أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،
وَاعْلَمُوْا أَنَّ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا هِيَ أَسَاسُ الفَلَاحِ
وَعُنْوَانُ السَعَادَةِ فِي الدُنْيَا وَالآخِرَةِ، وَتَقْوَى اللهَ جَلَّ
وَعَلَا أَنْ يَعْمَلَ العَبْدُ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ
يَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ، وَأَنْ يَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ
مِنَ اللهِ يَخَافُ عِقَابَ اللهِ.
Ibadallah,
Perbuatan atau ibadah yang palign Allah cintai adalah tauhid. Dan
dosa yang paling Allah benci dan murkai adalah syirik. Syirik tidak
hanya diartikan dengan seseorang menyembah berhala atau mengakui adanya
pencipta selain Allah. Ya, memang hal ini adalah kesyirikan. Namun, kaum
muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, kesyrikan memiliki arti can
cakupan yang lebih luas daripada hanya sekedar menyembah patung. Syirik
itu adalah memalingkan ibadah, ibadah apapun untuk mencari ridha, rasa
suka, pujian, dan hal-hal lainnya kepada selain Allah, itulah sudah
termasuk syirik.
Meskipun ibadah itu ditujukan kepada malaikat, orang sholeh, seorang
nabi, wali, jin atau pada batu berhala, kesemuanya sama-sama syirik.
Sehingga jika ada yang menyembelih dengan melakukan tumbal pada jin
penjaga jembatan, maka ini pun termasuk kesyirikan karena nusuk
(penyembelihan) adalah suatu ibadah. Begitu juga bergantungnya hati atau
tawakkal adalah ibadah, sehingga jika seseorang menggantungkan hati
pada jimat, penglaris, rajah, wafaq, susuk dan pelet dengan tujuan untuk
kesaktian, membuat laris dagangan, atau menarik cinta, ini pun termasuk
kesyirikan. Namanya ibadah hanya boleh ditujukan pada Allah semata.
Inilah makna syirik yang patut kita pahami dengan baik.
Perbuatan-perbuatan yang demikian, apapun ia dinamakan oleh orang
sekarang, maka itu adalah kesyirikan yang merupakn sebesar-besarnya dosa
dan kemaksiatan.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Seorang muslim wajib memiliki rasa kecemburuan dan ketidak-senangan
ketika Allah disekutukan. Ada perasaan marah di hatinya ketika ada
manusia beribadah kepada selain Allah. Ada rasa keinginan untuk
menasihati dan mencegah pelaku kesyirikan itu dengan cara-cara yang
hikmah, agar ia berhenti dari kesyirikannya. Atau mengingatkan orang
lain dari kesyirikan yang dilakukan para pelaku syirik.
Pada hari ini, lihatlah, para dukun mendedahkan kesyirikan dengan
mengiklankan diri di televisi, baliho-baliho, koran-koran,
majalah-majalah, dan lain-lain. Hendaknya muncul rasa prihatin dalam
wujud upaya melakukan menolaknya. Dimulai dengan mengkaji apa itu tauhid
dan apa itu syirik dengan segala bentuknya, lalu mendakwahi keluarga,
dan masyarakat.
Ibadallah,
Di antara kecemburuan dan bentuk upaya menghilangkan kesyirikan adalah apa yang dilakukan oleh seekor burung. Ya, seekor burung.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ
مِنَ الْغَائِبِينَ﴿٢٠﴾لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ
لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ﴿٢١﴾فَمَكَثَ
غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ
سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ﴿٢٢﴾إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ
وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ﴿٢٣﴾وَجَدْتُهَا
وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ
الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا
يَهْتَدُونَ﴿٢٤﴾أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا
تُعْلِنُونَ﴿٢٥﴾اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ
الْعَظِيمِ
“Dan dia (Sulaiman) memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa
aku tidak melihat Hud-hud apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh
aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau
benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku
dengan (alasan) yang terang”. Maka tidak lama kemudian (datanglah
Hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum
mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita
penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang
memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai
singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari,
selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah),
sehingga mereka tidak dapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah
Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah,
tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai
Arsy yang besar.” (QS. An-Naml: 20-26).
Ibadallah,
Perhatikanlah firman Allah Ta’ala ini, yang menjelaskan bagaiman
seekor burung Hud-hud tidak rela Allah disekutukan. Tergerak dari sebuah
rasa kecemburuan terhadap penyimpangan akidah dalam hati seekor burung,
ketika ia merasa enggan melihat seseorang bersujud dan menyembah kepada
selain Allah. Yang mana hal tersebut dilandasi dengan dasar ilmu bahwa
penyembahan yang dilakukan kepada selain Allah adalah perbuatan sia-sia
dan merupakan kebinasaan. Inilah suatu kebenaran yang nyata dan wajib
untuk diketahui oleh semua orang.
(Kemudian timbul pertanyaan) bagaimana mereka bisa sujud kepada
selain Allah, menundukkan kepala-kepala mereka dan merendahkan (dengan
rasa hina) leher-leher mereka dihadapan mahluk-mahluk Allah? Semestinya
kepala-kepala dan leher harus terangkat, tubuh harus berdiri tegak di
hadapan makhluk Allah. Karena seluruh mahluk adalah sama derajatnya
dihadapan Allah dalam permasalahan ubudiyah (penghambaan) meskipun dalam
masalah status derajat kehidupan di dunia mereka berbeda. Kening itu
tidak boleh ditundukkan kecuali hanya kepada Allah saja, punggung tidak
boleh dimiringkan dan ditundukan dengan rasa hina kecuali hanya kepada
Dzat Yang Maha Pemberi Kehidupan. Itulah kemuliaan yang telah Allah
berikan kepada manusia yang mulia. Ubudiyah (peribadatan) bagi manusia
adalah sebuah kedudukan yang tinggi dan tidaklah dipilih hak dan
pelaksanaan peribadatan itu kecuali oleh orang-orang yang berilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah diberikan penawaran oleh Allah ‘Azza wa Jalla antara menjadi seorang Raja (penguasa) dan Rasul (utusan) atau sebagai seorang Hamba dan Rasul (utusan). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memilih sisi ubudiyah (penghambaan) yaitu sebagai seorang hamba yang di
utus, karena beliau mengetahui hakikat dari ubudiyah, dan bagaimana
mungkin beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui hal tersebut sedangkan beliau adalah sebagai orang yang mengajarkan Al-Hikmah (Alquran dan sunnah).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Pada hakikatnya burung Hud-hud ini adalah salah satu sosok makhluk
Allah yang beriman, artinya bahwa ia tidak mengetahui yang patut
disembah kecuali hanya Allah semata. Sebagaimana firman Allah.
وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
“Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al-Isra: 44).
Dan sebuah kenyataan bahwa burung Hud-hud ini memiliki ilmu dan
mengenal beberapa perkara yang samar dimana urusan tersebut tidaklah
dikenal kecuali oleh kalangan Ahlul ilmi (orang-orang yang berilmu).
Tidaklah Hud-hud ketika melewati suatu kaum musyrik, kecuali dengan
sikap sebagaimana orang-orang yang tidak peduli dengan keberadaan kaum
yang mereka lewat dihadapannya, tidak pula terburu-buru dalam
menafsirkan keadaan kaum tersebut, dengan mengatakan: “Mereka adalah
orang-orang tidak berilmu dan pander”. Akan tetapi Hud-hud bergerak dan
pergi dengan perlahan-lahan kemudian datang melaporkan kejadian yang
baru ia saksikan kepada Nabi Allah Sulaiman ‘alaihisallam dengan kabar yang yakin (tidak diragukan kebenarannya).
Ibadallah,
Ada pendapat yang mengatakan: Bahwasanya Hud-hud adalah hewan yang
telah dipersiapkan secara khusus dan termasuk salah satu dari golongan
pasukan Nabi Sulaiman yang bertugas khusus dalam hal pengintaian
(menjaga serta mengawasi) dan memiliki kedudukan sebagai mahluk yang
berakal dan berilmu.
Bisa jadi perkataan itu benar. Akan tetapi yang paling penting dalam
kasus di atas adalah sikap marah dan perlawanan yang dimiliki dan
diberikan oleh seekor burung terhadap penyimpangan tauhid yang terjadi.
Sementara di lain kita melihat dan menemukan sebagian manusia dari
kalangan orang-orang Islam yang melewati dan melihat kejadian
sebagaimana yang dialami burung Hud-hud ini tanpa ada rasa marah dan
ingkar dalam hati mereka. Bahkan terkadang mereka membenarkan sikap
orang-orang yang bersalah dan tersesat dari jalan tauhid.
Allah saja yang dimintai pertolongan, seandainya burung Hud-hud ini
melewati sebagian negeri-negeri kaum muslimin pada zaman sekarang dan
melihat sikap mereka bergegas untuk mendatangi tempat-tempat yang
diagungkan seperti perkuburan-perkuburan, kubah-kubah (sejenis bangunan
untuk menutupi atas kuburan tertentu). Dan seandainya Hud-hud mendengar
teriakan-teriakan mereka tersebut ….. dari sebagian kaum muslimin yang
menyeru kepada selain Allah !!!
Sekiranya bagaimana reaksi Hud-hud melihat kesyirikan yang jauh lebih dahsyat di zaman ini?
Sungguh suatu realita pahit yang sangat disayangkan; lalu kapan kaum muslimin akan sadar dan memperhatikan hal ini ….
Demikian pula para da’i Islam? Sejauh mana kecemburuan mereka? Apakah
mereka menganggap selain syirik itu lebih besar sehingga mendapatkan
porsi perhatian pertama?
Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk senantiasa
mentauhidkannya dalam setiap keadaan dan mengampuni dosa syirik yang
kita lakukan baik yang kita sadari maupun tidak kita sadari.
فَنَسْأَلُ اللهَ الكَرِيْمَ بِأَسْمَائِهِ الحُسْنَى وَصِفَاتِهِ العُلْىَ
أَنْ يَحْفَظَ نِسَاءَنَا وَنِسَاءَ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ
وَبَلَاءٍ وَأَنْ يَجْنِبْهُنَّ الفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،
وَأَنْ يَرُدَّ كَيْدَ مَنْ أَرَادَ بِهِنَّ شَرّاً فِي نَحْرِهِ إِنَّهُ
سَمِيْعُ الدُّعَاءِ وَهُوَ أَهْلُ الرَّجَاءِ وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ
الوَكِيْلِ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْماً كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ:
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى، فَإِنَّ
تَقْوَى الله جَلَّ وَعَلَا هِيَ خَيْرُ زَادِ يُبَلِّغُ إِلَى رِضْوَانِ
اللهِ، وَهِيَ وَصِيَّةُ اللهِ لِلْأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ مِنْ
خَلْقِهِ، وَهِيَ وَصِيَةُ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِأُمَّتِهِ، وَهِيَ وَصِيَة ُالسَّلَفِ الصَالِحِ فِيْمَا بَيْنَهُمْ،
وَنَسْأَلُ اللهَ جَلَّ وَعَلَا أَنْ يَجْعَلَنَا جَمِيْعًا مِنْ أَهْلِ
التَّقْوَى وَأَنْ يُوَفِقَنَا لِتَحْقِيْقِهَا .
Ibadallah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kamu
kuberitahu tentang sesuatau yang menurutku lebih aku khawatirkan
terhadap kalian daripada (fitnah) Al Masih Ad Dajjal? Para sahabat
berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (yang
tersembunyi), yaitu ketika sesorang berdiri mengerjakan shalat, dia
perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang
memperhatikannya.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, perbuatan syirik itu terkadang samar. Terkadang
muncul dari hati begitu saja. Mudah-mudahan Allah menerima ibadah-ibadah
kita dan menjadikan kita ahlut tauhid.
وَصَلُّوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا
أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، اَللَّهُمَّ احْمِ
حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
للَّهُمَّ وَآمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ
أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ
عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Oleh tim KhotbahJumat.com