuk pembagian daging tersebut, beliau memanggil saya, "Saya telah menyuruhmu agar memilih benda yang terbaik untuk disedekahkan, lalu kamu sengaja atau karena lalai telah mengingkarinya. Jika kamu lupa, tidak mengapa." Jawab saya, "Sebenarnya, saya tidak lupa. Mula-mula, saya telah memilih unta yang terbaik tadi, namun hati saya berkata bahwa unta itu paling bagus dalam kerja, dan sangat diperlukan, sedangkan unta-unta yang lain masih banyak. Engkau pun masih memerlukannya. Karena itulah saya tinggalkan unta itu." Beliau berkata, "Engkau justr tidak memenuhi keperluanku." Saya menjawab, "Saya telah memenuhi keperluanmu." Beliau menyahut, "Apakah kamu ingin tahu apa itu keperluanku? Keperluanku adalah pada hari di mana aku akan diletakkan di dalam kubur sendirian. Hari itulah hari keperluan dan kepentinganku yang sebenarnya. Harta itu ada tiga bagian; Yang pertama, adalah yang sudah ditakdirkan pasti akan dibawa, yang baik atau buruk. Kedua, adalah harta warisan yang akan dibagi-bagikan. Jika kamu mati, maka orang lain akan memilikinya. Dan ketiga adalah harta untuk dirimu sendiri, yaitu amal shaleh. Jika dapat, usahakanlah kita dapatkan ketiganya. Tetapi, setidaknya kita berusaha sekuat tenaga untuk mendapatlzan harta yang ketiga, karena itulah harta yang ucimanfaat bagi kita di hadapan Allah swt.. Allah swt. berfirman;
"Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu nafkahkan sebagian harta yang paling kamu cintai. "(Ali Imran: 92)
Oleh sebab itu, saya menginfakkan harta yang paling saya sukai, sehingga akan menjadi tabungan saya di akherat. Dan itulah yang sedang saya kumpulkan.
Faedah:
Maksud 'harta yang paling bermanfaat diantara tiga bagian' adalah; Usahakan semampu kita untuk menyimpan harta kita di akherat. Jangan sampai keterlaluan mengumpulkan harta sehingga akan sia-sia, atau ketika meninggal dunia, harta itu akan berpindah ke tangan orang lain, dimana kitalah yang kelak akan ditanya. Dalam beberapa hari, anak, keluarga, istri akan melupakan kepergian pemilik harta. Sangat sedikit ahli waris orang yang meninggal dunia, menyedekahkan hartanya lalu menghadiahkan pahalanya bagi si mayit dan mengingatnya. Rasulullah saw. bersabda, "Orang selalu mengatakan, "Hartaku, hartaku." Padahal hartanya hanyalah yang telah ia makan, yang telah ia pakai, yang telah ia usangkan, yang telah dihabiskan olehnya, yang telah dirusak ataupun yang telah dibelanjakan di jalan Allah swt.. Dan harta yang telah ia kumpulkan selain digunakan untuk tadi, sebenarnya telah ia kumpulkan untuk orang lain."
Nabi saw. bersabda, "Siapakah diantara kalian yang menjadikan harta waris itu lebih baik daripada hartanya?" Sahut para sahabat ra., "Ya Rasulullah saw., siapakah yang lebih menyukai harta orang lain daripada hartanya sendiri?" Jawab Beliau saw., "Harta miliknya ialah harta yang telah ia infakkan, dan yang kamu tinggalkan adalah milik ahli warismu." (Misykat)