Pada suatu hari Raja Harun Ar-
Rasyid sedang galau dengan sikap
Abu Nawas. Beberapa kali Abu
Nawas telah membuatnya malu di
depan para pejabat kerajaan.
Berlatar belakang dendam inilah
akhirnya Raja hendak membuat
jebakan terhadap Abu Nawas. Jika
Abu Nawas gagal menghadapi
jebakan tersebut, maka hukuman
akan diberikan kepadanya.
Maka dipanggillah Abu Nawas
untuk menghadap Raja Harun Ar-
Rasyid. Setelah melewati beberapa
prosedur, sampai juga Abu Nawas
di istana kerajaan. Sang raja lalu
memulai pertanyaannya,
"Wahai Abu Nawas, di depan
mejaku itu ada sepanggang daging
ayam yang lezat dan enak dilahap,
tolong segera ambilkan.
"
Abu Nawas tampak bingung
dengan perintah tersebut, karena
tak biasanya dia disuruh
mengambilkan makanan raja.
"Mungkin raja ingin menjebakku,
aku harus waspada," kata Abu
Nawas dalam hati.
Abu Nawas pun akhirnya
menuruti perintah itu. Setelah
mengambil ayam panggang sang
raja, Abu Nawas kemudian
memberikannya kepada raja.
Namun, sang raja belum langsung
menerimanya, ia bertanya lagi,
"Abu Nawas, di tangan kamu ada
sepotong ayam panggang lezat,
silahkan dinikmati.
"
Begitu Abu Nawas hendak
menyantap ayam panggang
tersebut, tiba-tiba raja berkata
lagi,
"Tapi ingat Abu Nawas, dengarkan
dulu petunjuknya. Jika kamu
memotong paha ayam itu, maka
aku akan memotong pahamu dan
jika kamu memotong dada ayam
itu, maka aku akan memotong
dadamu. Tidak hanya itu saja, jika
kamu memotong dan memakan
kepala ayam itu, maka aku akan
memotong kepalamu. Akan tetapi
kalau kamu hanya mendiamkan
saja ayam panggang itu, akibatnya
kamu akan aku gantung.
"
Abu Nawas merasa bingung
dengan petunjuk yang dititahkan
rajanya itu. Dalam
kebingungannya, ia semakin yakin
jika hal itu hanya akal-akalan Raja
Harun saja demi untuk
menghukumnya. Tidak hanya ABu
Nawas saja yang tegang, tapi juga
semua pejabat kerajaan yang
hadir di istana tampak tegang
pula. Mereka hanya bisa menebak
dalam hati tentang maksud dari
perintah rajanya itu.
Hampir sepuluh menit lamanya
Abu Nawas hanya membolak-
balikkan ayam panggang itu.
Sejenak suasana menjadi hening.
Kemudian Abu Nawas mulai
mendekatkan ayam panggang itu
tepat di indera penciumannya.
Para hadirin yang datang atas
undangan raja mulai bingung dan
tidak mengerti apa yang dilakukan
Abu Nawas. Kemudian terlihat
Abu Nawas mendekatkan indera
penciumannya tepat di bagian
pantat daging ayam bakar yang
kelihatan sangat lezat itu.
Beberapa menit kemudian ia
mencium bagian panta ayam
bakar itu.
Setelah selesai mencium pantat
ayam bakar itu, kemudian Abu
Nawas berkata,
"Jika saya harus memotong paha
ayam ini, maka Baginda akan
memotong pahaku, jika saya harus
memotong dada ayam ini, maka
Baginda akan memotong dadaku,
jika saya harus memakan dan
memotong kepala ayam ini,
Baginda akan memotong
kepalaku, tetapi coba lihat, yang
saya lakukan adalah mencium
pantat ayam ini," kata Abu Nawas.
"Apa maksudmu, wahai Abu
Nawas," tanya Baginda.
"Maksud saya adlah kalau saya
melakukan demikian maka
Baginda juga akan membalasnya
demikian, layaknya ayam ini. Nah,
saya hanya mencium pantat ayam
panggang ini saja, maka Baginda
juga harus mencium pantat ayam
panggang ini pula," jelas Abu
Nawas.
Sontak saja penjelasan Abu Nawas
itu membuat suasana yang tegang
menjadi tampak tak menentu.
Para pejabat yang hadir menahan
tawa, tetapi ragu-ragu karena
takut dihukum raja. Sementara
itu, raja yang mendengar ucapan
Abu Nawas mulai memerah
mukanya. Raja tampak malu untuk
kesekian kalinya. Untuk menutupi
rasa malunya itu, beliau
memerintahkan Abu Nawas untuk
pulang dan membawa pergi ayam
panggang yang lezat itu.
"Wahai Abu Nawas, cepat
pulanglah, jangan sampai aku
berubah pikiran," kata raja.
Setibanya di rumah, ia
mengundang beberapa
tetangganya untuk berpesta ayam
panggang.
Untuk kesekian kalinya
Abu Nawas sukses
mempermalukan Raja Harun Ar-
Rasyid di depan para pejabat
kerajaan.