بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا الله
مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ
الْمُسْلِمِيْنَ
لْحَمْدُ ِللهِ وَكَفَى,وَسَلَّمَ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْ
اصْطَفَى,أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ فِيْ اْلأَخِرَةِ
وَاْلأُوْلَى ,وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا
Kaum muslimin rahimakumullah,
Kesimpulannya, hadits-hadits yang telah khotib sampaikan pada khotbah
pertama menjelaskan kewajiban berlaku jujur dan menjelaskan tentang
keharaman prilaku dusta.
Namun, pada kenyataannya, mengapa seringkali terjadi ketidakjujuran,
penipuan dan penggelapan ? Bahkan hampir disegala lapisan masyarakat dan
banyak dilakukan oleh orang yang secara formal tercatat sebagai Muslim?
Akibat dari semua itu antara lain korupsi. Ternyata korupsi bukan
hanya dapat dilakukan oleh orang-orang besar yang memiliki
peluang-peluang besar serta memiliki kekuasaan besar. Tetapi juga dapat
dilakukan oleh segala lapisan umat dengan kemungkinan serta peluang
sekecil apapun. Pedagang buah bisa melakukan korupsi dengan menipu
timbangan, pedagang kain bisa melakukan korupsi melalui penipuan tentang
ukuran kain, pesuruh kecil di kantor-kantor bisa melakukan perbuatan
korupsi dengan tidak mengembalikan uang belanja yang seharusnya, pegawai
dengan mengelabuhi nota atau kwitansi sementara toko atau perusahaan
tempat belanja justeru mendukung terjadinya pembuatan kwitansi palsu.
Pelajar dan mahasiswa juga dapat melakukan tindakan korupsi ketika
menjadi pengurus keuangan dengan membuat laporan-laporan palsu atau
fiktif, betapapun kecilnya, atau ketika melakukan penipuan dengan
kebiasaan nyontek pada saat ujian.
Lembaga-lembaga pendidikanpun dapat melakukan tindak penipuan atau
korupsi melalui rekayasa laporan-laporan keuangan, atau upaya-upaya
tidak jujur lainnya. Jika terjadi demikian pada lembaga-lembaga
pendidikan yang nota bene merupakan lembaga kaderisasi manusia dan
pemimpin masa depan, maka kelak akan lahir manusia-manusia yang terdidik
tidak jujur, menjadi penipu terpelajar, koruptor dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, apabila sebuah bangsa ingin menjadi bangsa besar,
berwibawa dan disegani, maka bangsa itu harus berani membangun dirinya
berdasarkan asas kejujuran dan harus berani meninggalkan sifat dusta,
betapapun beratnya.
Taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan takut akan
ancaman siksaNya di akhirat, akan dapat mendorong seseorang untuk selalu
bersikap jujur dan menjauhi sikap dusta. Jika taqwa dan rasa takut
kepada Allah ‘Azza wa Jalla telah tertanam dalam jiwa dan telah
terbentuk, berarti telah terbentuk pula pengawasan melekat pada
tiap-tiap individu Muslim. Dengan demikian segalanya akan berjalan
rancak insya Allah. Biaya untuk membuat team-team pengawas yang harus di
awasi lagi oleh team lain, dan yang lain harus diawasi lagi oleh yang
lainnya lagi, akan dapat ditekan dan dapat dipergunakan untuk
kepentingan lainnya, misalnya peningkatan kesejahteraan fakir miskin dan
fasilitas-fasilitas pembangunan umat kearah yang lebih baik lagi.
Wallahu Waliyyut Taufîq.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيْ,
يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَىمُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا الْحَمْدُِ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
[Diadaptasi dari tulisan Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin di majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIV/1431/2010M]