نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا
وَبَلَّغَهَا ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ،
ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ : إِخْلَاصُ الْعَمَلِ
لِلَّهِ ، وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ ، وَلُزُومُ
جَمَاعَتِهِمْ ، فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
“Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya di wajah) kepada
orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan
menyampaikannya. Berapa banyak orang yang membawa ilmu agama kepada
orang yang lebih paham darinya. Ada tiga perkara yang tidak akan dengki
hati muslim dengannya: mengikhlaskan amal karena Allah, menasihati
pemimpin kaum muslimin, dan berpegang kepada jamaah mereka karena doa
mereka meliputi dari belakang mereka.”
Ibadallah,
Hadits ini diriwayatkan lebih dari satu orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada sekitar 20 orang sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits ini.
Renungkanlah dengan mendalam pelajaran dari hadits ini. Renungkanlah seruan yang penuh berkah yang diserukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bagi orang-orang yang menghafalkan sabda beliau. Orang yang
mendengarkan hadits, kemudian memahaminya, dan menyampaikannya
sebagaimana yang ia dengar dan kadar yang ia pahami,, maka akan Allah
berikan cahaya di wajahnya.
Apabila Anda ingin menjadi kelompok Nabi dan sukses menghadapi
tantatang kehidupan di abad 15 H ini, maka renungilah hadits Nabi
berikut ini. Kemudian menyambut seruannya itu, seruan sebaik-baik
manusia, Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ayyuhal mukminun,
Bukankah kita sangat butuh agar Allah menerangi wajah kita? Bukankah
kita sangat menginginkan termasuk golongan yang disebutkan Nabi dalam
hadits ini?
Makna dari kalimat “Semoga Allah memberikan nudhrah (cahaya
di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku” adalah Allah
menjadikan wajah seseorang bercahaya, menarik, dan berwibawa. Menarik
secara kasat mata maupun secara batinnya. Menarik secara batinnya adalah
pemiliknya menghiasi diri dengan indahnya sunnah, berpegang teguh
dengannya, dan menghafalkannya. Dan keindahan dari dalam ini merupakan
sebuah keberkahan yang merupakan buah dari penerimaannya terhadap sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berpegang teguh dengannya.
Kemudian sabda beliau ini “Semoga Allah memberikan nudhrah
(cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia
memahaminya, menghafalnya, dan menyampaikannya”. Adalah empat kalimat
yang Allah berikan manfaat yang begitu besar dengan kalimat-kalimat
tersebut. “Mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya, dan
menyampaikannya”. Dari hadits ini para ulama mengambil pelajaran:
Pertama: Seseorang harus mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ini adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim. Seorang muslim harus
memberikan porsi waktu dalam kesehariannya untuk mendengarkan
sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak
pantas bagi seorang muslim, melewati hari-hari atau bahkan bulan tanpa
meluangkan waktu untuk mendengarkan hadits Nabi dan mengambil pelajaran
darinya.
Kedua: Memahami hadits Nabi.
Jika kita telah mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maka bersemangatlah untuk memahaminya. Bersungguh-sungguhlah memberi
perhatian padanya dan memahaminya sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penuturnya.
Ketiga: Menghafalnya.
Ketika seseorang sudah mendengar, lalu memahaminya, maka tingkatan
berikutnya adalah menghafalkan hadits tersebut agar ia senantiasa
tersimpan dalam pikiran.
Keempat: Menyampaikannya kepada orang lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “kemudian
menyampaikannya”. Menghafal hadits, memberikan perhatian padanya, dan
menyampaikannya kepada orang lain adalah bentuk penerimaan seseorang
terhadap seruan Nabi dan kesuksesannya dalam menyambut ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saudaraku kaum muslimin,
Janganlah kita mengatakan, “hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
itu banyak sekali, tidak mungkin bagi saya untuk menghafalnya. Tidak
ada kesempatan bagi saya untuk memberikan perhatian padanya”. Yang
demikian adalah tipuan setan. Wajib bagi kita bertakwa kepada Allah
sesuai dengan kemampuan kita. Hafalkanlah satu, dua, tiga, atau bahkan
sepuluh hadits. Bersungguh-sungguhlah untuk menghafalnya dan menaruh
perhatian kepadanya. Kita senantiasa dalam kebaikan selama kita
melakukan yang demikian. Jangan sampai kita termasuk orang yang
menyia-nyiakan hadits Nabi.
Ibadallah,
Kalimat dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikutnya yang haru kita renungi adalah,
ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ : إِخْلَاصُ الْعَمَلِ
لِلَّهِ ، وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ ، وَلُزُومُ
جَمَاعَتِهِمْ ، فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
“Ada tiga hal yang dengannya hati seorang muslim akan bersih (dari
khianat, dengki dan keburukan), yaitu: (1) beramal dengan ikhlas karena
Allah, (2) menasihati ulil amri (penguasa), dan (3) berpegang teguh pada
jamaah kaum muslimin, karena doa mereka meliputi dari belakang mereka.”
Lihatlah tiga kalimat yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Itulah pengarahan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bagi mereka yang ingin membersihkan hati. Beliau mengarahkan kita agar
memberi perhatian terhadap hadits dan menghafalkannya, lalu beliau
iringi dengan tiga hal yang bisa membuat hati menjadi bersih.
Hafalkanlah ketiga wasiat ini dengan kesungguhan. Fahamilah dengan
pemahaman yang benar. Wajib bagi kita semua untuk mengamalkan dan
mempraktikkannya. Karena ketiga kalimat ini adalah rangkaian dari hadits
yang beliau perintahkan untuk menghafal dan mengamalkannya. Dan beliau
menyebutkan ganjarannya adalah Allah terangi wajah seseorang, baguskan
penampilannya, dan memberinya kewibawaan.
Renungkanlah kalimat “tiga hal yang dengannya hati seorang muslim
akan bersih (dari khianat, dengki dan keburukan)”. Dalam kalimat ini
terdapat isyarat bahwa ada hati yang memiliki kebencian dan keburukan.
Hati yang terdapat kedengkian ketika berbicara, atau ketika diseru, dan
dinasehati.
Misalnya, di sebagian orang apabila dibacakan padanya sebuah hadits
yang memerintahkan untuk mendengar dan menaati pemerintah kaum mulimin,
ia malas untuk mendengarkan hadits tersebut. Padahal yang mengucapkan
perkataan tersebut adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang datang dengan membawa kebaikan dan kebenaran.
Bagaimanakah keadaan hati yang ketika mendengar hadits yang
menyerukan untuk taat kepada pemerintah mereka malah enggan
memperhatikannya dan benci untuk mendengakannya? Hati yang demikian
adalah hati yang tinggi lagi sombong. Dan ini adalah bentuk kedengkian
yang diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan demikian, ayyuhal mukminun, mari kita waspadai memiliki hati yang penuh dengan kedengkian yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai hati yang tidak bersih atau kotor. Cara menghilangkannya adalah dengan:
Pertama: Beramal dengan ikhlas karena Allah.
Hendaknya seluruh amalan kita adalah amalan yang ikhlas untuk Allah
bukan untuk selain-Nya. Kita mengamalkan suatu amalan ketaatan
semata-mata berharap wajah Allah. Ikhlas adalah sesuatu yang bersih dan
suci. Maka beramallah dengan bersih dan suci dari tendensi-tendensi
apapun.
Jangan beramal karena ingin didengar atau ingin dilihat atau
selainnya dari ambisi-ambisi duniawi. Hendaknya kita beramal semata-mata
berharap ganjaran dari sisi Allah Jalla wa ‘Ala saja. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke
arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu
adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra:
19).
Maksudnya merekalah orang-orang yang diridhai dan diterima di sisi Allah Jalla wa ‘Ala.
Kedua: Menasihati ulil amri (penguasa).
Nasihat adalah sesuatu yang diketahui dan dipahami. Nasihat itu
didasari rasa cinta dan kasih dari orang yang menasihati kepada yang
dinasihati. Karena ia ingin menunjuki orang yang dinasihati kepada jalan
kebaikan. Nasihat itu tidak mengandung rasa benci, dengki, dan hasad.
Karena ia ingin memberikan taufik, membimbing, memperbaiki, dan memberi
petunjuk. Nasihat itu bukan mendoakan kejelakan kepada yang dinasihati.
Karena yang demikian adalah bentuk kedengkian yang diperingatkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, para ulama mengatakan, “Jika aku memiliki satu doa
yang mustajab, maka akan kugunakan untuk mendoakan pemimpin”. Tanda
pengikut sunnah pada diri seseorang adalah ia mendoakan kebaikan dan
taufik kepada pemimpin. Tanda seseorang itu adalah pengikut hawa nafsu
dan bid’ah, ia mendoakan kejelekan kepada pemimpin atau pemerintah.
Berhati-hati dan waspadailah -wahai hamba Allah-, hal-hal yang
demikian. Jadilah seseorang yang menasihati kepada para penguasa dan
mendoakan kebaikan, taufik, keteguhan, dan hidayah untuk mereka. Dan
menasihati mereka sesuai kadar kemampuan kita. Kita taati mereka dalam
kebaikan. Dan tidak menaati mereka ketika memerintahkan kemaksiatan.
Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah Jalla wa ‘Ala sang Khaliq.
Ketiga: Berpegang teguh pada jamaah kaum muslimin.
Setia kepada jamaah kaum muslimin tanpa mengkhianati mereka, atau
membangkang kepada mereka, atau mengadakan pemberontakan dan permusuhan
terhadap mereka dengan melakukan pembunuhan dan pengrusakan. Karena
semua itu termasuk dalam keluar dari persatuan umat Islam. Wajib bagi
setiap muslim untuk berpegang teguh pada jamaah kaum muslimin.
Perhatikanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini “karena doa mereka meliputi dari belakang mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyerupakan berpegang dengan jamaah kaum muslimin dengan benteng yang
melindungi kaum muslimin. Artinya, berpegang dengan jamaah berarti masuk
ke dalam benteng pelindung. Dan barangsiapa yang keluar dari jamaah
umat Islam seperti orang yang keluar dari benteng pelindung. Maka ia
menjadi incaran bagi para musuh dan mangsa bagi setan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyabdakan “karena doa
mereka meliputi dari belakang mereka”. Apabila kita berpegang teguh
dengan jamaah kaum muslimin, maka doa yang artinya adalah Islam, akan
menjaga kita. Dan makna dari doa ini juga adalah doa yang diucapkan umat
Islam –kepada saudaranya sesama muslim- di masjid-masjid mereka, di
shalat-shalat mereka, dan doa-doa mereka secara umum.
Perhatikanlah hadits ini. Khotib memohon semoga Allah menjaga kita
semua dan melindungki kita dari fitnah yang nampak maupun yang tidak.
نَسْأَلُهُ بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ أَنْ لَا يَجْعَلَ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ
عَلَى شَيْءٍ مِمَّا ذَكَرَهُ رَسُوْلُنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ، وَأَنْ يَجْعَلَ أَعْمَالَنَا لَهُ خَالِصَةً، وَأَنْ
يُوَفِقَنَا لِلنَصِيْحَةِ لِوُلَاةِ أَمْرِنَا، وَأَنْ يُعِيْنَنَا عَلَى
لُزُوْمِ جَمَاعَةِ المُسْلِمِيْنَ بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ إِنَّهُ سَمِيْعٌ
الدُّعَاءِ وَهُوَ أَهْلُ الرَّجَاءِ وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ
الوَكِيْلِ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالجُوْدِ
وَالاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى، فَإِنَّ
تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا عِزٌّ لِصَاحِبِهَا وَفَلَاحٌ لَهُ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ.
Ibadallah,
Kita saat ini tengah mengkaji dan merenungi sebuah hadits yang agung dari Rasul kita, teladan kita, Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sangat disayangkan dan sesuatu yang menyedihkan ketika kita
melihat keadaan pemuda-pemuda Islam yang terjebak bujuk rayu setan dan
dilencengkannya dari jalan yang lurus. Mereka dengan sengaja keluar dari
jamaah kaum muslimin. Mereka melepaskan ikatan ketaatan dan mengangkat
senjata mereka. Mereka memerangi saudara mereka sesama Islam sebagai
bentuk pemberontakan.
Dimanakah kedudukan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ini di sisi mereka? Dimanakah posisi mereka dalam bimibingan dan arahan
Nabi? Bimbingan Nabi adalah jalan kemuliaan umat Islam dan memperkuat
kedudukan umat di dunia dan akhirat.
Ibadallah,
Bukankah sebuah bentuk kezaliman, pemberontakan, dan permusuhan apa
yang dilakukan sebagian orang di negeri-negeri Islam. Mereka memerangi
aparat pemerintah polisi dan tentara. Mereka menyerang fasilitas umum,
bahkan baru-baru ini terjadi di Pakistan mereka menyerang dan membunuhi
anak-anak sekolahan.
Dimanakan nasihat untuk agama Allah? Dimanakah nasihat untuk hamba-hamba Allah? Dimanakah orang yang bertakwa kepada Allah Jalla wa ‘Ala di antara mereka? Dimanakah mereka dari Alquran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang memperingatkan tentang hal itu? Agama apa yang mereka bawa? Jihad
apa yang mereka maksud? Ketaatan kepada Allah seperti apa yang mereka
lakukan dengan perbuatan zalim dan pemberontakan semisal itu?
Hanya kepada Allah Jalla wa ‘Ala kita memohon agar Dia
melindungi kaum muslimin dari kejahatan mereka dan membersihkan negeri
kita dari aksi-aksi orang-orang berpemikiran serupa. Semoga Allah
menjaga orang-orang yang beriman. Menjaga keamanan, keimanan,
keselamatan, keislaman mereka. Semoga Allah menjaga agama kita, dengan
karunia dan rahmat dari-Nya. Karena Dia Maha Mendengar lagi Maha
mengabulkan.
Kita memohon kepada Allah untuk memberi petunjuk orang-orang yang
menyimpang dari umat Islam menuju ke jalan dan pemahaman yang benar. Dan
mengajarkan mereka ilmu dan pemahaman yang lurus.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.اَللَّهُمّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى،
وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى، وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ
وَأَعْمَالِهِ، وَأَلْبِسْهُ ثَوْبَ الصِحَّةِ وَالعَافِيَةِ، وَارْزُقْهُ
البِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ
وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ
نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ
رَأْفَةً وَرَحْمَةً عَلَى عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ،
اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي العِرَاقِ وَفِي فِلَسْطِيْنِ وَفِي كُلِّ
مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ أيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، اَللَّهُمَّ ارْحَمْ
ضَعْفَهُمْ، وَاجْبِرْ كَسْرَهُمْ، وَأَعِنْهُمْ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ،
اَللَّهُمَّ وَعَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ الدِّيْنِ فَإِنَّهُمْ لَا
يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلَكَ فِي نُحُوْرِهِمْ
وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.
رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ .
Oleh tim KhotbahJumat.com