إِنَّ صَاحِبَ الشِّمَالِ لِيَرْفَعُ الْقَلَمَ سِتَّ سَاعَاتٍ عَنِ
الْعَبْدِ الْمُسْلِمِ الْمُخْطِئِ أَوِ الْمُسِيءِ، فَإِنْ نَدِمَ
وَاسْتَغْفَرَ اللهَ مِنْهَا أَلْقَاهَا، وَإِلَّا كُتِبَتْ وَاحِدَةً
“Sesungguhnya malaikat yang di kiri mengangkat penanya selama enam
waktu dari seorang hamba muslim yang bersalah atau berbuat keburukan,
jika sang hamba menyesal dan memohon ampunan dari dosa tersebut maka
iapun tidak jadi mencatat, namun jika tidak maka dicatat satu dosa.”
(HR. at-Thobroni).
Dan musim-musim kebaikan merupakan kesempatan yang datang silih
berganti, merupakan anugerah yang besar, yang dimanfaatkan oleh
orang-orang yang cerdas, musim haji mencuci dosa-dosa, umroh menebus
kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, demikian juga dengan bulan Ramadhan
bersama siangnya yang agung dan indahnya malam-malamnya.
Menetap tinggal dan dekat dengan tempat-tempat mulia merupakan
kesempatan yang berharga, karena kebaikan-kebaikan dilipat gandakan di
Mekah dan Madinah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ،
إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ، وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Sholat di masjidku lebih baik dari seribu sholat di masjid yang
lain, kecuali al-masjid al-harom. Dan sholat di al-masjidil haram lebih
baik dari seratus ribu sholat di masjid yang lainnya.” (HR. Ibnu Majah).
Bahkan orang-orang yang terkena musibah, maka kesempatan mereka
adalah mendapatkan pahala dalam kesabaran serta ridho dengan keputusan
dan taqdir Allah.
Seorang muslim yang cerdas, adalah seorang yang memiliki semangat
yang tinggi, ia mengembangkan jiwanya yang bersegera, maka ia
menciptakan kesempatan-kesempatan dan ia melahirkan amalan-amalan yang
terarah untuk mendapatkan pahala, untuk memanfaatkan waktu dan
kehidupannya, maka iapun memberi manfaat kepada dirinya, iapun menambah
bekalnya, ia berkhidmah kepada negerinya dan umat-nya.
Orang yang bahagia adalah orang yang menjadikan seluruh musim dalam
kehidupannya sebagai kesempatan untuk menyucikan dirinya, menjadikan
kehidupannya lebih baik, maka iapun bertekad dan serius serta iapun
melombai waktu, bersegera menuju ketinggian. Adapun jika hilang sikap
bersegera, tersebarlah sikap “berpangku tangan” maka seorang muslim akan
kehilangan kesempatan-kesempatan berharga dan keberuntungan yang besar,
serta akan tidak berfungsi kekuatannya, bekulah pengaruhnya di negeri
dan umatnya. Hal ini menkonsekuensikan agar kita mengarahkan kehidupan
kita dengan bimbingan, dengan serius dan memanfaatkan
kesempatan-kesempatan, agar kita semakin maju di dunia dan semakin
tinggi mulia dalam kehidupan, serta aman tenteram di hari akhirat.
Barangsiapa yang menjadikan tujuan hidupnya rendah, dan nilai dirinya
dalam kehidupan ini murahan, maka ia telah meluputkan dirinya dari
kesempatan-kesempatan dan hanya menghabiskan kehidupannya untuk
bersenang-senang dan berhura-hura, maka hari-harinya pun sirna dalam
kesia-siaan, tahun-tahun yang sia-sia itulah umurnya, dan ia akan
berkata tatkala di akhirat:
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي (٢٤)
“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”. (QS. Al-Fajr: 24).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعْنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيآتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الإِسْلَامِ،
أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُهُ عَلَى الدَّوَامِ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اَلْمُتَفَضِّلُ
عَلَى عِبَادِهِ بِالصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ
وَقَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً
دَائِمَةً عَلَى التَّمَامِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهَ، قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Menunda-nunda menyebabkan hilangnya kesempatan, sehingga pekerjaan
yang dipikul menumpuk, menjadi lambat dan tertunda, pikiran menjadi
bercabang tidak karuan, maka kesempatan-kesempatan yang terbuka
dihadapannya tidak terlihat, pekerjaanpun tidak terselesaikan. Umar bin
Al-Khottob –semoga Allah meridhoinya- berkata :
مِنَ الْقُوَّةِ أَلاَّ تُؤَخِّرَ عَمَلَ الْيَوْمِ إِلَى الْغَدِ
“Diantara kekuatan adalah engkau tidak menunda pekerjaan hari ini hingga esok”
Kesempatan-kesempatan juga menjadi mati karena sikap keraguan yang
menyebabkan terlewatkannya keberhasilan, sehingga seseorang tetap di
tempatnya, sementara pengendara terus berjalan maju. Allah berfirman,
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” (QS. Ali-Imron: 159).
Allah juga berfirman,
فَإِذَا عَزَمَ الأمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ (٢١)
“Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya).
tetapi Jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang
demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21).
Barangsiapa yang dilanda kelalaian maka ia telah menyia-nyiakan
kesempatan dan telah membuang anugerah, ia telah membunuh waktu dengan
sikap nganggur tanpa manfaat. Allah berfirman,
لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ
بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ
هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf :
179).
Mereka yang lalai akan menyesal pada hari penyesalan. Allah berfirman,
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الأمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ (٣٩)
“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu)
ketika segala perkara telah diputuskan, sementara mereka dalam kelalaian
dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39).
Dan penyesalan terbesar adalah milik orang-orang yang celaka, tatkala
mereka meminta dan memohon untuk diberikan kesempatan lagi, mereka
berkata:
رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَالِّينَ
(١٠٦)رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ
(١٠٧)
“Ya Tuhan Kami, Kami telah dikuasai oleh kejahatan Kami, dan adalah
Kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari
neraka (dan kembalikanlah Kami ke dunia), Maka jika Kami kembali (juga
kepada kekafiran), Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-Mukminun: 106-107).
Maka Allah berkata kepada mereka:
اخْسَئُوا فِيهَا وَلا تُكَلِّمُونِ (١٠٨)
“Tinggallah kalian dengan hina di dalam neraka, dan janganlah kalian berbicara dengan aku.” (QS. Al-Mukminun: 108).
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
.وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةً الصَالِحَةً النَاصِحَةً يَا ذَا
الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ
المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَناَ تَقْوَاهَا ، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعِفَّةَ وَالغِنَى ، اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا
وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَأَخْرِجْنَا
مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا
وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا
وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا . اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَصِفَاتِكَ العُلَى أَنْ تَجْعَلْ
قُوَّتَنَا حَلَالًا وَأَنْ تَجَنِّبْنَا الحَرَامَ يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ سِرَّهُ
وَعَلَّنَهُ .
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبَّ العَالَمِيْنَ وَصَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ وَباَرَكَ وَأَنْعَمَ عَلَى عَبْدِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Baari Ats-Tsubaiti (Imam dan khotib Masjid Nabawi)
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda