“Sesungguhnya semua amalan itu tergantung dengan niatnya, dan setiap
orang mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengikhlaskan niat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah wajib berdasarkan firman-Nya ‘Azza wa Jalla,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya beribadah kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5).
Ayat dan hadits di atas menunjukkan kewajiban ikhlas dalam seluruh
amal perbuatan manusia. Oleh karena itu kita wajib ikhlas dalam menuntut
ilmu, mengamalkannya, melaksanakan shalat, zakat, infaq, puasa, haji,
jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, dakwah, nikah dan walimahnya, dan lain
sebagainya. Jangan hanya meniatkan dunia semata, seperti meraih
kedudukan, sanjungan, pujian, dan kesenangan dunia semata.
Ibadallah,
Pengertian ikhlas secara Bahasa adalah memurnikan, sedangkan dalam
istilah syariat, ikhlas adalah memurnikan niat dalam beribadah kepada
Allah, semata-mata mencari ridha-Nya dan mengharapkan pahala di akhirat,
serta membersihkan niat dari syirik niat, seperti riya’, sum’ah,
mencari pujian, balasan, dan ucapan terimakasih dari manusia, serta niat
duniawi lainnya.
Ikhlas adalah mencari ridha Allah sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla,
وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Dan barangsiapa yang berbuat demikian (yaitu: memberi sedekah, atau
berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia) karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar.” (QS. An-Nisa’:114).
Kaum muslimin, jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Karena ikhlas memiliki kedudukan yang sangat agung dalam agama Allah,
maka pasti ia memiliki banyak faedah. Diantara faedah-faedahnya adalah:
Pertama: Amalannya diterima dan mendapatkan pahala dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Dan barangsiapa yang berbuat demikian (yaitu: memberi sedekah, atau
berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia) karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar.” (QS. An-Nisa’:114).
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa harus ada dua hal penting
pada setiap amalan, jika tidak ada, maka amalannya tidak akan diterima.
Kedua hal itu:
- ikhlas karena Allah ‘Azza wa Jalla .
- amalan itu sesuai dengan apa yang telah disyariatkan oleh Allah dalam Alquran atau dijelaskan oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika salah satu dari dua hal ini rusak, amalan itu tidak akan diterima, sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah
‘Azza wa Jalla,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi:110).
Dalam ayat ini Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan agar amalan itu shalih, maksudnya sesuai dengan syariat, kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan agar pelakunya ikhlas.
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya
mengatakan, “Dua hal ini merupakan rukun diterimanya amalan, yaitu
amalan itu harus murni untuk Allah, benar sesuai syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[Tafsir surat al-Kahfi]
Kedua: Meraih pertolongan Allah ‘Azza wa Jalla
Dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ ظَنَّ أَنَّ لَهُ فَضْلاً
عَلَى مَنْ دُونَهُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ فَقَالَ نَبِىُّ اللَّهِ :
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللَّهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ
وَصَلاَتِهِمْ وَإِخْلاَصِهِمْ
Dari Mush’ab bin Sa’d, dari bapaknya, bahwa dia menyangka dirinya
memiliki keunggulan dibandingkan para sahabat Nabi yang lainnya, maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Allah menolong umat ini adalah dengan sebab doa, sholat, dan keikhlasan
orang-orang yang lemah dari umat ini.” (HR. an-Nasai, no. 3191).
Ketiga: Hati yang bersih dari dendam, hasad, dan khianat.
Dalam sebuah hadits dinyatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ لاَ يُغَلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ
لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومِ جَمَاعَتِهِمْ
فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
“Hati seorang mukmin tidak akan dimasuki dendam dengan sebab tiga
perkara (yaitu) ikhlas dalam amal untuk Allah; memberi nasehat kepada
para pemimpin kaum muslimin; menetapi jamaah mereka, karena sesungguhnya
doa mereka meliputinya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى هُدَاكَ وَأَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ،
وَوَفِّقْنَا لِكُلِّ خَيْرٍ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.
أَقُوْلْ هَذَا الْقَوْلَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
Ibadallah,
Keutamaan ikhlas selanjutnya adalah:
Keempat: Selamat di Dunia.
Sesungguhnya kehidupan dunia ini penuh dengan ujian dan godaan. Jalan
keselamatan dari hal itu adalah keikhlasan. Marilah kita perhatikan
bagaimana Nabi Yusuf Alaihissallam bisa selamat dari cobaan! Ikhlas
itulah sebabnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman.
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ
رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ
مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)
dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu
andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami
memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24).
Kelima: Keselataman di Akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman mengenai sekelompok hamba-hambaNya yang ikhlas, dalam surat al-Insan, ayat 8 – 12.
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
(Mereka berkata dalam hati:) “Sesungguhnya kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Rabb kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا
Maka Rabb memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.
وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.” (Al-Insan: 8-12)
Dan lain-lain dari buah dan faedah ikhlas yang sangat banyak.
Inilah sedikit pembahasan tentang ikhlas dan buah-buahnya, semoga
Allah selalu menganugerahkan keikhlasan niat kepada kita dan kebenaran
di dalam amal. Sesungguhnya Dia Maha mendengar doa dan berkuasa
mengabulkannya.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ وَفِّق جَمِيْعَ وُلَاةِ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِكُلِّ قَوْلٍ
سَدِيْدٍ وَعَمَلٍ رَشِيْدٍ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ
بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي
أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا
كُنَّا.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتَ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Oleh tim KhotbahJumat.com