Amrubin Jamuh ra. adalah seorang lelaki pincang yang memiliki empat orang putra. Mereka sering berkhidmat kepada Nabi saw., dan selalu menyertai berbagai peperangan. Pada perang Uhud pun, Amru bin Jamuh ra. sangat bergairah untuk menyertainya. Namun orang-orang berkata, "Kamu ada udzur, kakimu pincang, kamu akan sulit berjalan." Ia berkata, "Betapa buruk, jika anak-anak saya pergi ke surga, sedangkan saya tertinggal di sini." Ditambah lagi, istrinya selalu mendorongnya dengan sindiran, "Saya melihat suamiku tinggal di rumah karena melarikan diri dari peperangan." Mendengar ucapan istrinya, Amrura. menghadap ke arahkiblat dan berdo'a,
"Ya Allah, jangan kembalikan aku kepada keluargaku. "
Kemudian Amru menghadiri majelis Nabi saw. dan menceritakan anjuran kaumnya serta semangat dirinya untuk ikut berjuang di jalan Allah. Amru berkata, "Saya berharap, dengan kakiku yang pincang ini, saya dapat berjalan di surga." Sabda Nabi saw., "Allah telah mentakdirkanmu udzur. Tidak pergi pun tidak mengapa." Amru ra. tetap bersemangat untuk ikut berperang, sehingga Nabi saw. mengijinkannya ikut.
Abu Thalhah ra. berkata, "Saya melihat Amru ra. ikut bertempur dengan penuh semangat. Ia selalu berkata, "Demi Allah saya harus masuk surga." Salah seorang putranya ikut berlari-lari di belakangnya. Keduanya bertempur mati-matian, hingga keduanya gugur sebagai syuhada. Kemudian istrinya datang ke medan perang dengan seekor unta untuk membawa mayat suami dan putranya agar dapat dikuburkan di Madinah. Tetapi unta itu hanya duduk saja. Walaupun dipaksa, bahkan dicambuk dan berbagai cara untuk membawa jenazah itu ke Madinah, unta itu tetap diam sambil memandang ke arah Uhud. Istrinya mengadukan hai ini kepada Nabi saw.. Sabda Beliau, "Unta ini telah diperintahkan demikian. Apakah sebelum berperang Amru telah berkata sesuatu?" Istrinya menjawab, "Ya, ia telah berdo'a sambil menghadap kiblat, "Ya Allah, jangan kembalikan aku ke keluargaku." Sabda Nabi saw., "Karena do'a itulah, unta itu enggan pergi."
Faedah:
Hanya karena Allah, ia sangat bersemangat ke surga. Demikianlah teladan kecintaan yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga para sahabat sangat bersemangat untuk syahid, yang menghantarkan mereka ke derajat yang tinggi. Sampai untanya pun enggan berj alan, hanya duduk memandang ke arah Uhud.