Kisah Kemiskinan dan Kelaparan yang Menimpa Pasukan Al-Ambar

Dikisahkan oleh Jabir bin 'Abdullah: “Kami berperang pada pasukan Al Khobath Dan yang menjadi Amir (panglima) adalah Abu Ubaidah, lalu kami merasa sangat lapar. Tiba-tiba lautan melempar Bangkai ikan yang tidak pernah kami lihat sebesar itu, dinamakan ikan Al- Anbar (paus). Kami pun memakan ikan tersebut selama setengah bulan. Lalu Abu Ubaidah memasang salah satu tulangnya, lalu orang berkendaraan dapat lewat dibawahnya. Ketika sampai di Madinah, kami sampaikan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: Makanlah! Itu rizki yang dikaruniakan Allah. Berilah untuk kami makan bila (sekarang) masih ada bersama kalian”. Lalu sebagian mereka menyerahkannya dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memakannya” [HR Al-Bukhori dan Muslim]

Pada bulan Rajab tahun kedelapan Hijriah,Nabi s.a.w. telah mengirim satu pasukan tentara muslimin yang terdiri dari 300 orang sahabat r.a ,mereka menuju ke sebuah tempat yang berdekatan dengan lautan,yang diketuai oleh Abu Ubaidah r.a. Rasulullah s.a.w hanya membekali mereka dengan sekarung buah kurma. Selama 15 hari,mereka telah menetap disana, tetapi perbekalan makanan yang mereka bawa telah habis dimakan. Qais r.a, salah seorang peserta dalam pasukan itu membeli unta milik salah seorang dari pasukan tersebut dan berjanji akan membayarnya sesampainya di Madinah nanti. Disembelihnya unta itu sebagai usaha mengatasi kelaparan yang menimpa mereka. Setiap hari,disembelihlah 3 ekor unta sebagai makanan mereka.

Pada hari yang ketiga,pimpinan pasukan berpendapat bahwa jika penyembelihan unta ini diteruskan, sudah barang tentu alat pengangkutan mereka setiap hari semakin berkurang sehingga keadan akan menjadi semakin sulit. Maka Abu Ubaidah r.a. memerintahkan agar penyembelihan unta dihentikan. Ia memerintahkan agar setiap orang yang masih memiliki sisa buah kurma supaya mengumpulkan menjadi satu untuk disimpan dalam sebuah kantong. Kemudian buah kurma tersebut dibagikan kepada setiap orang,satu orang mendapat jatah satu buah kurma setiap hari. Kurma itu hanya dimakan dengan air minum. Kemudian hingga malam hari,mereka tidak memakan apa pun.

Singkatnya,selama berhari-hari dalam peperangan yang sangat membutuhkan tenaga dan kekuatan seperti itu,setiap hari mereka hanyalah memakan buah kurma.

Jabir r.a,ketika sedang menceritakan hal ini kepada para sahabatnya salah seorang dari mereka bertanya,"Apakah hanya dengan satu buah kurma sehari dapat memberikan kekuatan?" Dia menjawab,"Setelah beberapa lama,kami terus berjalan.Kurma pun sudah habis sehingga tidak ada lagi makanan yang menghilangkan rasa lapar yang sungguh dahsyat imji. Hampir-hampir kami mati kelaparan. kami terpaksa memetik daun-daunan,rumput-rumputan, akar-akar pepohonan kemudian mencampurnya dengan air ,lalu kami memakanya.(HR.Bukhari)

Dalam keadan terpaksa,semuanya bisa dilakukan, Juga seperti biasanya,setiap ada kesusahan, Allah. s.w.t akan menggantinya dengan kemudahan sebagaimana rahmat-Nya yang telah dicucurkan ke atas orang yang tahan menderita. Setelah pasukan itu mengalami penderitaan yang sangat menyedihkan,tiba-tiba seekor ikan yang sangat besar telah terlempar dari laut,lalu jatuh kepantai di depan mata mereka. Itulah ikan yang biasa disebut dengan ikan ambar (ikan paus). Begitu besarnya ikan tersebut sehingga selama 18 hari,ikan itu terus dimakan tetapi belum juga habis. Sehingga mereka membawa dagingnya ketika kembali ke madinah.

Ketika peristiwa itu diceritakan kepada Nabi s.a.w beliau berkata, "Ikan itu merupakan rezeki yang sengaja diturunkan oleh Allah s.w.t untuk kalian."(HR.Bukhari dan Muslim)

Faidah:

Kesusahan dan penderitaan adalah hal yang biasa dalam kehidupan manusia sehari-hari. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang dekat kepada Allah, secara khusus Allah s.w.t memberikan kesusahan kepada diri mereka. Kesusahan adalah ujian dari Allah s.w.t , Untuk itulah Rasulullah s.a.w bersabda,"Penderitaan yang paling berat diberikan kepada anbiya a.s,kemudian kepada orang-orang yang paling utama dari umat ini, kemudian lebih rendah lagi diturunkan kepada orang yang keutamaanya lebih rendah dari yang kedua. Kemudian penderitaan yang lebih rendah lagi diberikan kepada seluruh manusia pada umumnya."(HR. al-Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibn Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan shahih)

Ujian yang diberikan kepada seseorang adalah sesuai dengan ketaatanya dalam agama. Semakin dekat diri kita kepada Allah s.w.t semakin berat ujian yang akan kita terima.meskipun demikian setiap selesai mengalami penderitaan,maka dengan rahmat dan kasih sayang Allah s.w.t ,selalu diringi dengan kemudahan.
Oleh karena itu hendaklah kita selalu memikirkan betapa orang-orang terdahulu telah sedemikian bersusah payah,semuanya semata-mata dilakukan untuk agama dan ridha Allah s.w.t. Dakam menyebarkan agama ini,yang akhirnya agama tersebut berada dalam diri kita,semua itu telah mereka jalani dengan tumpahan darah,penderitaan,kesusahan,dan pengorbanan. Sehingga kita tanpa susah payah telah mendapatkan agama ini.tetapi apa yang kita perbuat sekarang?