أَقُوْلْ هَذَا الْقَوْلَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ
وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
Ketika Abdullah bin Saba al-Yahudi berusaha menyebarkan fitnah di
tengah-tengah kaum muslimin di masa Khalifah Utsmani bin Affan radhiallahu ‘anhu –seseorang yang telah dikabarkan pasti masuk surga sekaligus menantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Di masa tersebut, umat Islam hidup dalam keadaan lapang dan kecukupan.
Di zaman itu, pegawai Khalifah Utsman setiap hari berseru, “Kemarilah,
aku akan memberi kalian”. Setelah orang-orang datang, ia pun memeberi
mereka harta, makanan, pakaian, dll. Begitu banyak kenikmatan pada masa
itu. Hati-hati masyarakat bersatu. Dan tidak ada rasa ketakutan.
Lalu orang Yahudi ini –Abdullah bin Saba- dan kroni-kroninya menebar
fitnah di kalangan umat Islam. Siasatnya adalah agar para pemimpin dan
ulama umat Islam dicela. Lalu mereka tampil seolah-olah sebagai orang
yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dan mereka pun
berhasil memperdaya hati-hati manusia. Menyebarlah laki-laki busuk ini
dan orang-orang yang bersamanya untuk mencela pemimpin agar rusak
kehidupan dunia. Kemudian mencela ulama agar rusak kehidupan akhirat.
Sehingga orang-orang tidak lagi menghargai ucapan ulama. Lalu
orang-orang yang terpengaruh, diperintahkan agar semakin menyuarakan hal
tersebut lebih luas lagi.
Mereka tampil sebagai sosok yang mengingkari kemungkaran,
menginginkan perbaikan, dan menuntut hak-hak rakyat agar ditunaikan.
Muncullah demonstrasi kepada Khalifah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.
Para demonstran datang ke Madinah, jumlahnya kira-kira 1000 orang.
Mereka datang lewat Madinah seolah-olah akan menunaikan umrah. Ketika
sudah dekat di Madinah, mereka menyerang Madinah dengan pedang-pedang
mereka. Kemudian mengepung rumah Khalifah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Khalifah dan pemimpin umat Islam.
Mereka menyeru agar Utsman bin Affan dicopot dari jabatannya. Mereka
menuntut agar al-khalifah al-rasyid ini dimakzulkan. Sama persis dengan
seruan para demonstran pada hari ini. Utsman menyebutkan kepada mereka
sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berwasiat kepadanya, Nabi bersabda,
إِنَّ اللَّهَ مُقَمِّصُكَ قَمِيصًا ، فَإِنْ أَرَادَكَ الْمُنَافِقُونَ عَلَى خَلْعِهِ فَلا تَخْلَعْهُ
“Sesungguhnya Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian. Apabila
orang-orang munafik ingin agar pakaian itu dilepas, maka jangan engkau
lepaskan.”
Maksud pakaian tersebut adalah jabatan khalifah. Sesungguhnya
orang-orang akan menuntutmu wahai Utsman agar engkau mundur dari
jabatanmu, maka jangan lakukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar gembira kepada Utsman dengan surga sebagai balasan dari musibah yang menimpanya.
Orang-orang itu pun semakin ketat mengepung rumah sang khalifah.
Sampai-sampai ketika beliau hendak pergi ke masjid, orang-orang itu ikut
bersama beliau. Mereka memprovokasi Utsman saat berada di masjid.
Ketika beliau sedang menyampaikan khotbah Jumat, mereka lempari Utsman
dengan batu hingga membuat beliau jatuh pingsan. Utsman pun dibawa
menuju rumahnya.
Lalu mereka mengepung Utsman dan melarangnya untuk keluar rumah. Sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun marah dan hendak membela beliau. Namun Utsman melarang mereka.
Beliau khawatir terjadi pertumpahan darah di Kota Madinah, kota
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, gara-gara dirinya.
Utsman berkata keapda budak-budaknya, “Siapa yang menyarungkan
pedangnya, maka dia merdeka”. Mereka pun menyarungkan pedang-pedang
mereka. Karena itulah yang diinginkan Utsman radhiallahu ‘anhu.
Apa hasil dari demonstrasi ini?! Hasilnya adalah kezaliman dan
kerusakan. Setelah satu bulan mereka memboikot Utsman dari makanan dan
minuman yang dikirimkan ke rumahnya. Mereka terus membuat suasanan panas
dan menyebar fitnah. Mereka pun menerobos masuk ke rumah Utsman
–seorang sahabat yang paling mulia yang hidup ketika itu-, lalu salah
seorang dari mereka menarik janggut beliau. Utsman berkata kepadanya,
“Wahai anakku, engkau telah merendahkan janggut yang dulu dimuliakan
oleh ayahmu”. Kemudian yang lain masuk lagi dan ia merusak apa yang ada
di dalam rumah, lalu menikamnya dengan pedang sebanyak sembilan tebasan.
Si pembunuh yang celaka ini berkata, “Tiga tebasan untuk Allah dan enam
lainnya karena kebencianku kepadamu wahai Utsman”.
Abdullah bin Saba berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain,
memprovokasi orang-orang awam dengan bahasa dan tutur katanya. Sekarang,
provokasi ini disebarkan dari chanel-chanel di TV dan website-website
dan juga Facebook, lalu ke website lainnya lagi. Fitnah menyebar ke
negeri-negeri muslim. Inilah bentuk demonstrasi paling mutakhir dalam
sejarah Islam. Hasilnya adalah perpecahan, perselisihan, dan permusuhan.
Jihad pun terhenti dan urusan pun menjadi kacau.
Ini bukanlah cara-caranya umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam melakukan perbaikan. Ini adalah metode yang rusak, metodenya
orang-orang kafir. Seperti revolusi Prancis yang tidak kita kenal ada
metode demikian dalam Alquran dan sunnah. Tidak ada ketetapannya dalam
Kitabullah ‘Azza wa Jalla dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demi Allah, ayyuhal muslimun,
Anda telah mendengar hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَمَنْ مَاتَ وَهُوَ مُفَارِقٌ لِلجَمَاعَةِ ، فَإنَّهُ يَمُوتُ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang mati dan di lehernya tidak ada baiat, maka ia mati seperti keadaan orang jahiliyah.” (HR. Muslim).
Dan juga sabda beliau,
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ
“Barang siapa yang melihat pada pemimpinnya suatu perkara ( yang dia benci ), maka hendaknya dia bersabar.” (HR. Bukhari).
Ketika orang-orang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk keluar tidak menaati pemimpin jika mereka berbuat dosa, maka
Rasulullah pun melarangnya. Dan mereka berjanji kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk mendengar dan taat dalam keadaan sulit dan lapang serta dalam
keadaan senang maupun benci. Kecuali jika melihat kekufuran yang nyata
ada pada pemimpin yang bisa dijadikan hujjah di sisi Allah kelak.
Renungkanlah peristiwa-peristiwa yang bisa kita baca di buku-buku
sejarah atau perhatikanlah keadaan revolusi-revolusi yang terjadi di
negeri-negeri kaum muslimin atau yang terjadi pada zaman Utsman, apakah
berdampak baik bagi negeri muslim?
Apakah keadaan mereka setelah revolusi lebih baik dari sebelum revolusi?
Khotib tinggalkan jawaban bagi mereka yang mau membaca dan merenungi peristiwa-peristiwa tersebut.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَعَاكُمُ اللهُ – عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وقال
صلى الله عليه وسلم : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاحْمِ حَوْزَةَ
الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا
وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا
فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِي
رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ وَفِّق جَمِيْعَ وُلَاةِ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِكُلِّ قَوْلٍ
سَدِيْدٍ وَعَمَلٍ رَشِيْدٍ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ
زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ
بَيْنِنَا، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ،
وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي
أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
وَأَمْوَالِنَا وَأَوْقَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا
كُنَّا.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتَ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Sulthan bin Abdurrahman al-‘Id