وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk
kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra: 11).
Ayyuhal mukminun,
Kedua: Adil di antara anak dan menjauhi sikap zhalim dan tidak adil.
Jika orang tua tida bersikap adil di antara anak mereka, maka akan
terdapat rasa permusuhan, hasad, dan kebencian antara mereka. Jika
mereka berbuat adil, maka keadilan tersebut akan menjadi sebab terbesar
saling cinta dan kasih saying di antara mereka. Dan juga menjadi sebab
baiknya perangai mereka.
Dalam Shahihain, dari Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu
عَنْ اَلنُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- (
فَانْطَلَقَ أَبِي إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم لِيُشْهِدَهُ
عَلَى صَدَقَتِي. فَقَالَ : أَفَعَلْتَ هَذَا بِوَلَدِكَ كُلِّهِمْ? قَالَ :
لَا قَالَ: اِتَّقُوا اَللَّهَ , وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلَادِكُمْ
فَرَجَعَ أَبِي, فَرَدَّ تِلْكَ اَلصَّدَقَةَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَفِي
رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ قَالَ : ( فَأَشْهِدْ عَلَى هَذَا غَيْرِي ثُمَّ
قَالَ : أَيَسُرُّكَ أَنْ يَكُونُوا لَكَ فِي اَلْبِرِّ سَوَاءً? قَالَ :
بَلَى قَالَ : فَلَا إِذًا )
Dari Nu’man Ibnu Basyir radhiallahu ‘anhuma, “Ayahku menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
agar menyaksikan pemberiannya kepadaku, lalu beliau bersabda: “Apakah
engkau melakukan hal ini terhadap anakmu seluruhnya?”. Ia menjawab:
Tidak. Beliau bersabda: “Takutlah kepada Allah dan berlakulah adil
terhadap anak-anakmu.” Lalu ayahku pulang dan menarik kembali pemberian
itu. (Muttafaq ‘alaihi).
Dalam riwayat Muslim beliau bersabda: “Carikan saksi lain selain
diriku dalam hal ini.” Kemudian beliau bersabda: “Apakah engkau senang
jika mereka (anak-anakmu) sama-sama berbakti kepadamu?”. Ia Menjawab:
Ya. Beliau bersabda: “kalau begitu, jangan lakukan.”
Ayyuhal mukminun ibadallah,
Ketiga: Lemah lembut, kasih sayang, dan berbuat baik terhadap anak. Jauhi sifat kasar dan kaku.
Jika lemah lembut ada pada suatu hal pasti dia akan menjadikan hal
itu indah. Dan tidaklah hilang dari sesuatu pasti hal itu akan menjadi
rusak. Lakukan kelemah-lembutan, kasih sayang, dan perhatian terhadap
anak sedari mereka kecil. lakukan hal it uterus-menerus.
Dalam Shahihain, dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menciumi cucunya Hasan bin Ali. Saat itu al-Aqra’ bin Habis duduk di dekat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Aku memiliki 10 orang anak dan aku tidak pernah mencium salah seorang dari mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menatap al-Aqra’, kemudian bersabda,
مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ
“Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak disayangi.”
Dalam Shahihhain, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Datang seorang Arab Badui menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, ‘Anda mencium anak-anak? Kami tidak pernah melakukannya’. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ
“Sungguh aku tidak mampu mencegah jika ternyata Allah telah mencabut sifat kasih sayang dari hatimu.”
Kasih sayang dan lemah lembut ini ma’asyiral mukminin, adalah sebab
yang membuat anak menjadi dekat dan cinta kepada kedua orang tuanya.
Apabila rasa kedekatan ini sudah ada, maka rasa cinta pun akan muncul.
Sehingga orang tua bisa memberikan pengarahan, nasihat, dan pendidikan
terhadap anak-anaknya. Dan anak-anak pun akan lebih mudah menerima dan
memperhatikan apa yang disampaikan kedua orang tuanya.
Ibadallah,
Keempat: Orang tua memiliki semangat untuk mengarahkan anak-anaknya kepada perkara yang mulia.
Hal ini dilakukan dengan cara memberi pengajaran tentang akidah
Islamiyah dan kewajiban-kewajiban agama. Kemudian melarang mereka dari
yang haram serta memperingatkan mereka dari perbuatan dosa. Dan
sebaik-baik nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah nasihat Lukman
al-hakim kepada anaknya. Sebuah nasihat yang Allah sebutkan di dalam
Kitab-Nya di surat Lukman.
Apa yang dilakukan oleh Lukman adalah sebuah teladan yang mulia dan
agung. Hendaknya kita mencontoh Lukman dalam mendidik dan mengajar
anaknya. Ia mengajarkan tentang keimanan kepada Allah dan beriman pada
semua yang diperintahkan-Nya. Ia mengajarkan mentauhidkan Allah Jalla wa ‘Ala dan menyerahkan agama hanya untuk-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ
اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya´qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya
Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali
dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al-Baqarah: 132).
Dan wasiat pertama Lukman kepada anaknya,
يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Karena menyekutukan Allah adalah kezhaliman yang besar.” (QS. Lukman: 13).
Setelah menasihati anaknya dengan keimanan, Lukman melanjutkannya
dengan nasihat agar menjaga kewajiban-kewajiban, melarang anaknya dari
kemungkaran, dan memperingatkannya akan perbuatan dosa. Di antara
kewajiban yang paling terdepan untuk dijaga adalah shalat.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha: 132).
Dalam Sunan Abu Dawud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika
mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh
tahun tidak mengerjakan shalat.”
Ayyuhal mukminun,
Kelima: Memperhatikan teman-teman mereka, terutama teman dekat.
Karena teman dekat yang bertemu secara intens akan mempengaruhi satu sama lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan perumpamaan yang sangat menarik mengenaik teman yang baik dan teman yang buruk. Dalam Shahihain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ
وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ،
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا
طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا
أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman duduk yang saleh dan teman duduk yang buruk seperti
penjual misik dan pandai besi. Adapun penjual misik, boleh jadi ia
memberimu misik, engkau membeli darinya, atau setidaknya engkau akan
mencium bau harumnya. Adapun pandai besi, boleh jadi akan membuat bajumu
terbakar atau engkau mencium bau yang tidak enak.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ
“Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian
melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi).
Kemudian di zaman ini, ada wujud pertemanan, yang belum ada di zaman
sebelumnya. Yaitu pertemanan dengan chanel-chanel televisi, internet,
dan alat-alat komunikasi modern lainnya. Hal itu terdapat di dalam
rumah-rumah bahkan dalam genggaman. Oleh karena itu, hendaknya para
orang tua mengawasi teman-teman anak-anaknya berupa benda-benda
tersebut. Karena teman dekat akan memberikan pengaruh yang besar dan
bahaya yang fatal terhadap pola pikir, agama, dan akhlak. Berapa banyak
pemuda-pemuda menjadi rusak gara-gara benda-benda tersebut.
Ayyuhal mukminun ibadallah,
Keenam: Orang tua harus menjadi teladan bagi anaknya.
Jangan orang tua menjadi seseorang yang memerintahkan anaknya kepada
kebaikan, namun dia sendiri tidak melakukannya. Jangan pula melarang
mereka dari kejelekan, tapi dia sendiri malah melakukannya. Yang
demikian malah menjadikannya sebagai orang tua teladan dalam keburukan
untuk anaknya. Yang demikian malah menjadikan seruan dan arahannya
bertolak belakang. Antara perkataan dan perbuatannya berada di lembah
yang berbeda.
Jika demikian halnya, anak-anak akan tumbuh besar pada didikan
seorang ayah yang bertentangan perkataan dan perbuatannya. Yang
berbahaya bagi karakter anaknya. Sang anak akan sangat terpengaruh
dengan prilaku kedua orang tua tersebut.
Wajib bagi para orang tua yang mendidik dan mengarahkan anak-anaknya untuk merenungi terus firman Allah Tabaraka wa Ta’ala,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab?”
(QS. Al-Baqarah: 44).
Dan perkataan Nabi Syu’aib ‘alaihissalam,
وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ
“Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang.” (QS. Hud: 88).
Ayyuhal mukminun,
Bersamaan dengan usaha para orang tua dengan memperhatikan hal-hal di atas, hati mereka wajib tetap bersandar kepada Allah Ta’ala. Bertawakal, menyerahkan urusan, dan beraharap hanya kepada Allah Jalla wa ‘Ala.
Berharap mudah-mudah Allah menjadikan anak-anak mereka anak yang shaleh
dan taat. Menjaga mereka sebagaimana Dia menjaga hamba-hamba-Nya yang
shaleh.
اَللَّهُمَّ يَا رَبَّنَا نَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ فِي هَذِهِ السَّاعَةِ
المُبَارَكَةِ وَفِي هَذِهِ الْلَحْظَاتِ الكَرِيْمَةِ، وَنَسْأَلُكَ يَا
رَبَّنَا بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَصِفَاتِكَ العُلْيَا وَبِأَنَّكَ
أَنْتَ اللهُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ أَنْ تُصْلِحَ لَنَا أَوْلَادَنَا أَجْمَعِيْنَ،
اَللَّهُمَّ مَنَّ عَلَيْهِمْ بِالصَّلَاحِ وَالْهِدَايَةِ
وَالاِسْتِقَامَةِ وَالسَّدَادِ، وَجَنِّبْهُمْ يَا رَبَّنَا اَلْفَسَادَ
وَالْهَلَاكَ، اَللَّهُمَّ لَا نَرْجُوْ ذَلِكَ إِلَّا مِنْكَ، وَلَا
نَتَوَكَلُ فِي ذَلِكَ وَفِي أَيِّ أَمْرٍ مِنْ أُمُوْرِنَا إِلَّا
عَلَيْكَ؛ فَأَنْتَ وَحْدَكَ المُسَتَعَان وَعَلَيْكَ التُكْلَان وَلَا
حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ .
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ
مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ.
Ayyuhal mukminun,
Yang harus diperhatikan oleh para orang tua dalam mendidik dan
mengarahkan anaknya adalah bersabar dalam usaha tersebut. Karena
kesabaran akan menghasilkan kebaikan dan hasil pendidikan yang baik dan
penuh berkah. Yang hal itu akan berdampak kebaikan di dunia, alam kubur,
dan hari saat ia berjumpa dengan Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Orang tua juga harus mengingat, janganlah mereka malas dalam mendidik
anak mereka. Apabila orang tua malas dalam melakukan pendidikan
terhadap anaknya, maka ia akan mendapatkan balasan yang buruk baik di
dunia maupun di akhirat.
Bertakwalah kepada Allah wahai para orang tua, dalam permasalahan
anak-anak. Hendaknya kita jadikan pendidikan dan pengarahan kepada
anak-anak sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita sertai
usaha kita ini dengan doa memohon kebaikan, hidayah, dan keistiqomahan.
Kita juga memohon perlindungan kepada-Nya dari jalan-jalan yang
mengantarkan kepada kejelekan. Mohonlah pertolongan kepada Allah dalam
permasalahan ini.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)).
للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَعَلَيْكَ
بِأَعْدَاءِ الدِّيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ. اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ النَّصْرَ وَالمَعُوْنَةَ لِإِخْوَانِنَا المُسْلِمِيْنَ
المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ حَافِظًا وَمُعِيْنًا وَهَادِيًا وَمُسَدِّدًا يَا
ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا،
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ مِنْ
سَدِيْدِ الأَقْوَالِ وَصَالِحِ الْأَعْمَالِ يَا ذَا الْجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ وَلِّ عَلَى المُسْلِمِيْنَ أَيْنَمَا كَانُوْا
خِيَارَهُمْ، وَاصْرِفْ عَنْهُمْ شِرَارَهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَجَنِبْنَا وَالمُسْلِمِيْنَ الفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ .
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحَيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad
Oleh tim KhotbahJumat.com