“Sesungguhnya orang-orang (yaitu kafir Quraisy) telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.” (QS.
Ali Imron: 173).
Justru semakin menambah keimanan mereka (Nabi dan para sahabat),
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ
وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari
Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan
Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Ali Imron: 174).
Tatkala mereka menyerahkan urusan mereka kepada Allah dan
menyandarkan hati mereka kepadaNya, maka Allah memberikan kepada mereka
balasan berupa empat perkara, (1) kenikmatan, (2) karunia, (3)
dihindarkan dari keburukan, (4) dan mengikuti keridhoan Allah, maka
mereka ridho kepada Allah dan Allah pun ridho kepada mereka.
Yang dimaksud dengan menyerahkan urusan kepada Allah yaitu setelah
berusaha dan berikhiyar, maka tidaklah mereka mencari kesembuhan kecuali
dari-Nya, tidaklah mereka mencari kecukupan kecuali dari-Nya, tidaklah
mereka kemuliaan kecuali darinya, maka seluruh perkara bergantung kepada
Allah, mengharap dari-Nya.
Dan inilah doa yang dengan doa tersebut Allah menjaga kehormatan
Aisyah –semoga Allah meridoinya-, tatkala ia naik tunggangannya ia
berkata, “Hasbiyallahu wa ni’mal wakiil” (cukuplah Allah bagiku dan
sebaik-baik Sandaran). Lalu turulah ayat-ayat yang menjelaskan sucinya
Aisyah dari tuduhan keji.
“Hasbunallahu wani’mal wakiil” adalah doanya orang-orang yang kuat,
dan bukan doanya orang-orang yang lemah, doanya orang-orang yang kuat
hati mereka, tidak terpengaruh oleh dugaan-dugaan, tidak diganggu oleh
kejadian-kejadian, tidak terkontaminasi oleh kelemahan dan ketakutan,
karena mereka mengetahui bahwasanya Allah telah menjamin orang yang
bertawakal kepadanya dengan jaminan penjagaan yang sempurna. Maka ia
yakin kepada Allah, tenang percaya dengan janji Allah, maka sirnalah
kesedihannya, hilanglah kegelisahannya, kesulitan pun berganti menjadi
kemudahan, kesedihan menjadi kegembiraan, dan ketakutan menjadi
ketenteraman.
“Hasbunallahu wani’mal wakiil” adalah senjata seorang dai yang
menyeru kepada jalan Allah. Seorang mukmin yang benar tegar tidak
tergoyahkan oleh goncangan-goncangan, ia tetap melangkah, memurnikan
tawakalnya, dan baginya ganjaran yang besar. Allah berfirman :
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah: “Cukuplah
Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku
bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”. (QS.
At-Taubah: 129).
Mereka yang menyampaikan agama Allah, mereka mengetahui bahwasanya
Allah adalah penolong mereka, maka merekapun takut kepada Allah dan
tidak peduli dengan orang-orang yang menghalangi, mereka yakin
bahwasanya mereka di atas kebenaran, bahwasanya agama mereka benar,
mereka menempuh jalannya para nabi dengan penuh kelembutan dan hikmah.
“Hasbunallah wani’mal wakiil” adalah doa rido terhadap taqdir Allah. Allah berfirman,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا
رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ (٥٨)وَلَوْ
أَنَّهُمْ رَضُوا مَا آتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُوَقَالُوا حَسْبُنَا
اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى
اللَّهِ رَاغِبُونَ (٥٩)
“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi)
zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang
hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta
merta mereka menjadi marah. Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan
apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata:
“Cukuplah Allah bagi Kami, Allah akan memberikan sebagian dari
karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya Kami adalah
orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu
lebih baik bagi mereka).” (QS. At-Taubah: 58-59).
Seandainya seorang muslim menerima keputusan Allah, rido dengan
hikmah-Nya maka lebih baik dan agung baginya. Ini merupakan adab jiwa,
adab lisan, dan adab iman. Ridho dengan pembagian Allah, rido dengan
sikap pasrah dan menerima, bukan ridho terpaksa. Maka cukupkanlah diri
dengan Allah, niscaya Allah akan mencukupkan untuk hambaNya. Dan
mencukupkan diri dengan Allah merupakan sikap seorang muslim tatkala
miskin dan tatkala memberi, tatkala menolak dan tatkala mengambil, dalam
kondisi senang dan susah.
“Hasbiyallahu wa ni’mal wakiil”, merupakan washiat Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya tatkala dalam kondisi berat, beliau bersabda,
كَيْفَ أُنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَاسْتَمَعَ
الإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ فَكَأَنَّ ذَلِكَ ثَقُلَ
عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَفَقَالَ لَهُمْ
قُوْلُوا حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا
“Bagaimana aku tenteram sementara malaikat Israfil telah menempel
pada sangkakala dan menanti izin kapan ia diperintahkan untuk meniup,
maka diapun meniup.”
Maka hal ini memberatkan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
maka Nabi berkata kepada mereka :”Ucapkanlah : “Hasbunallahu wani’mal
wakiil, ‘alallahi tawakalnaa” (cukuplah Allah bagi kami dan Dia
sebaik-baik bersandar, hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan urusan
kami).
Barangsiapa yang Allah cukup baginya maka pikirannya tidak tersibukan
dengan makar (rencana jahat) yang disiapkan oleh para pemakar, tidak
menggelisahkannya perkumpulan orang-orang yang selalu menanti-nanti
keburukan menimpa kaum muslimin, tidak juga rencana jahat ahli kufur dan
orang sesat dan penipu atau orang yang menampakkan perkara yang
bertentangan dengan batinnya. Karenanya Allah menenangkan Nabi-Nya dan
menurunkan firman-Nya kepada Nabi,
وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ
“Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu).” (QS. Al-Anfal: 62).
Yazid bin Hakiim pernah berkata,
ماَ هِبْتُ أحداً قط هَيْبَتِي رجلاً ظلمتُه وأنا أعلم أنه لا ناصر له إلا الله، ويقول : حسبي الله، الله بيني وبينك
“Tidaklah aku takut kepada seorangpun sebagaimana ketakutanku kepada
seseorang yang aku menzoliminya, dan aku tahu bahwasanya tidak ada
penolong baginya kecuali Allah. Ia berkata, “Hasbiyallahu” (cukuplah
Allah penolongku), ia berkata :”Antara aku dan engkau ada Allah”.
“Hasbiyallahu wa ni’mal wakiil” membuahkan kepercayaan kepada Allah
subhaanahu, dan bersandar kepada-Nya, merasa Allah selalu bersamanya
dalam setiap waktu dan setiap kondisi.
Jika seorang hamba telah mengetahui bahwasanya Allah yang mencukupkan
rezekinya, mata pencahariannya, penjagaan dan perhatinan, pertolongan
dan kejayaan, maka ia hanya akan mencukupkan dengan pertolongan Allah
dari pertolongan selainNya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنِ اسْتَكْفَى كَفَاهُ اللهُ
“Barangsiapa yang mencari kecukupan (dari Allah) maka Allah mencukupkannya.”
“Hasbiyallahu wani’mal wakiil” membuahkan penyerahan seorang hamba
dirinya kepada Allah, berbaik sangka kepadaNya subhaanahu, karena Allah
tersifatkan dengan kekuatan yang sempurna, ilmu dan hikmah yang
sempurna, dan Allah tidaklah mentakdirkan bagi hamba kecuali yang
membawa kemaslahatan bagi sang hamba baik di dunia maupun akhirat. Allah
berfirman,
وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisaa': 32).
Juga membuahkan pemantapan tauhid dan tawakkal kepada Pencipta. Allah berfirman,
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya.” (QS. Huud: 30).
Allah berfiman,
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا
“(Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai Pelindung.” (QS.
Al-Muzammil: 9).
Allah juga berfirman,
أَلا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلا
“Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku.” (QS Al-Isroo': 2).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعْنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا لَا يَنْتَهِي أَمَدُهُ، وَلَا يَنْقَضِي
عَدَدُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ رِزْقُنَا وَصِحَّتُنَا خَيْرُهُ وَنِعَمُهُ وَفَضْلُهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا صَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ
وَعَبْدُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً
دَائِمَةً يَلْهَجُ بِهَا العَبْدُ حَتَّى يَنْقَضِيَ أَجَلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ.
Dan janganlah dipahami dari ini semua, seseorang lalu menyembunyikan
kemalasannya dan ketidakmampuannya dibalik “hasbunallahu wani’mal
wakiil”. Karena ini merupakan bentuk dari kelemahan dan kehinaan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya doa berikut :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ وَأَعُوْذُ بِكَ
مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan,
aku berlindung kepada-Mu dari ketidakmampuan dan kemalasan, aku
berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan pelit, dan aku berlindung
kepada-Mu dari terlilit hutang dan penguasaan para lelaki.”
Maka seorang muslim menghadapi semua peristiwa dan kondisi dengan
“Hasbiyallahu wa ni’mal wakiil” dengan menghadirkan akan agungnya makna
kalimat ini, tingginya nilai yang ditunjukkannya, disertai dengan amal
yang sungguh-sungguh, dan menempuh sebab-sebab dengan hikmah dan ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ واستعن
بِاللَّه ولاتعجز
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
daripada seorang mukmin yang lemah, dan semuanya ada kebaikan.
Semangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah
pertolongan Allah dan jangan lemah.”
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56]
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ .وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ
الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي،
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، واجعل هذا البلد آمنا
مطمئنا رخاء وسائر بلاد المسلمين.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
اَللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا لِهُدَاكَ، وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ، وَوَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أُمُوْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ
بِكِتَابِكَ، وَتَحْكِيْمِ شَرْعِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.
عِبَادَ اللهِ:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْاهُ
عَلَى آلَائِهِ وَنِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرَ، وَاللهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Bari bin ‘Iwadh ats-Tsubaiti (Imam dan khotib Masjid Nabawi)
Oleh Ustadz Firanda Andrija