كَذَلِكَ أَرْسَلْنَاكَ فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهَا أُمَمٌ
لِّتَتْلُوَ عَلَيْهِمُ الَّذِيَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَهُمْ يَكْفُرُونَ
بِالرَّحْمَـنِ قُلْ هُوَ رَبِّي لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ مَتَابِ
Demikianlah, Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh
telah berlalu beberapa umat sebelumnya, supaya kamu membacakan kepada
mereka (Al Quran) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: “Dialah Tuhanku tidak ada
Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya
aku bertaubat”. (QS. Ar-Ra’d: 30).
Ibadallah,
Allah menyebutkan tawakal sebagai sifat dari hambanya yang beriman dan juga para walinya. Sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ
حَقًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 2-4).
Ibadallah,
Tawakal itu tempatnya di hati. Amalan ini terdiri dari dua prinsip
yang agung yang harus tertanam di hari seorang hamba, agar ia menjadi
seseorang yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal.
Kedua hal itu adalah:
Pertama: pengetahuan seseorang hamba atau seorang hamba mengilmui bahwa tidak ada pelindung dan tempat bertawakal kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada selain-Nya. Dia adalah Rabba yang Maha Agung, yang mengatur
segala sesuatu. Jika ia menghendaki sesuatu terjadi, maka pasti terjadi.
Namun jika tidak Dia kehendaki, pasti tidak terjadi. Seorang hamba
meyakini bahwa Allah mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya, Maha Mendengar
apa yang mereka ucapkan, Maha Melihat apa yang mereka lakukan, dan tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (217) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ
تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219) إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan
(melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang
sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. 217-220).
Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً
“dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung.” (QS. An-Nisa: 81).
Dan firman-Nya,
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيراً
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati,
dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui
dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan: 58).
Kedua: Amalan hati, berupa penyandaran diri kepada
Allah, berharap kepada-Nya, dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya.
Jangan sampai hati kita hanya bersandar pada usaha dan bergantung
sepenuhnya pada usaha tersebut. Hati tetap harus bersandar kepada Allah Jalla wa ‘Ala sambal melakukan usaha untuk mewujudkan kebaikan urusan agama dan dunia.
Tawakal adalah ibadah yang senantiasa hadir di setiap keadaan seorang
muslim. Seorang muslim senantiasa bertawakal kepada Allah dalam
memperoleh kebaikan dunia, seperti rezeki, kelancaran mata pencarian,
dan kemaslahatan-kemaslahatan dunia lainnya.
Tawakal kepada Allah juga akan memberikan dampak yang baik dalam
permasalahan agama seseorang. Karena seseorang hamba butuh kepada Allah
dalam setiap urusan agamanya. Kebutuhan tersebut tidak terlewatkan
walaupun sekejap mata. Ia butuh kepada Allah untuk menegakkan ibadah dan
ketaatan, dll.
Ibadallah,
Tawakal kepada Allah Jalla wa ‘Ala jangan diartikan
menafikan usaha. Usaha adalah di antara wujud benar dan sempurnanya
tawakal seseorang. Oleh karena itu, orang yang paling bertawakal,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerintahkan agar seseorang berusaha. Melakukan sesuatu agar apa yang ia inginkan bisa terwujud. Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزن
“Bersungguh-sungguhlah terhadap segala yang bermanfaat bagimu. Kemudian minta tolonglah kepada Allah. Janganlah kalian lemah.”
Beliau juga bersabda kepada seorang laki-laki yang bertanya tentang ontanya.
أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ ؟ قَال: اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
“Apakah aku ikat dia, kemudian bertawakal kepada Allah? Atau aku
biarkan dia?” Beliau bersabda, “Ikatlah, dan bertawakallah kepada
Allah.”
Beliau mengajarkan orang tersebut untuk berusaha melakukan sesuatu
agar ontanya tidak hilang. Dalam hadits riwayat Tirmidzi, dari Umar bin
al-Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ
بِطَانًا
“Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal,
pasti Allah akan memberikan rezeki kepada kalian. Sebagaimana seekor
burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan kosong perutnya, lalu
pulang di sore hari dalam keadaan penuh.”
Usaha burung tersebut adalah berangkatnya ia di waktu pagi, di awal waktu, untuk mencari dan menjemput rezekinya.
Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah mendengar seseorang yang
keluar dari rumahnya tanpa usaha dan perbekalan. Lalu mereka
mengatakan, “Kami adalah orang-orang yang bertawakal”. Umar menjawab,
“Kalian adalah orang-orang yang pura-pura bertawakal. Orang yang
bertawakal kepada Allah adalah mereka yang menyemai benih di tanah,
kemudian bertawakal kepada Allah”.
Dari sini dapat kita ketahui –ibadallah-, bahwa tawakal kepada Allah harus disertai dengan usaha yang bermanfaat bagi seseorang, usaha yang menghasilkan. Baik menghasilkan dalam urusan agama maupun urusan dunia. Namun
seseorang juga tidak boleh bergantung kepada usaha tersebut dan yakin
sepenuhnya padanya. Wajib baginya tetap yakin kepada Allah semata,
tawakal kepada-Nya saja, dan menyerahkan hasil hanya kepada-Nya.
اَللَّهُمَّ مُنَّ عَلَيْنَا أَجْمَعِيْنَ بِأَنْ نَكُوْنَ مِنَ
المُتَوَكِّلِيْنَ عَلَيْكَ حَقّاً وَصِدْقاً وَأَعِنَّا يَا ذَا
الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ وَوَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ
إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ وَأَنْتَ أَهْلُ الرَّجَاءِ وَأَنْتَ
حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرِ لَهُ عَلَى مَنِّهِ
وَجُوْدِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
تَعْظِيْماً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ اَلدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى .
Ibadallah,
Tawakal kepada Allah adalah ibadah yang agung dan kewajiban yang mulia. Tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah Jalla wa ‘Ala, Yang Maha Hidup dan tidak mati. Renungkanlah firman Allah Ta’ala berikut ini,
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati.” (QS. Al-Furqan: 58).
Tawakal itu ditujukan kepada Dia yang kekal, bukan kepada yang mati.
Adapun selain-Nya, bisa jadi sekarang dia masih hidup, namun pasti dia
akan mati. Atau sesuatu yang pernah hidup, tapi sekarang sudah mati.
Atau memang dia adalah benda mati yang tidak hidup. Semua itu tidak
pantas diserahkan tawakal kepadanya. Bertawakallah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kekal dan tidak akan mati. Diriwayatkan dalam Shahihain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ
وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ ، اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ
بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِى أَنْتَ الْحَىُّ
الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ
“Ya Allah, aku berserah diri pada-Mu, aku beriman pada-Mu, aku
bertawakal pada-Mu, aku bertaubat pada-Mu, dan aku mengadukan urusanku
pada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu,
tidak ada ilah selain Engkau yang bisa menyesatkanku. Engkau Maha Hidup
(kekal) dan tidak mati sedangkan jin dan manusia mati.”
عِبَادَ اللهِ: وَ صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَعَاكُمُ اللهُ- عَلَى
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي
كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:56] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
.وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ. اَللَّهُمَّ احْمِ
حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي
أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ
وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ
عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ
الصَّالِحَةَ النَّاصِحَةَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْنَا وَلَا تَنْصُرْ
عَلَيْنَا، وَاهْدِنَا وَيَسِّرِ الهُدَى لَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ
بَغَى عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لَكَ ذَاكِرِيْنَ لَكَ
شَاكِرِيْنَ إِلَيْكَ أَوَّاهِيْنَ مُنِيْبِيْنَ لَكَ مُخْبِتِيْنَ لَكَ
مُطِيْعِيْنَ. اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا وَاغْسِلْ حَوْبَتَنَا
وَأَجِبْ دَعْوَتَنَا وَثَبِّتْ حُجَّتَنَا وَسَدِّدْ أَلْسِنَتَنَا
وَاهْدِ قُلُوْبَنَا وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ صُدُوْرِنَا. اَللَّهُمَّ
وَفِّقْنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا
شَأْنَنَا كُلَّهُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَتُبْ عَلَى التَّائِبِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَارْحَمْ
مَوْتَانَا وَمَوْتَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَاشْفِ مَرْضَانَا
وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ فَرِجّْ هُمُ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ
المُسْلِمِيْنَ وَفَرِّجْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ
عَنِ المَدِيْنِيْنَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا
قَيُّوْمُ أَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ. { رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ }.{ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }.
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad