“Setiap anak Adam senantiasa melakukan dosa, dan sebaik-baik para
pendosa adalah mereka yang senantiasa bertaubat.” (HR, At-Tirmidzi dari
hadits Anas radhiallahu ‘anhu).
Dan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَوْ لَمْ تُذْنِبُوْا لَذَهَبَ اللََّهُ
بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُوْنَ فَيَسْتَغْفِرُوْنَ اللَّهَ
فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, kalau seandainya kalian
tidak berdosa maka Allah akan membinasakan kalian dan sungguh Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang berdosa lalu mereka beristighfar kepada
Allah lalu Allah mengampuni mereka,” (HR Muslim),
Allah telah menciptakan anak Adam dengan sifat ini, ia taat dan
terkadang ia bermaksiat, ia beristiqomah akan tetapi terkadang
tergelincir, ia ingat dan terkadang lupa, ia berbuat adil dan terkadang
ia berbuat dzolim, dan tidak ada yang maksum kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada seluruh anak yang lahir
dengan menjadikannya di atas fitroh –yaitu Islam-, maka barang siapa
yang tetap di atasnya dan menerima apa yang dibawa oleh para rasul dan
nabi ‘alaihimus salam maka ia telah mendapatkan hidayah/petunjuk, dan
Allah menerima kebaikan-kebaikannya dan memaafkan
kesalahan-kesalahannya. Dan barang siapa yang fitrohnya dirubah oleh
syaitan manusia dan syaitan jin serta dirubah oleh hawa nafsunya,
syahwatnya, bid’ah dan kesyirikan, maka ia telah tersesat dan merugi,
dan Allah tidak menerima kebaikan-kebaikannya dan tidak akan menghapus
keharaman-keharaman yang dilakukannya.
Dari Iyadh bin Ammar radhiallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dan berkata ;
إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا
عَلَّمَنِي يَوْمِي هَذَا كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ،
وَإِنِّيْ خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ
الشَّيَاطِيْنُ، فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ
مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوْا بِيْ مَا لَمْ
أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا.
“Sesungguhnya Robku ‘Azza wa Jalla telah memerintahku untuk
mengajarkan kepada kalian hal-hal yang tidak kalian ketahui dari hal-hal
yang telah Allah ajarkan kepadaku pada hari ini, (yaitu) seluruh harta
yang yang Aku berikan kepada seorang hamba adalah halal, dan
sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaku seluruhnya dalam
kondisi hanif (menuju kepada tauhid dan condong menjauh dari
kesyirikan), dan sesungguhnya mereka didatangi oleh para syaitan lalu
para syaitan menyesatkan mereka dari agama mereka, dan para syaitan
mengharamkan apa yang aku halalkan bagi mereka, dan memerintahkan mereka
untuk berbuat kesyirikan kepadaKu apa yang tidak aku turunkan
dalilnya.” (HR. Muslim).
Maka barang siapa yang merubah fitrohnya yang telah diciptakan oleh
Allah dengan kekufuran maka Allah tidak akan menerima kebaikannya dan
tidak akan mengampuni kesalahannya jika ia meninggal dalam kondisi
kafir. Allah berfirman
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ
لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (١٦١)خَالِدِينَ
فِيهَا لا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلا هُمْ يُنْظَرُونَ (١٦٢)
“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam Keadaan kafir,
mereka itu mendapat la’nat Allah, Para Malaikat dan manusia seluruhnya.
Mereka kekal di dalam la’nat itu; tidak akan diringankan siksa dari
mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.” (QS. Al-Baqoroh :
161-152).
Allah juga berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ
أَحَدِهِمْ مِلْءُ الأرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (٩١)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap
dalam kekafirannya, Maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara
mereka emas sepenuh bumi, walaupun Dia menebus diri dengan emas (yang
sebanyak) itu. bagi mereka Itulah siksa yang pedih dan sekali-kali
mereka tidak memperoleh penolong.” (QS. Ali Imron: 91).
Akan tetapi barang siapa yang menjaga fitrohnya yang Allah telah
menciptakan manusia di atas fitroh tersebut, lalu mengikuti para nabi
‘alaihimus salam, dan nabi yang terakhir adalah pemimpin seluruh manusia
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dialah yang Allah
terima kebaikannya dan menggugurkan keburukan-keburukannya lalu
memasukannya ke surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya selamanya, dan itulah kemenangan yang besar.
Seorang muslim itulah yang Allah akan meliputinya dengan rahmatNya
maka Allah menerima ketaatannya dan dengan taubatnya maka Allah
menghapuskan dosa-dosa dan kesalahannya, lalu di akhirat Allah masukan
ke dalam surgaNya.
Dan penggugur dosa banyak, dan pintu-pintu kebaikan terbuka,
jalan-jalan kebaikan dimudahkan, maka beruntunglah orang yang
menempuhnya dan beramal sholeh.
Penggugur dosa yang pertama adalah bertauhid kepada Allah, maka
ikhlas dalam ibadah dan menjauhkan diri dari seluruh bentuk kesyirikan
maka itu adalah pengumpul seluruh kebaikan di dunia dan di akhirat,
serta pelindung dari seluruh keburukan. Dari Ubadah bin As-Shomit radhiallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ،
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ
وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ،
وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ
عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ
“Barang siapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada syarikat bagiNya, dan
bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan rasulNya, dan Isa adalah
hamba Allah dan RasulNya, dan kalimatNya yang Allah lemparkan ke rahim
Maryam dan Isa adalah ruh dari ruh-ruh (ciptaan) Allah, dan bahwasanya
surga adalah benar adanya dan neraka adalah benar adanya maka Allah akan
memasukannya ke dalam surga bagaimanapun amalnya.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Dan dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
قال لي جبريا بشر أمتك أنه من مات لا يشرك بالله شيئا دخل الجنة
“Berilah kabar gembira bagi umatmu bahwasanya barang siapa yang
meninggal dalam kondisi tidak berbuat syirik sama sekali kepada Allah
maka ia masuk surge.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dari Ummu Hani’ radhiallahu ‘anha ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَقَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لَا يَتْرُكُ ذَنْبًا، وَلَا يُشْبِهُهَا عَمَلٌ
“Dan perkataan Laa ilaah illallahu tidak membiarkan dosa dan tidak ada amalan yang menyerupainya.” (HR. Al-Haakim).
Dan diantara penggugur dosa adalah bertaubat kepada Allah, barang
siapa yang bertaubat dari dosa apapun maka Allah menerima taubatnya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia berkata :
مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللّهُ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim).
Dan Allah gembira dengan taubatnya seorang hamba dan Allah memperbesar pahalanya, Allah berfirman
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (٢٥)
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Asy-Syuroo : 25)
Dan wudhu yang dilakukan dengan ikhlas dan baik termasuk penggugur dosa. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
« إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ – أَوِ الْمُؤْمِنُ – فَغَسَلَ
وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا
بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – فَإِذَا
غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا
يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ – أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – فَإِذَا غَسَلَ
رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلاَهُ مَعَ الْمَاءِ –
أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ – حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ
الذُّنُوبِ
“Jika seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu lalu ia membasuh
wajahnya maka keluar dari wajahnya seluruh dosa yang merupakan buah dari
pandangan kedua matanya bersama air atau bersama tetesan air yang
terakhir. Jika ia membasuh kedua tangannya maka keluar dari kedua
tangannya seluruh dosa yang dilakukan oleh pukulan tangannya bersama air
atau bersama tetesan air yang terakhir. Jika ia membasuh kedua kakinya
maka keluarlah seluruh dosa yang dilangkahkan oleh kedua kakinya bersama
dengan air atau bersama tetesan air yang terakhir, hingga iapun keluar
dalam kondisi bersih dari dosa-dosa.” (HR. Muslim).
Dan sholat merupakan penggugur dosa yang terbesar, dari Utsman radhiallahu ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ فَيُصَلِّى صَلاَةً
إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلاَةِ الَّتِى
تَلِيهَا
“Tidaklah seorang lelaki muslim berwudhu lalu ia baguskan wudhunya
lalu ia sholat kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang ada
antaranya hingga sholat yang berikutnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إلَى
رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إذَا اُجْتُنِبَتْ الْكَبَائِرُ
“Sholat-sholat lima waktu, dan sholat jum’at hingga sholat jum’at,
ramadhan hingga Ramadhan berikutnya adalah penggugur dosa yang ada
diantaranya selam dijauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim).
Dari Utsman bahwasanya ia berwudhu lalu ia berkata :
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَضَّأُ نَحْوَ
وُضُوئِي هَذَا وَقَالَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudu
seperti wudhuku ini, lalu ia berkata : “Barang siapa yang berwudhu
seperti wudhuku ini lalu ia sholat dua raka’at yang ia tidak mengajak
jiwanya berbicara pada dua raka’at tersebut maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahwasanya ada seseorang yang mencium seorang wanita maka iapun mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu iapun menceritakan dosanya tersebut maka turunlah firman Allah
وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ
الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
(١١٤)
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan
petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang
ingat.” (QS. Huud : 114).
Maka lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah apakah ayat ini untukku?”,
maka Nabi berkata, “Untuk siapa yang mengamalkannya dari umatku.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
Dari Anas radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau berkata :
إِنَّ لِلَّهِ مَلَكًا يُنَادِي عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ: يَا بَنِي آدَمَ،
قُومُوا إِلَى نِيرَانِكُمْ الَّتِي أَوْقَدْتُمُوهَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ،
فَأَطْفِئُوهَا بِالصَّلَاةِ
“Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang menyeru setiap kali sholat
: “Wahai anak-anak Adam, bangulah kepada api yang kalian nyalakan untuk
membakar diri kalian, lalu padamkanlah api tersebut dengan sholat.”
(HR. At-Thobroni).
Haji dan Umroh juga menggugurkan dosa. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ، فَإِنَّهُمَا تَنْفِيَانِ
الْفَقْرَ وَالذَّنُوبَ، كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ
Teruslah melakukan haji dan umroh, karena keduanya menghilangkan
kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana alat pandai besi menghilangkan
karatan/kotoran besi, emas, dan perak.” (HR. An-Nasaai dan At-Tirimidzi
dan ia berkata : Hadits Hasan Shahih).
Dan memohon ampunan dari Allah termasuk penggugur dosa, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا
يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ
فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ
اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى
ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ
بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ
“Seorang hamba melakukan dosa lalu ia berkata : “Ya Allah ampunilah
dosaku”, maka Allah berkata : “Hambaku telah melakukan dosa maka ia tahu
bahwasanya ia memiliki Rob yang mengampuni dosa dan menghukum karena
dosa”, lalu sang hamba kembali lagi melakukan dosa lalu berkata : “Robku
ampunilah dosaku”, maka Allah berkata ; “Hambaku melakukan dosa dan ia
tahu bahwasanya ia memiliki Rob yang mengampuni dosa dan mengadzab
karena dosa, lakukanlah apa yang kau inginkan sungguh Aku telah
mengampuni dosa-dosamu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dari Anas radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ia berkata :
مَنْ قَالَ قَبْلَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ثَلَاثَ مِرَارٍ:
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ،
غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ وَإِنْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Barang siapa yang sebelum sholat subuh pada hari jum’at berkata
sebanyak tiga kali : “Astaghfirullah alladzi laa ilaah illaa Huwa wa
atuubu ilaihi” maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di
lautan.” (HR. At-Thobroni).
Dari Bilal bin Yasaar bin Zaid ia berkata : Ayahku menyampaikan kepadaku dari kakekku bahwasanya ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ
الْقَيُّومَ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ، غُفِرَ لَهُ، وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ
مِنَ الزَّحْفِ
“Barang siapa yang mengucapkan sebanyak tiga kali أَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ، وَأَتُوبُ
إِلَيْهِ, maka akan diampuni dosa-dosanya meskipun ia telah kabur dari
medan pertempuran.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dan seorang muslim yang memohonkan ampunan bagi saudaranya tanpa
sepengetahuan saudaranya tersebut maka lebih cepat dikabulkan bagi yang
mendoakan dan yang didoakan. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ إِبْلِيسُ لِرَبِّهِ: بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ لَا أَبْرَحُ أُغْوِي
بَنِي آدَمَ مَا دَامَتِ الْأَرْوَاحُ فِيهِمْ، فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ:
بِعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَبْرَحُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي
“Sesungguhnya Iblis berkata kepada Robnya ‘Azza wa Jalla,
“Demi kemuliaanMu aku akan terus menggoda anak-anak Adam selama roh
mereka masih bersama mereka. Maka Allah berkata : “Demi kemuliaanKu dan
keagunganKu, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka selalu
memohon ampunan kepada-Ku.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la Al-Maushili, dan
Al-Haakim, dan Al-Haakim berkata : sanadnya shahih)
Diantara penggugur dosa adalah bentuk-bentuk dzikir, diantaranya
adalah subhaanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallah, wallahu
akbar, walaa haula walaa quwwata illa billah. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Barang siapa yang berkata dalam sehari “Subhaanallahu wa bihamdihi”
seratus kali maka gugur dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan sedekah termasuk penggugur dosa, dari Mu’adz radhiallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
“Sedekah memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. At-Tirimidzi).
Termasuk penggugur dosa adalah berbuat kebaikan kepada istri dan anak-anak putri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya, dan aku adalah
yang terbaik bagi istriku.” (HR. At-Tirmidzi dari hadits Aisyah).
Dan dari Aisyah radhiallahu ‘anha ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ
“Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak wanita, lalu
ia berbuat baik kepada mereka maka mereka akan menjadi penghalang api
neraka baginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan yang semisal anak-anak wanita adalah saudari-saudari wanita, dan
berbuat baik kepada makhluk Allah memperbesar pahala dan menolak
keburukan-keburukan.
Termasuk penggugur dosa adalah memperbanyak kebaikan setelah melakukan keburukan dan berakhlak mulia. Dari Mu’adz radhiallahu ‘anhu ia berkata ; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
اِتَّقِ اللهَ حَيْثمُاَ كُنْتَ وَأَتبِْعِ السَّيِّئَةَ اْلحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلقٍُ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah kapanpun dan dimanapun engkau berada, dan
berbuatlah kebaikan setelah keburukan niscaya kebaikan tersebut akan
menghapus keburukan tersebut, dan berakhlak yang mulialah kepada
manusia.” (HR. At-Tirmidzi).
Wahai hamba muslim, semangatlah engkau untuk bersegera dalam
melakukan kebajikan yang dimudahkan bagimu, dan janganlah engkau
meremehkan kebaikan apapun, karena sesungguhnya engkau tidak tahu bisa
jadi kebaikan yang sedikit ini dialah yang memasukan engkau ke surga.
Al-Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَه
“Tatkala ada seorang lelaki berjalan di suatu jalan ia mendapati ada
tangkai pohon berduri di tengah jalan, maka iapun meminggirkannya maka
Allahpun membalas jasanya, maka Allahpun mengampuninya.”
Dan juga dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ
بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ
يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا
الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِى كَانَ بَلَغَ مِنِّى. فَنَزَلَ
الْبِئْرَ فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِىَ
فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
“Tatkala seorang lelaki berjalan di suatu jalan iapun sangat
kehausan, lalu ia mendapati sebuah sumur, maka iapun turun ke sumur
tersebut lalu minum dan keluar dari sumur tersebut. Tiba-tiba ada seekor
anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat tanah karena
kehausan. Maka sang lelaki berkata : “Sungguh anjing ini telah kehausan
sebagaimana tadi aku kehausan”. Maka iapun turun kembali ke sumur lalu
ia penuhi sepatunya dengan air, lalu ia memegang sepatu tersebut dengan
mulutnya lalu ia memberi minum kepada anjing tersebut, maka Allahpun
membalasnya, lalu mengampuni dosanya.”
Maka para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kita
mendapatkan pahala pada hewan-hewan tersebut?”. Maka Nabi berkata : في
كل كبد رطبة أجر “Pada setiap yang memiliki hati yang basah (masih
hidup) ada pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Diantara penggugur dosa adalah musibah-musibah yang menimpa seorang
muslim jika ia bersabar menghadapinya dan mengharapkan pahala dan tidak
marah. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu ia berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ
حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ
كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah ada suatu musibahpun yang menimpa seorang muslim, baik
keletihan atau sakit atau kesedihan atau kegelisahan atau gangguan atau
gundah gulana bahkan duri yang menusuknya kecuali Allah akan menjadikan
hal itu sebab untuk menghapus dosa-dosanya” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ يَوْمَ لا يُخْزِي اللَّهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٨)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. At-Tahrim : 8).
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ
وَالاِمْتِنَانِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَلدَّاعِيَ إِلَى رِضْوِانِهِ ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ .
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Ibadallah,
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan berpeganglah
dengan tali Islam yang kuat. Wahai hamba-hamba Allah sebagaimana
penggugur dosa itu banyak, maka dosa-dosa juga merupakan perkara yang
besar tidak boleh diremehkan, baik itu dosa kecil maupun dosa besar,
sesungguhnya setiap dosa ada pencatatnya dan ada penuntutnya dari Allah.
Seorang muslim harus selalu berada diantara khouf (rasa takut) dan
rojaa’ (pengharapan), karena merasa aman dari adzab Allah (yang tidak
terduga) merupakan tanda kehinaan dan kerugian. Allah berfirman :
فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (٩٩)
“Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’roof : 99).
Demikian pula berputus asa dari meraih rahmat Allah adalah kesesatan yang nyata. Allah berfirman ;
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ وَأَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٩٨)
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya dan bahwa
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah :
98).
Bisa jadi kemaksiatan yang kecil di matamu merupakan sebab terjerumusnya engkau dalam kesengsaraan yang abadi, dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhumaa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ فِي هِرَّةٍ رَبَطَتْهَا، فَلَمْ تُطْعِمْهَا، وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ
“Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang diikatnya,
tidak ia beri makan dan tidak pula ia lepas untuk mencari makan sendiri
berupa serangga/binatang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhumaa ia berkata :
كان على ثقل النبي صلى الله عليه وسلم رجل يقال له كركرة فمات فقال رسول
الله صلى الله عليه وسلم هو في النار فذهبوا ينظرون إليه فوجدوا عباءة قد
غلها
Ada seorang yang bekerja membawa barang-barang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang dikenal dengan Karkiroh, lalu orang itupun meninggal, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata : “Ia di neraka”. Maka merekapun pergi dan melihat orang ini,
maka mereka mendapati sebuah pakaian yang diambilnya dengan diam-diam
(HR. Al-Bukhari).
Dan pada peperangan Khoibar ada beberapa orang dari sahabat melewati
seseorang, lalu mereka berkata tentang orang tersebut ; “Si fulan mati
syahid”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
كَلَّا إِنِّي رَأَيْتُهُ فِي النَّارِ فِي بُرْدَةٍ غَلَّهَا أَوْ عَبَاءَةٍ
“Tidak benar, aku telah melihatnya di neraka karena mengambil kain atau pakaian dengan curang” (HR Muslim dari hadits Umar radhiallahu ‘anhu)
Dan dalam sebuah hadits Nabi bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ
يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى
لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan sebuah perkataan yang
diridhoi oleh Allah ia tidak menyangka perkataan tersebut mencapai apa
yang dicapainya, maka Allah mengangkatnya beberapa derajat dengan sebab
perkataan tersebut. Dan sesungguhnya seseorang berbicara dengan sebuah
perkataan yang mendatangkan kemurkaan Allah yang ia tidak memperdulikan
perkataan tersebut, ternyata ia terjatuh di neraka dengan sebab
perkataan tersebut.” (HR. Al-Bukhari).
Dan yang paling berbahaya bagi seseorang adalah perbuatan dzolim dan
permusuhan kepada orang lain, atau menghalangi hak-hak mereka. Keburukan
yang paling buruk yang ada pada manusia adalah “pelit” untuk memberikan
kebaikan dan menyakiti orang lain dengan keburukan-keburukan.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)), وَقَالَ عَلَيْهِ الصَلَاةُ
وَالسَلَامُ : ((رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ
عَلَيَّ)) ، وَلِهَذَا فَإِنَّ مِنَ البُخْلِ عَدَمُ الصَّلَاةِ
وَالسَلَامِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
عِنْدَ ذِكْرِهِ صلى الله عليه وسلم .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ .
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
ذُنُبَنَا كُلَّهُ ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، سِرَّهُ
وَعَلَنَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Syaikh Ali bin Abdirrohman Al-Hudzaifi hafizohulloh (Imam dan Khotib Masjid Nabawi)
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda