إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي
نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6).
Kematian seorang kafir akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman bagi penduduk dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ketika melihat rombongan membawa jenazah:
الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا
إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ
الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
“Hamba yang beriman akan istirahat dari keletihan dan derita dunia
menuju rahmat Allah sementara hamba yang fajir (bergelimang maksiat,
jika dia mati-red) maka manusia, negeri, pepohonan dan binatang melata
akan terbebas dari keburukannya.” (HR. Bukhari).
Ibadallah,
Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan dibangkit untuk dihisab
dengan wajah hitam pekat, berdebu serta bermuka masam. Kedua mata mereka
terbelalak karena terperangah kaget dan takut; leher mereka terikat
dengan rantai sebagai balasan yang setimpal.
Ibadallah,
Inilah ini sebagian dari sifat-sifat buruk orang-orang kafir beserta
balasan yang akan mereka terima. Keburukan yang bertumpuk-tumpuk tanpa
henti, maka hendaklah kita berhati-hati dan tetap menjaga diri kita agar
tidak terjerumus kedalam kekufuran. Kepedihan akibat dari sifat-sifat
buruk mereka, hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar tidak mudah
membeo prilaku mereka yang terkadang menipu dan tidak mudah mengamini
ucapan-ucapan dan janji-janji manis mereka. Ingatlah sabda nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam :
بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ,
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا, وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْل
“Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti
malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya
menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya
menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia.” (HR.
Ahmad).
Dan hendaklah kita senantiasa waspada agar tidak terjebak arus
mengikuti orang-orang kafir. Marilah kita senantiasa mengikuti jalannya
orang-orang yang bertakwa. Shalat yang menjadi batas antara keimanan
dengan kekufuran, batas antara keimanan dan kemunafikan, hendaklah
senantiasa dijaga dan dilaksanakan dengan cara berjamaah di
masjid-masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Pembatas antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah kafir.”
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ سُبْحَانَهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ
رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ.
Ibadallah,
Setelah mengetahui berbagai sifat buruk dan belasan dari keburukan
yang dilakukan orang-orang kafir, mestinya kita berusaha maksimal
menghindari sikap membeo dan meniru-meniru mereka. Generasi shahabat,
tabi’in dan tabi’in yang merupakan generasi awal umat ini sekaligus
generasi terbaik, hendaklnya kita jadikan panutan. Karena keserupaan
atau kesamaan fisik bisa menyebabkan kesamaan atau keserupaan bathin.
Oleh karena itu hendaknya kita berusaha menyerupai dan meniru generasi
awal umat ini. Semoga agama dan akhlaq kita sedikit demi sedikit bisa
meniru akhlak dan agama mereka. Sebaliknya, janganlah kita latah meniru
dan menyerupai penampilan orang-orang kafir. Karena penyerupaan bisa
menyeret kita untuk berperilaku buruk sebagaimana mereka, minimalnya
akan menimbulkan rasa suka dan loyal kepada mereka, padahal mestinya
kita bara’ dari mereka dan perilaku buruk mereka. Sebagai insan yang
beriman, kita wajib berusaha menyelisihi perilaku dan keyakinan orang
kafir. Janganlah kita menjadikan mereka sebagai wali ! Bencilah mereka
karena keyakinan mereka yang bathil ! Dan hendaknya kita bangga beragama
Islam dan bersemangat untuk mendakwahi mereka kepada Islam.
Marilah kita tetap berusaha mengikhlaskan seluruh ibadah hanya untuk Allah semata! Perbanyaklah memuji Allah ‘Azza wa Jalla yang telah memberikan petunjuk kepada kita.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla , semoga Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita agar tetap istiqamah dalam melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)), وَقَالَ عَلَيْهِ الصَلَاةُ
وَالسَلَامُ : ((رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ
عَلَيَّ)) ، وَلِهَذَا فَإِنَّ مِنَ البُخْلِ عَدَمُ الصَّلَاةِ
وَالسَلَامِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
عِنْدَ ذِكْرِهِ صلى الله عليه وسلم.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
ذُنُبَنَا كُلَّهُ ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، سِرَّهُ
وَعَلَنَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ.
(Diterjemahkan secara bebas oleh M. Syahid.Ridlo dari al-Khuthabul
Minbariyyah, hlm. 62-67 karya Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qasim
(Imam dan khatib Masjid Nabawi).)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIV/1431H/2010].