لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak (sempurna) iman salah seorang di antara kalian hingga aku
lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan manusia-manusia
lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا
مِنْ نَفْسِي ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَا وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ ، فَقَالَ
لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ
نَفْسِي ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْآنَ يَا عُمَرُ
“Wahai Rasulullah, sungguh Anda adalah seorang yang paling aku cintai
daripada segala sesuatu kecuali dari diriku.” Maka, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidak (demikian), demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya,
sehingga aku lebih kamu cintai dibandingkan dirimu.” Lalu Umar berkata
kepada beliau, “Sesungguhnya sekarang, demi Allah, Anda adalah orang
yang paling aku cintai (bahkan) dari diriku”, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sekarang, wahai Umar”. (HR. Bukhari).
Yakni sekarang engkau telah beriman dengan keimanan yang sempurna.
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم مَتَى السَّاعَةُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟ قَالَ مَا أَعْدَدْتُ
لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي
أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، قَالَ صلى الله عليه وسلم أَنْتَ مَعَ مَنْ
أَحْبَبْتَ )) . قال أنس: ((فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحًا
أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ
أَحْبَبْتَ . قَالَ أَنَسٌ : فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا
بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ
بِأَعْمَالِهِمْ
“Ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”Orang
tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari
tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi
yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai).”Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena
kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan
mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan masih banyak hadits-hadits semisal ini. Banyaknya hadits-hadits
semisal ini menunjukkan penekakan akan wajibnya bagi setiap muslim dan
mukmin untuk mencitai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cinta yang melebihi cinta terhadap dirinya sendiri, orang tuanya, anak-anaknya, dan manusia manapun selain beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri…” (QS. Al-Ahzab: 6)
Ayat ini mempertegas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama dari diri kita, sehingga wajib bagi kita mencintai beliau lebih dari mencintai diri kita sendiri.
Ibadallah,
Berikut ini permasalahan agung yang berkaitan dengan mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu: Bagaimana kita mengekspresikan cinta kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Atau dengan kata lain apa wujud dari cinta kepada Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Ibadallah,
Yang pertama dan yang paling penting dalam mengekspresikan cinta kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah mengikuti beliau dengan ketulusan, meneladani petunjuknya,
mencontoh sunnahnya, dan berpegang teguh dengan apa yang ia bawa. Ini
adalah tanda cinta yang nyata dan jujur atas kecintaan kita kepada
beliau. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. (QS. Ali Imran:
31).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat yang mulia ini
adalah hakim bagi orang-orang yang mengaku mencintai Allah, namun mereka
tidak menempuh jalan petunjuk Nabi Muhammad. Yang demikian adalah
pengakuan yang dusta. Sampai mereka buktikan dengan mengikuti Syariat
Nabi Muhammad, bergaya hidup dengannya baik dalam perkataan maupun
perbuatan.”
Oleh karena itu, para ulama mengatakan, ayat ini adalah ayat ujian.
Maksudnya, bagi siapa yang mengaku mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka
ia harus ukur dirinya dengan ayat ini. Apabila ia mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan sebenar-benarnya, maka ini adalah tanda yang nyata dari
kebenaran cintanya. Lantaran inilah banyak hadits-hadits yang
memperingatkan kita dari membuat-buat amalan dalam agama (bid’ah). Hal
ini menutup kemungkinan agar seseorang yang mengaku mencintai Nabi tidak
menempuh jalan yang tidak semestinya. Nab shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عليه أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan dari urusan kami, maka ia tertolak.”
Ibadallah,
Di antara tanda cinta yang jujur kepada Nabi adalah menjaga adab terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti
panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).” (QS. An-Nur:
63).
Firman-Nya yang lain,
لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ
“janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi” (QS. Al-Hujurat: 2).
Dan ayat-ayat yang lainnya yang menjelaskan bahwa kita harus beradab
terhadap Nabi, mengetahui kedudukannya, dan mengangungkannya. Tentu saja
dengan pengagungan yang selayaknya (tidak meremehkan dan tidak
berlebihan). Mengagungkan dengan hati dengan mencintai dan mengetahui
kedudukan beliau. Mengagungkan dengan lisan dengan memujinya dengan
tidak berlebihan dan bershalawat kepadanya. Mengagungkannya dengan
anggota tubuh yaitu dengan mengikuti petunjuk beliau. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:
21).
Tanda kesempurnaan cinta kepada beliau yang lainnya adalah dengan banyak menyebut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengharapkan perjumpaan dengan beliau. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ
“Di antara umatku yang paling mencintaiku adalah, orang-orang yang
hidup setelahku. Salah seorang dari mereka sangat ingin melihatku,
walaupun menebus dengan keluarga dan harta.” (HR. Muslim).
Sebagian sahabat mengatakan,
غَدًا نَلْقَى الْأَحِبَّهْ ؛ مُحَمَّدًا وَحِزْبَهْ
“Esok kita akan berjumpa dengan orang yang paling dicinta, Muhammad dan orang-orang yang bersamanya.”
Termasuk tanda cinta kepada beliau adalah banyak bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terutama saat menyebut nama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di hari Jumat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا الصَّلَاةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الجُمُعَة
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat dan malam Jumat.”
Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Aku menyukai
bershalawat kepada Nabi dalam setiap keadaan. Dan pada hari Jumat dan
malam Jumat, aku lebih menyukainya lagi.”
Ibadallah,
Termasuk tanda cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mencintai keluarganya, istri-istrinya, dan para sahabatnya. Allah Ta’ala berfirman,
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri…” (QS. Al-Ahzab: 6)
Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى
“Atas nama Allah, aku ingatkan kalian akan keluargaku.” (HR. Muslim). Beliau mengulang sabdanya ini tiga kali.
Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu mengatakan,
ارْقُبُوا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ
“Perhatikanlah (jagalah) oleh kalian hak Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam masalah ahli bait (keluarga) beliau.” (Riwayat Bukhari).
Sabdanya,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para
sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’in), kemudian yang
sesudahnya (masa tabi’ut tabi’in).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Sekiranya seorang dari
kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, (hal itu) tidak akan
menyamai infak satu mud atau setengah mud dari salah seorang mereka.”
(Muttafaqun ‘alaihi).
Wujud ekspresi kecintaan yang lainnya adalah mencintai sunnah-sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mencintai orang-orang yang berpegang teguh dengannya dan mendakwahkannya. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : يَا
رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَقُولُ فِي رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا وَلَمْ
يَلْحَقْ بِهِمْ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : الْمَرْءُ
مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ia berkata, ‘Wahau Rasulullah, bagaimana pendapat Anda terhadap seorang
laki-laki yang mencintai suatu kaum namun mereka tidak berjumpa
dengannya”? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai’.”
Inilah di antara tanda-tanda yang benar terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita memohon kepada Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, yang
tidak ada sesembahan yang benar selain Dia, yang kasih sayang-Nya
meliputi segala sesuatu, agar ia menjadikan kita termasuk orang yang
mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
cinta yang hakiki dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang
mengikuti beliau. Dan kita memohon kepada-Nya agar kita dikumpulkan
bersama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ
وَالاِمْتِنَانِ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Ibadallah,
Di tengah keasingan agama ini dan sedikitnya orang yang mempelajari serta mengenal petunjuk sayyidul anbiya wal mursalin shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ada suatu permasalahan yang mengherankan yang terjadi di tengah
masyarakat. Sebuah permasalahan yang masyarakat menganggapnya sebagai
ekspresi kecintaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai suatu perayaan, demikian
juga hari isra dan mi’raj beliau, dan hari hijrah beliau.
Berkumpulnya orang untuk merayakan hari ini, membaca pujian dan
sanjungan-sanjungan kepada beliau yang kata mereka sebagai bentuk
kecintaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang
demikian ini –ibadallah- walaupun diniatkan untuk mencintai beliau,
tidaklah dibenarkan. Karena ini termasuk bentuk kekeliruan dalam
mengekspresikan cinta kepada beliau. Yang tidak pernah Abu Bakar, Umar,
Utsman, Ali, dan sahabat-sahabat lainnya mengekspresikan kecintaan
kepada Nabi dalam bentuk yang demikian.
Ibadallah,
Tidak ada satu orang pun dari para sahabat radhiallahu ‘anhu
yang mengekspresikan kecintaan dalam bentuk demikian. Dan para sahabat
adalah mereka yang mengekspresikan cinta kepada Nabi dengan tanpa
membuat amalan-amalan yang tidak dicontohkan oleh Nabi. Karena itu,
dalam mengekspresikan kecintaan kita kepada Nabi haruslah mencontoh
bagaiamana sahabat mengekspresikan kecintaan mereka kepada beliau.
Orang yang cerdas adalah mereka yang berpegang kepada teguh kepada
sunnah dan meneladani jalannya para sahabat. Dan mereka mawas diri dari
sesuatu yang baru dalam agama atau perkara bid’ah yang sama sekali tidak
Allah turunkan tuntunannya mengenai hal itu, baik di dalam Alquran
maupun sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ .
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ
وَأَعِنْهُ عَلَى الْبِرِّ وَالتَقْوَى ، وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ
وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ وَفِّقْ
جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ
وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ محمد صلى الله عليه وسلم .
اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا
زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا.
اَللَّهُمَّ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَةَ
وَالغِنَى. . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ
وَجِلَّهُ ؛ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، سِرَّهُ وَعَلَنَهُ . اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ .
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ وَتُبْ
عَلَى التَّائِبِيْنَ وَاكْتُبْ الصِحَّةَ وَالعَافِيَةَ وَالسَّلَامَةَ
لِعُمُوْمِ المُسْلِمِيْنَ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ أُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad
Oleh tim KhotbahJumat.com