وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ {} مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا
دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Dan janganlah kalian seperti orang musyrik. Orang-orang yang telah
memecah belah agama mereka sehingga mereka berkeping-keping dan setiap
kelompok menyombongkan diri atas yang lain.” (QS. Ar-Rum: 31-32).
Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berdoa agar tidak termasuk golongan mereka dalam banyak ayat. Di antaranya,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ {} صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
“Tunjukilah kami ke jalan Engkau yang lurus. Jalan orang-orang yang
Engkau telah beri nikmat atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang
Engkau murkai dan sesatkan.” (QS. Al- Fatihah: 6-7).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Teladan hidup, sungguh sangat dibutuhkan setiap saat, lebih-lebih
ketika dilanda krisis keteladanan. Tentu saja teladan yang tidak
mengecewakan kita. Tentu pula teladan itu adalah orang-orang yang
terdidik, suci dan bersih, terbaik, terhormat, orang yang jujur, amanah,
bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, taat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta memiliki sifat-sifat mulia dan agung lainnya. Apakah ada pendidikan yang lebih tinggi daripada pendidikan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui wahyu-Nya? Adakah orang yang lebih baik dari utusan dan kepercayaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hal mengemban amanat risalah-Nya? Adakah yang paling lurus hidupnya daripada orang yang telah didekatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada-Nya? Adakah orang yang lebih selamat daripada seseorang yang telah dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menapaki jalan-Nya sekaligus sebagai imam dalam hal ini? Adakah yang lebih jujur, amanah, dan lebih takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selain para nabi dan rasul? Tentu kita akan memberikan jawaban, “Tidak ada.”
Oleh karena itu, dalam Alquran, Allah Subhanahu wa Ta’ala
sering menampilkan sosok manusia yang bisa dijadikan teladan di dalam
hidup, teladan yang tidak akan mengecewakan. Mereka adalah orang-orang
yang telah teruji dalam segala kondisi. Mereka telah berjuang dengan
segala kemampuan, siang dan malam, tanpa mengenal lelah dan patah
semangat. Mereka telah berkorban dengan segala yang dimilikinya, tanpa
mengharapkan imbalan dari manusia sedikit pun. Mereka hanya mengejar
ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengutus mereka. Allah
telah menceritakan sosok Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa,
Nabi Muhammad, dan nabi-nabi yang lain.
Salah seorang ulama ahli tafsir, Syaikh as-Sa’di rahimahullah
mengatakan, “Tidaklah setiap orang bisa menjadikan mereka teladan. Yang
mendapatkan kemudahan untuk meneladani mereka adalah orang yang
mengharapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ganjaran pada hari
akhirat. Keimanan dan harapan akan pahala akan memudahkan setiap hamba
menghadapi segala kesulitan dan mengurangi beban hidup yang banyak.
Selain itu, keimanan akan mendorong untuk meneladani hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang saleh, para nabi dan rasul. Dia pun akan melihat dirinya sangat membutuhkannya.”
Dalam bersikap terhadap orang kafir, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menceritakan di dalam Alquran sikap dua khalil-Nya agar kita meneladani mereka berdua.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا
وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersamanya ketika mereka berkata kepada kaum mereka,
“Sesungguhnya Kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah
selain Allah. Kami ingkari (kekafiran)mu serta telah nyata antara Kami
dengan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja.” (QS. Al-Mumtahanah: 4).
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ {} لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ {} وَلَا
أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ {} وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ
{} وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ {} لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ
دِينِ
Katakanlah, “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Ilah (sesembahan) yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan
kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah.
Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku.” (QS. al-Kafirun: 1-6).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Berdiam diri dalam ketidak-tahuan adalah penyakit kronis.
Ketidaktahuan itu ibarat seorag yang buta. Mereka tidak tahu harus
kemana berjalan dan melangkah. Tidak mengherankan, terkadang sesuatu
yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar di hadapan mereka.
Yang haq menjadi batil dan yang batil menjadi haq. Lebih parah dari
itu, terkadang mereka membungkus ketidak-tahuan mereka ini dengan
kata-kata bijak. Seolah-olah mereka di atas kebenaran.
Tidak pula mengherankan pula jika kaum muslimin meniru orang-orang
kafir dalam semua lini kehidupan. Mulai dari perkara yang kecil sampai
kepada yang besar, mulai dari masalah pakaian sampai kepada masalah
keyakinan dan ibadah. Bahkan, ketidak-tahuan ini sering mendatangkan
malapetaka bagi dirinya dan buat orang lain.
Ibadallah,
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bercerita, tentang seseorang yang telah membunuh 99 jiwa. Karena
ketidaktahuannya tentang pintu tobat, dia mencari seseorang yang akan
bisa membimbing dirinya keluar dari lumuran dosa tersebut. Bertemulah
dia dengan seorang ahli ibadah yang tidak memiliki ilmu yang mendalam.
Ia pun mengutarakan hajatnya dan menceritakan dosa yang telah
diperbuatnya. Dengan dangkalnya ilmu dan pemahaman, ahli ibadah tersebut
memberitahukan bahwa pintu tobat sudah tertutup baginya. Dengan
spontan, jiwa seorang ahli ibadah melayang di tangannya, sekaligus
menggenapkan bilangan yang ganjil, dari 99 menjadi 100.
Karena ketidaktahuan juga, nyawa seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
terenggut. Mengetahui hal itu, beliau marah dengan kemarahan yang
sangat. Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bercerita tentang
peristiwa tersebut,
ثُمَّn أَصَابَ رَجُلاً جُرْحٌ فِي عَهْدِ رَسُولُ اللهِ احْتَلَمَ،
فَأُمِرَ بِالْاِغْتِسَالِ، فَاغْتَسَلَ، فَمَاتَ، فَبَلَغَ فَقَالَ:
قَتَلُوهُ؛ قَاتَلَهُمُ اللهُ، ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ أَلَمْ يَكُنْ شِفَاءُ
الْعِيِّ السُّؤَالَ؟
“Di masa Rasulullah, ada seseorang terluka, lalu dia bermimpi
(janabah). Kemudian dia diperintahkan untuk mandi lantas dia pun mandi.
Karena mandi, dia meninggal dunia. Sampailah berita tersebut kepada
Rasulullah lalu beliau bersabda, ‘Mereka telah membunuhnya dan semoga
Allah memerangi mereka. Bukankah obat tidak tahu itu adalah bertanya?”
(HR. Abu Dawud).
Ibadallah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa menyerupai suatu kaum, dia termasuk dari mereka.”
Ibnu Taimiyah menjelaskan hadits ini, “Hukum yang paling ringan
(dalam meniru orang kafir) di dalam hadits ini adalah keharaman, kendati
pun lahiriah haditsnya menunjukkan kafirnya orang yang menyerupai
mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ
“Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” (QS. Al-Maidah: 51).
Ibadallah,
Tidaklah tersembunyi bagi setiap muslim bahwa orang-orang kafir itu adalah memusuhi Allah Subhanahu wa Ta’ala,
para rasul, dan kaum mukminin. Cukuplah mereka dikatakan memusuhi Allah
tatkala mereka menyembah selain Allah. Padahal Allah lah yang
menciptakan mereka, memberikan mereka penglihatan dan pendengaran serta
memberi mereka rezeki.
أَقُوْلُ هَذَا الْقَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ:
اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنُهُ وَدُنْيَاهُ.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Berikut ini beberapa dampak buruk dari kebiasaan mengekor kepada orang-orang kafir:
Pertama: mengekor kepada orang kafir mengandung
kecintaan kepada mereka, karena menyerupai mereka dalam lahirnya
menunjukkan rasa kecintaan kepada mereka dalam batinnya. Seandainya
membenci mereka, tentu tidak mau menirunya.
Kedua: mengekor kepada non-Islam menunjukkan
kekagumannya kepada mereka dan apa yang ada pada mereka serta
ketidaksenangannya kepada ajaran Islam dan penghinaannya kepada
orang-orang Islam.
Ketiga: mengekor kepada non-muslim mengandung makna peleburan kepribadian umat Islam serta penghancuran eksistensi mereka.
Keempat: mengekor kepada non-muslim melemahkan kaum
muslimin dan menjadikan mereka bergantung kepada musuh-musuh mereka
serta menjadikan mereka malas berproduksi, dan pada akhirnya senang
meminta balas kasihan kepada orang-orang kafir, sebagaimana yang terjadi
pada saat ini.
Kelima: mengekor kepada orang kafir berarti ikut membantu mereka dalam menghidupkan dan mengembangkan bid’ah serta kemusyrikan mereka.
Keenam: mengekor kepada orang kafir merusak agama
kaum muslimin dengan terciptanya berbagai bid’ah dengan khurafat yang
diambil dari agama kaum kuffar.
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari perbuatan meniru
dan mengekor kepada orang-orang non-Islam. Semoga Allah mencukupkan diri
kita hanya dengan bimbingan-Nya dan agama-Nya saja.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]
، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةَ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيْ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ .
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ
مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا
المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ كُنْ
لَهُمْ نَاصِراً وَمُعِيْناً وَحَافِظاً وَمُؤَيِّداً، اَللَّهُمَّ
وَعَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ الدِّيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ،
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ
اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ، وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ، وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ، وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ
الصَّالِحَةَ النَّاصِحَةَ، اَللَّهُمَّ وَفّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ
المُسْلِمِيْنَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ.
اَللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْباً إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا هَمّاً
إِلَّا فَرَجْتَهُ، وَلَا دَيْناً إِلَّا قَضَيْتَهُ، اَللَّهُمَّ وَلَا
تَجْعَلْ فِيْنَا ضَالاً إِلَّا هَدَيْتَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
ذُنُبَنَا كُلَّهُ دِقّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ سِرَّهُ
وَعَلَنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ .
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Oleh tim KhotbahJumat.com