“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma-ul husna itu.” (QS. al A’raf: 180).
Atau seseorang bertawasul dengan amal shalih yang telah dia lakukan,
sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang mashur tentang tiga
orang yang terperangkap di dalam goa. Atau bertawasul dengan doa orang
shalih yang mendoakan untuknya. Dalil-dalil yang menunjukkan hal ini
banyak ditunjukkan di dalam Alquran maupun Sunnah Nabi.
Kesebelas: Memperbanyak ucapan “Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلِظُّوا بِيَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Ulang-ulangilah ucapan Yaa Dzal Jalaali Wal Ikraam.” (HR. Tirmidzi).
Yaitu selalu ucapkan dan perbanyaklah dalam doa-doa kalian. Karena
hal itu merupakan kata-kata pujian yang sangat tinggi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling agung. Dengan memperbanyak membacanya akan membantu terkabulnya doa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keduabelas: Mencari waktu-waktu yang mustajab dan
tempat-tempat yang utama. Ada beberapa waktu dan tempat-tempat yang
utama, sebagaimana telah disebutkan di dalam nash-nash. Orang yang
berdoa, sebaiknya mencari waktu tersebut dan memperbanyak doa pada
waktu-waktu tersebut. Di antara waktu-waktu yang utama dan mustajab
adalah, waktu antara adzan dan iqamah, di dalam shalat, setelah selesai
mengerjakan shalat-shalat fardhu, pada waktu sore hari, ketika berbuka
puasa, di bagian akhir malam, dan sesaat pada hari Jumat -yaitu
saat-saat terakhir pada hari Jumat- dan hari-hari di bulan Ramadhan,
sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, pada hari ‘Arafah, pada waktu
mengerjakan haji, di sisi Ka’bah, serta waktu-waktu dan tempat-tempat
lainnya yang disebutkan di dalam atsar.
Ketigabelas: Memperbanyak doa pada saat-saat lapang. Upaya ini agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan permintaannya pada saat-saat sempit. Karena termasuk hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala
tatkala mentakdirkan suatu bala (musibah), bahwasanya Allah menyukai
mendengarkan rintihan hambaNya kepada-Nya. Allah senang melihat para
hamba kembali kepadaNya pada saat-saat sempit dan tercekam. Namun
apabila seorang insan itu bertadharru’ pada saat-saat ia lapang, maka
akan segera dikabulkan baginya permintaan-permintaannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengatakan:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
“Barangsiapa yang suka Allah mengabulkan doanya pada saat-saat sempit
dan kesulitan, maka hendaklah ia banyak-banyak berdoa pada saat-saat ia
lapang.” (HR. Tirmidzi).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ،
وَنَفَعْنَا بِهَدْيِ سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ وَقَوْلُهُ القَوِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ
وَلِلْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرِ لَهُ عَلَى مَنِّهِ
وَجُوْدِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
تَعْظِيْماً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ اَلدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى .
Ibadallah,
Untuk mendukung agar doa seseorang dikabulkan, seseorang harus
menghindari beberapa perkara yang dapat menghalangi terkabulnya doa.
Pertama: Mengkonsumsi makanan yang haram. Karena ini termasuk perkara yang menghalangi terkabulnya doa, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ
إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ
حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ
لِذَلِكَ
“Seorang laki-laki yang panjang perjalanannya, rambutnya acak-acakan
dan berdebu, ia mengangkat tangannya ke langit dan mengatakan : “Ya
Rabbi, ya Rabbi,” sementara makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dan diberi makan dengan barang yang haram, bagaimana
ia akan diterima doanya?” (HR. Muslim).
Kedua: Terburu-buru dalam meminta dikabulkannya doa.
Permintaan yang tergesa-gesa itu dilarang, dan dapat menghalangi
terkabulnya doa. Seseorang yang berdoa juga tidak boleh berputus asa
dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala . Sikap terburu-buru bisa dikategorikan sebagai bentuk pendustaan terhadap janji Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal Allah telah berjanji mengabulkan doa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
“Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama dia tidak
terburu-buru; ia mengatakan “Aku sudah berdoa, namun tidak dikabulkan
bagiku”. (Muttafaqun ‘alaihi).
Ketiga: Berlebih-lebihan atau melampaui batas dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. al A’raf: 55).
Sa’ad radhiyallahu ‘anhu pernah melihat anak
laki-lakinya berdoa, dan ia berkata dalam doanya : “Ya Allah, aku
memohon kepadaMu surga, kenikmatannya, kemegahannya, begini dan begini.
Dan aku berlindung kepadaMu dari api neraka, dari rantainya,
belenggunya, begini dan begini”.
Mendengar doa anaknya tersebut, Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata: Wahai anakku, sesunggunya aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَيَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ
مِنْهُمْ إِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَ الْجَنَّةَ أُعْطِيتَهَا وَمَا فِيهَا
مِنَ الْخَيْرِ وَإِنْ أُعِذْتَ مِنَ النَّارِ أُعِذْتَ مِنْهَا وَمَا
فِيهَا مِنَ الشَّرِّ
“Akan ada nanti kaum yang melampaui batas dalam berdoa. Jangan sampai
engkau masuk ke dalam golongan mereka. Jika engkau diberikan surga,
niscaya engkau akan diberikan semua apa yang ada di dalamnya. Jika
engkau dihindarkan dari api neraka, niscaya engkau akan dihindarkan
darinya dan seluruh keburukannya”.
Keempat: Meminta perkara-perkara yang mustahil.
Seperti seseorang yang berdoa agar dapat melihat Nabi dalam keadaan
terjaga, atau ia berdoa agar dijadikan sebagai malaikat, atau ia berdoa
meminta kekuatan, yang dengan kekuatan itu ia dapat mengangkat gunung,
atau meminta kepada Allah berupa an nubuwah (kenabian). Karena hal itu
tidaklah mungkin. Bahkan kalau ia meyakini diturunkannya nubuwah setelah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia bisa kafir karena hal itu. Dan permintaan seperti itu juga termasuk bentuk berlebih-lebihan dalam berdoa.
Demikian, mudah-mudahan Allah berkenan memberikan taufiq kepada kita
untuk senantiasa berdoa kepada-Nya, dan menjadikan doa-doa kita sebagai
doa yang mustajab.
عِبَادَ اللهِ: وَ صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَعَاكُمُ اللهُ- عَلَى
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي
كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:56] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
.وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ. اَللَّهُمَّ احْمِ
حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي
أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ
وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ
عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ
الصَّالِحَةَ النَّاصِحَةَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
للَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَتُبْ عَلَى التَّائِبِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَارْحَمْ
مَوْتَانَا وَمَوْتَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَاشْفِ مَرْضَانَا
وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ فَرِجّْ هُمُ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ
المُسْلِمِيْنَ وَفَرِّجْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ
عَنِ المَدِيْنِيْنَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا
قَيُّوْمُ أَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ. { رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ }.{ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }.
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
(Diadaptasi dari tulisan Ummu Ihsan di majalah As-Sunnah Edisi 00/Tahun XI/1428H/2007M).