قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ. وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا
تَعْمَلُونَ. قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوهُ فِي الْجَحِيمِ.
فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَسْفَلِينَ
Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat
itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu”. Mereka berkata: “Dirikanlah suatu bangunan untuk (membakar)
Ibrahim;lalu lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu”.
Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan
mereka orang-orang yang hina. (QS. Ash-Shaffat: 95-98).
As-Suddi rahimahullah berkata: “Mereka menahannya dalam
sebuah rumah. Mereka mengumpulkan kayu bakar, bahkan hingga seorang
wanita yang sedang sakit bernadzar dengan mengatakan ‘sungguh jika Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan bagiku kesembuhan, maka
aku akan mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Ibrahim’. Setelah kayu
bakar terkumpul menjulang tinggi, mereka mulai membakar setiap ujung
tepian dari tumpukkan itu, sehingga apabila ada seekor burung yang
terbang di atasnya niscaya ia akan hangus terbakar. Mereka mendatangi
Nabi Ibrahim ‘alaihissallam kemudian mengusungnya sampai di
puncak tumpukan tinggi kayu bakar tersebut”. Riwayat lain menyebutkan,
ia diletakkan dalam ujung manjaniq.
Nabi Ibrahim ‘alaihissallam mengangkat kepalanya menghadap
langit, maka langit, bumi, gunung-gunung dan para malaikat berkata:
“Wahai, Rabb! Sesungguhnya Ibrahim akan dibakar karena (memperjuangkan
hak-Mu)”
Nabi Ibrahim berkata, “Ya, Allah, Engkau Maha Esa di atas langit, dan
aku sendiri di bumi ini. Tiada seorang pun yang menyembah-Mu di atas
muka bumi ini selainku. Cukuplah bagiku Engkau sebaik-baik Penolong”.
Mereka lantas melemparkan Nabi Ibrahim ‘alaihissallam ke dalam tumpukan kayu bakar yang tinggi, kemudian diserukanlah (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala): “Wahai api, jadilah dingin dan selamat bagi Ibrahim”.
Ibnu Abbas dan Abu al-Aliyah, keduanya berkata: “Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengatakan ‘dan selamat bagi Ibrahim,’ niscaya api itu akan membinasakan Ibrahim ‘alaihissallam dengan dinginnya”.
Pada saat Nabi Ibrahim diletakkan di ujung manjaniq, ia dalam keadaan
terbelenggu dengan tangan di belakang. Kemudian kaumnya melemparkan
Nabi Ibrahim
bagi kami, dan Dia sebaik-baik Penolong”.
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
(cukuplah Allah ‘Azza wa Jalla bagi kami dan Dia sebaik-baik penolong)” telah diucapkan Nabi Ibrahim ‘alaihissallam tatkala ia dilemparkan ke dalam api.
Demikianlah, Nabi Ibrahim ‘alaihissallam sangat yakin dengan kebesaran, pertolongan dan perlindungan Allah ‘Azza wa Jalla , karena beliau sedang memperjuangkan hak Allah ‘Azza wa Jalla yang terbesar, yakni tauhid dalam beribadah kepada-Nya Subhanahu wa Ta’ala.
Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala Berada Di Atas Segalanya
- Kisah dalam hijrah bersama Hajar dan Ismail
Ketika Ismail baru saja dilahirkan dan dalam penyusuan ibunya (Hajar), Nabi Ibrahim
‘alaihissallam
membawa keduanya menuju Baitullah pada dauhah (sebuah pohon rindang) di
atas zam-zam. Saat itu, tidak ada seorangpun di Makkah, dan juga tidak
ada sumber air.
Nabi Ibrahim
‘alaihissallam meninggalkan jirab, yaitu
kantung yang biasa dipakai untuk menyimpan makanan. Kantung itu berisi
kurma untuk keduanya. Juga meninggalkan siqa` (wadah air) yang berisi
air minum. Kemudian Nabi Ibrahim
‘alaihissallam berpaling dan
pergi. Hajar mengikutinya sembari berkata: “Wahai, Ibrahim! Kemana
engkau akan pergi meninggalkan kami di lembah yang sunyi dan tak
berpenghuni ini?” Hajar mengulangi pertanyaan itu berkali-kali, namun
Ibrahim tidak menoleh, tak pula menghiraukannya. Kemudian Hajar pun
bertanya: “Apakah Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang telah memerintahkan engkau dengan ini?”
Ibrahim menjawab,“Ya.”
Mendengar jawaban itu, maka Hajar berkata: “Jika demikian, Allah
Subhanahu wa Ta’ala
tidak akan meninggalkan kami”. Lantas Hajar kembali menuju tempatnya
semula. Adapun Ibrahim, ia terus berjalan meninggalkan mereka, sehingga
sampai di sebuah tempat yang ia tak dapat lagi melihat isteri dan
anaknya. Ibrahim pun menghadapkan wajah ke arah Baitullah seraya
menengadahkan tangan dan berdoa: Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb
kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka
dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. [QS. Ibrahim ayat 37).
- Kisah Penyembelihan Ismail.
Nabi Ibrahim
‘alaihissallam berdoa: “Wahai Rabb-ku, karuniakanlah untukku anak yang shalih,” maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala
memberikan kabar gembira kepadanya dengan kehadiran seorang anak yang
mulia lagi penyabar. Dan tatkala anak itu saat mulai beranjak dewasa
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata kepadanya: “Wahai anakku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu?”
Isma’il menjawab: “Wahai Ayahandaku, lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepadamu; insya Allah engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar”.
Saat keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di
atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Setelah itu Allah
Subhanahu wa Ta’ala
memanggilnya: “Wahai Ibrahim, sungguh kamu telah membenarkan mimpi itu.
Sesungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan
kami menebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan
untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang
kemudian. (Yaitu) ‘Kesejahteraan yang dilimpahkan kepada Ibrahim’.
Demikianlah Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang mukminin. Kisah ini dijelaskan di dalam Alquran dalam surat ash-Shaffat ayat 99-111.
Ibnu Abbas berkata:
Ibrahim dan Isma’il … keduanya taat, tunduk patuh terhadap perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah, renungkanlah kisah itu … ketika keduanya akan melaksanakan perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala, dengan tulus dan tabah sang anak berkata:
يَا أَبَتِ اشْدُدْ رِبَاطِيْ حَتَّى لاَ أَضْطَرِبَ….
“Wahai Ayahku, kencangkanlah ikatanku agar aku tak lagi bergerak.”
وَاكْفُفْ عَنِّي ثِيَابَكَ حَتَّى لاَ يَنْتَضِحَ عَلَيْهَا مِنْ دَمِّيْ
شَيْءٌ فَيَنْقُصَ أَجْرِيْ وَتَرَاهُ أُمِّيْ فَتَحْزَنُ….
“Wahai Ayahku, singsingkanlah baju engkau agar darahku tidak
mengotori bajumu, maka akan berkurang pahalaku, dan (jika nanti) ibu
melihat bercak darah itu niscaya beliau akan bersedih.”
وَيَا أَبَتِ اسْتَحِدَّ شَفْرَتَكَ وَأَسْرِعْ مَرَّ السِّكِّيْنِ عَلَى
حَلْقِيْ لِيَكُوْنَ أَهْوَنُ عَلَيَّ فَإِنَّ الْمَوْتَ شَدِيْدٌ….
“Dan tajamkanlah pisau Ayah serta percepatlah gerakan pisau itu di
leherku agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu amat
dahsyat.”
وَإِذَا أَتَيْتَ أُمِّيْ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلاَمَ مِنِّيْ…. وَإِنْ
رَأَيْتَ أَنْ تَرُدَّ قَمِيْصِيْ عَلَى أُمِّيْ فَافْعَلْ….
“Wahai Ayah, apabila engkau telah kembali maka sampaikan salam
(kasih)ku kepada ibunda, dan apabila bajuku ini Ayah pandang baik untuk
dibawa pulang maka lakukanlah.”
فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيْمُ : نِعْمَ الْعَوْنُ أَنْتَ يَا بُنَيَّ عَلَى أَمْرِ اللهِ تَعَالَى….
(Saat itu, dengan penuh haru) Ibrahim berkata: “Wahai anakku, sungguh
engkau adalah anak yang sangat membantu dalam menjalankan perintah
Allah Subhanahu wa Ta’ala “.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ini adalah ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala atas kekasih-Nya (yakni Ibrahim ‘alaihissallam)
untuk menyembelih putranya yang mulia dan baru terlahir setelah beliau
berumur senja. (Ujian ini terjadi) setelah Allah memerintahkannya untuk
meninggalkan Hajar saat Ismail masih menyusui di tempat yang gersang,
sunyi tanpa tumbuhan (yang dimakan buahnya), tanpa air dan tanpa
penghuni. Ia taati perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu, meninggalkan isteri dan putranya yang masih kecil dengan keyakinan yang tinggi dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan kepada mereka kemudahan, jalan keluar, serta limpahan rezeki
dari arah yang tiada disangka. Setelah semua ujian itu terlampaui,
Allah menguji lagi dengan perintah-Nya untuk menyembelih putranya
sendiri, yaitu Ismail ‘alaihissallam. Dan tanpa ragu, Ibrahim menyambut perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dan segera mentaatinya. Beliau ‘alaihissallam menyampaikan terlebih dahulu ujian Allah Subhanahu wa Ta’ala
tersebut kepada putranya, agar hati Ismail menjadi lapang serta dapat
menerimanya, sehingga ujian itu tidak harus dijalankan dengan cara paksa
dan menyakitkan. Subhanallah…
- Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Ibrahim untuk Berkhitan.
Pada saat Ibrahim
‘alaihissallam telah mencapai umur senja (delapan puluh tahun), ia diuji oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan beberapa perintah, di antaranya agar beliau berkhitan. Sebagaimana hadits Abi Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اخْتَتَنَ إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام وَهُوَ ابْنُ ثَمَانِينَ سَنَةً
“Ibrahim ‘alaihissallam berkhitan di usia beliau delapan puluh tahun.”
Beliau ‘alaihissallam berkhitan dengan pisau besar (semisal kampak). Meskipun terasa sangat berat bagi diri beliau ‘alaihissallam, namun hal itu tidak pernah membuatnya merasa ragu terhadap segala kebaikan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan dalam sebuah riwayat, Ali bin Rabah radhiyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa : “Beliau (Ibrahim ‘alaihissallam) diperintah untuk berkhitan, kemudian beliau melakukannya dengan qadum. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
mewahyukan ‘Engkau terburu-buru sebelum Kami tentukan alatnya’. Beliau
mengatakan: ‘Wahai Rabb, sungguh aku tidak suka jika harus menunda
perintah-Mu’.”
- Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala Untuk Membangun Ka`bah.
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي
شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ
السُّجُودِ وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ
كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di
tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan
sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang
thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan
sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta
yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj:
26-27).
Dalam Shahih Bukhari disebutkan, bahwasanya Ibrahim ‘alaihissallam berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan aku sesuatu”.
Ismail ‘alaihissallam menjawab: “Lakukanlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada engkau”.
Ibrahim ‘alaihissallam bertanya: “Apakah engkau (akan) membantuku?”
Ismail ‘alaihissallam menjawab: “Ya, aku akan membantu engkau”.
Ibrahim ‘alaihissallam berkata lagi: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan aku untuk membangun disini sebuah rumah”. (Nabi Ibrahim ‘alaihissallam
mengisyaratkan tanah yang sedikit tinggi dibandingkan dengan yang ada
di sekelilingnya). Saat itulah keduanya membangun pondasi-pondasi. Dan
Ismail ‘alaihissallam membawa kepada ayahnya batu-batu dan Ibrahim ‘alaihissallammenyusunnya. Sehingga, ketika telah mulai tinggi, ia mengambil batu dan diletakkan agar Ibrahim ‘alaihissallamdapat naik di atasnya. Demikian, dilakukan oleh keduanya, dan mereka berkata:
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah:
127).
نَسْأَلُهُ جَلَّ فِيْ عُلَاهُ أَنْ يُوَفِّقَنَا أَجْمَعِيْنَ وَأَنْ
يُصْلِحَ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ وَأَنْ لَا يَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا
طَرْفَةَ عَيْنٍ، نَسْأَلُهُ جَلَّ وَعَلَا بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ
وَجُوْدِهِ وَجَمِيْعِ أَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا
مَنًّا مِنْهُ وَتَكَرَّمًا بِأَنْ يِجْعَلَنَا مِنْ هَؤُلَاءِ عِبَادِ
الرَّحْمَنِ؛ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيْعُ الدُّعَاءِ وَهُوَ أَهْلُ الرَّجَاءِ
وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ .
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا
يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ،
أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
وَرَاقِبُوْهُ فِي السِّرِّ وَالعَلَانِيَةِ وَالغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Dari pemaparan kisah-kisah di atas, banyak pelajaran penting dan berharga yang dapat dipetik, di antaranya:
- Nabi Ibrahim ‘alaihissallam adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Subhanahu wa Ta’ala yang amat taat kepada-Nya Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya sebagai hamba yang sangat disayangi.
- Pilar utama upaya tazkiyyatun-nufus adalah dalam hal tauhid. Dan
berdakwah menyeru kepada tauhid merupakan amanat yang dipikul para nabi,
dan sekaligus menjadi panutan bagi setiap dai.
- Kesabaran dalam mendakwahkan tauhid dan ketabahan dalam menghadapi
ujian di jalan itu, harus dilakukan sesuai dengan cara yang dicontohkan
oleh para rasul ‘alaihissallam.
- Yakin terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mengarungi kehidupan.
- Perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan hal terpenting di atas segalanya. Ketulusan hati dalam melaksanakan segala perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala
adalah kebahagiaan. Maka selayaknya kita berupaya secara maksimal untuk
melaksanakannya diiringi doa memohon taufik serta kemudahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Segala contoh kebaikan telah ada pada diri para Rasul ‘alaihissallam yang harus selalu menjadi suri tauladan bagi kita dalam setiap hal.
Wallahul Musta`an..
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)).
للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ
وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ آمِنَّا
فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةِ أُمُوْرِنَا
وَاجْعَلْ وُلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ
يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
ذُنُبَنَا كُلَّهُ ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، سِرَّهُ
وَعَلَنَهُ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا إِنَّا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ .
[Diadaptasi dari tulisan Ustadz Rizal Yuliar di majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XII/1429/2008M]