إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa: 48).
Dan firman-Nya,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS.
Al-Maidah: 72).
Ibadallah,
Betapa banyak kuburan dan mayit yang dijadikan tempat meminta selain
Allah. Mereka adukan kebutuhan mereka di kala sulit dan ditimpa musibah.
Betapa banyak bid’ah yang tersebar di timur dan barat negeri kaum muslimin.
Adapun perbuatan maksiat dan memperturutkan hawa nafsu, tidak perlu
diperdebatkan lagi. Hal ini tersebar di negeri-negeri Islam di dunia
ini. Kita sama sekali tidak sulit menemukan wanita-wanita muslimah
membuka auratnya sebagaimana orang-orang Barat melakukannya.
Kita temukan cara berpakaian wanita muslimah tidak ada bedanya dengan
non muslimah. Hingga kita tidak bisa membedakan mana yang muslimah dan
mana yang bukan.
Subhanallah! Dimanakah ayah-ayah yang bertanggung jawab atas mereka?
Dan dimanakah suami-suami yang semestinya melindungi mereka?
Dan masih banyak lagi kemaksiatan semisal riba, sihir atau
perdukunan, zina, gibah, dll. Kita memohon kepada Allah yang tiada
sesembahan yang benar kecuali Dia, agar menjaga kita dan menganugerahkan
kasih sayang-Nya kepada kita.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Setelah begitu banyak dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan, di
antara kita ada yang masih bertanya “mengapa umat Islam lemah dan
tertinggal?”
Ibdallah,
Jika kita menginginkan kejayaan, datangnya pertolongan Allah, kuat,
dan dikokohkan kedudukan kita, maka hendaklah kita kembali kepada agama
kita. Kembali memurnikan tauhid kepada Allah. Mengikuti sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meninggalkan
kemaksiatan, baik yang besar maupun yang kecil. Apabila salah seorang
dari kita berbuat dosa dan maksiat, maka hendaknya yang lain peduli
dengan cara menasihatinya.
Tidak kita pungkiri, perbuatan dosa tersebar hingga di jalan-jalan. Namun kaum muslimin tidak berusaha mencegahnya. Allah Ta’ala berfirman,
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ
وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ .
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا
يَفْعَلُونَ
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud
dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan
selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang
tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah: 78-79).
Jika mencegah kemungkaran sudah kita tinggalkan, maka apa yang kita
lakukan tersebut menjadi sebab terbesar lemahnya kaum muslimin. Demi
Allah, sekiranya bagian dari dunia kita diambil oleh orang lain, maka
kita akan berusaha mencegah orang itu agar tidak mengambil hak dunia
kita tersebut. Namun sayang, ketika hak agama –yakni Islam menjadi
lemah-, maka kaum muslimin berpikir ulang untuk mencegah orang yang
menyebabkan Islam menjadi lemah. Oleh karena itulah kita menjadi umat
yang lemah.
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ
يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ مُنَّ عَلَيْنَا بِالاِسْتِقَامَةِ عَلَى
دِيْنِكَ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالتَوْحِيْدِ قَائِمِيْنَ، وَلِسُنَّةِ
نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَّبِعِيْنَ،
اَللَّهُمَّ قَوِّ الإِسْلَامَ بِأَهْلِهِ وَقَوِّ أَهْلَهُ بِهِ يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ .
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ
أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin rahimakumullah,
Karena lemahnya kaum muslimin, orang-orang kafir pun sekarang berani mengejek dan mengolok-olok Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai mereka berlomba-lomba untuk mengolok-olok Nabi kita dan kekasih kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keadaan lemah ini pula yang membuat orang-orang kafir menguasai kaum muslimin.
Dalam keadaan lemah ini, kaum muslimin masih terbagi menjadi dua
kelompok. Pertama, kelompok yang tidak peduli terhadap permasalahan ini.
Ini benar-benar bentuk kelemahan yang sangat. Terkadang ketika diri
kita sendiri dicandai oleh sebagian teman kita dengan gurauan tertentu,
itu saja bisa membuat kita marah. Lalu bagaimana bisa ia tidak peduli
dengan kehormatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelompok kedua, mereka yang berlebih-lebihan hingga menyakiti dan
menyerang orang-orang non muslim di negeri-negeri mereka. Atau membunuh
orang non muslim yang tidak bersalah. Atau mengadakan pengerusakan di
sana.
Perbuatan-perbuatan ini semakin menambah permusuhan dari kalangan orang-orang kafir dan olok-olok mereka terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun kian menjadi-jadi. Mereka juga kian mengintimidasi umat Islam yang
minoritas di negeri-negeri mereka. Oleh karena itu, wajib bagi kita
menjadi seorang muslim yang bijak. Hendaknya kita bisa membedakan dimana
kondisi lemah dan kondisi kuat. Namun tetap tidak takut terhadap
mereka. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ
“Dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran
ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS. Ar-Rum: 60).
Ibadallah,
Wajib bagi setiap muslim untuk berlaku bijak. Kita saat ini sedang
berada dalam kondisi lemah. Orang yang cerdas akan pandai melihat
hal-hal yang cenderung kepada kemaslahatan. Janganlah hanya mengandalkan
semangat dan emosi semata yang malah berakibat bencana bagi kaum
muslimin lainnya. Dan ia pun menjadi penyebab tidak diterimanya dakwah
Islam. Juga menjadi penyebab semakin tersebarnya olok-olok orang kafir
kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sungguh membuat kita sedih ketika melihat orang-orang yang merendahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membuat gambar yang mereka sebut itu adalah Rasulullah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang paling kita cintai lebih dari diri kita, ayah kita,
dan ibu kita. Dan gara-gara tindakan ceroboh kita, mereka malah semakin
menghina Nabi dan menyanjung para kartunis yang menghina beliau itu.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Hendaknya kita berdiri di barisan yang sama. Hendaknya kita juga
memiliki tekad yang satu. Yakni membela agama Allah dan agama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan kita berloyalitas
berdasarkan kelompok dan partai. Kita membela kelompok dan partai kita
semata. Walaupun terkadang kelompok dan partai kita berada dalam
kekeliruan, penyimpangan, atau bahkan menentang Islam.
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ اللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالكَافِرِيْنَ اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْكَافِرِيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ .
اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِكُلِّ مَنْ سَبَّ رَسُوْلَنَا صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللهُ شَلْ يَدَهُ، اَللَّهُمَّ جَمْدِ العُرُوْقَ
فِي دَمِهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ عِبْرَةً وَآيَةً لِمَنْ وَرَاءَهُ يَا
رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ اَلَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَرْحَمَ
إِخْوَانَنَا فِي بِلَادِ الشَّامِ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ وَفِي كُلِّ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ .
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Abdul Aziz ar-Rais