Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ
لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} ,
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا }
أَمَّا بَعْدُ…
فَإِنَّ خَيْرَ الكَلَامِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ رَسُوْلِ
اللهِ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
Ibadallah,
Sungguh, tempat terbaik dan yang paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla
di bumi ini adalah masjid-masjid. Masjid merupakan tempat terkumpulnya
kebaikan-kebaikan, sentral ketaatan, serta tempat berlabuhnya hati-hati
kaum mukminin. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan bangunan
masjid ditinggikan guna disebutkan nama-Nya di sana dan menjadi tempat
penegakan shalat. Juga agar berperan sebagai sumber ilmu dan pusat untuk
memancarkan ilmu dan cahayanya. Masjid juga berguna menjadi mimbar
penyebar hidayah dan kebaikan. Masjid adalah tempat yang dituju kaum
Mukminin dan tempat berkumpulnya orang-orang yang bertakwa. Di situ,
dijumpai orang yang sedang bertasbih, berdzikir, berdoa, membaca
Kitabullah, atau orang yang sedang ruku’ dan sujud dalam shalatnya.
Mereka semua takut terhadap hari kiamat, saat itu hati dan pandangan
mata terbelalak.
Di dalam masjid, hati menjadi tentram, jiwa pun tenang, kepenatan
pikiran menjadi sirna, akhirnya ketenangan pun menjadi nyata. Di sana,
hubungan seorang hamba dengan Rabbnya menjadi semakin kuat.
Betapa dahsyat pengaruh masjid! Alangkah besar manfaat dan faedahnya !
Ruangan masjid sumber ketentraman pandangan kaum mukminin, ketenangan
hati kaum muttaqin dan sumber keceriaan jiwa kaum muslimin.
Banyak sekali nash syar’i, baik dalam Alquran maupun Sunnah, yang
menunjukkan keutamaan masjid, fadhilah (keutamaan) membangun masjid dan
keutamaan memperhatikan dan memeliharanya. Jumlah dalil yang banyak
tersebut mengindikasikan secara kuat akan keagungan kedudukan dan
tingginya derajat masjid, serta urgensi memberikan atensi besar
kepadanya, dalam segi fisik, kebersihan, dan memakmurkannya dengan
segala bentuk ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا
اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah:18).
Masjid, memiliki kehormatan dan kedudukan tinggi di hati kaum
Mukminin. Mereka menyadari status masjid dan memperhatikan urusan-urusan
penting yang terkait dengannya. Besar kecilnya, perhatian mereka
terhadap urusan-urusan masjid, tergantung pada sejauh mana keimanan
mereka terhadap Allah ‘Azza wa Jalla dan Hari Akhir. Istilah
memakmurkan (menyemarakkan masjid) mencakup perhatian terhadap bangunan
fisiknya, kebersihannya, menjalankan shalat dan berdzikir di dalamnya,
dan amalan-amalan shaleh lainnya.
Akan tetapi, ada keprihatinan muncul pada hati banyak kaum Muslimin.
Kekhawatiran ini dipicu suatu permasalahan yang kerap kali terjadi
secara berulang-ulang pada zaman kita ini di dalam masjid yang merupakan
rumah Allah ‘Azza wa Jalla. Kejadian yang menyebabkan gangguan
besar bagi kaum Muslimin yang tengah melakukan shalat dan ibadah
mereka. Kejadian ini, mengakibatkan hilangnya kekhusyu’an dan tawajjuh
(menghadap) kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Kejadian ini bersumber
dari sejumlah orang yang mungkin saja mereka justru tidak ambil peduli
dan menganggap masalah ini, masalah ringan, padahal sejatinya, persoalan
ini benar-benar serius.
Permasalahan yang dimaksudkan disini adalah suara-suara musik
(melalui ringtone handphone/smartphone) yang terdengar berulang kali di
masjid-masjid. Hampir-hampir tidak ada satu shalat pun, atau ruku’ atau
sujud yang bebas dari gangguan suara musik tersebut.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Dua puluh atau tiga puluh tahun lalu, bila kita bertanya kepada
seseorang, “Apakah terbayang dalam benakmu bahwa suatu hari nanti engkau
akan mendengar suara musik di dalam masjid?” Pastilah orang itu akan
menjawab, “Itu khayalan belaka, mustahil”.
Siapakah yang akan percaya jika hal itu akan terjadi di dalam masjid-masjid?!
Sedemikian parahkah kita, wahai umat Islam, sampai musik-musik yang mungkar itu terdengar di rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala?!
Dimanakah kehormatan masjid-masjid itu?!
Kemana kedudukan masjid yang agung di hati kita?!
Manakah usaha kita untuk menjaga dan menunaikan hak-hak para saudara kita yang sedang menjalankan ibadah shalat?!
Dimanakah ketaqwaan dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?!
Mana bukti pengagungan kita terhadap syiar-syiar Allah Subhanahu wa Ta’ala , apabila keadaan kita seperti ini saat menghadapai perkara buruk yang terulang?!
Padahal, siapapun yang membawa handphone, ia bisa dengan mudah
mematikannya tatkala akan memasuki masjid-masjid, atau menyettingnya
silent !. Namun, kebanyakan manusia tidak mau peduli, tidak memandang
persoalan ini sebagaimana mestinya, sehingga terjadilah apa yang telah
terjadi. Kaum Muslimin yang sedang shalat terus-menerus mendengar musik
saat mereka sujud, ruku’ atau saat berdoa, saat bertasbih. Saat ada yang
bertasbih dan berdzikir (mengingat) Allah ‘Azza wa Jalla, tiba-tiba suara gaduh ringtone terdengar dari sana sini dalam masjid.
Wahai pemilik handphone, ingatlah Masjid memiliki kesucian.Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati.” (QS. al-Hajj: 32).
Orang-orang yang sedang menunaikan shalat harus dihormati dan mereka
juga memiliki hak. Jika membaca Alquran dengan suara tinggi yang
mengganggu saudaramu, terlarang di dalam masjid, sebagaimana dalam
hadits Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
الْمَسْجِدِ، فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُون بِالْقِرَاءَةِ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ
لَهُ، فَكَشَفَ السُّتُورَ، وَقَالَ: «إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ
فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، وَلَا يَرْفَعَنَّ بَعْضُكُمْ عَلَى
بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ» ، أَوْ قَالَ: «فِي الصَّلَاةِ»
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di
masjid lalu mendengar orang-orang mengeraskan bacaan Alquran dalam
keadaan beliau di kemahnya. Lalu beliau menyingkap tirai dan bersabda,
“Ketahuilah kalian semuanya sedang bermunajat kepada Rabbnya, maka
jangan sebagian kalian mengganggu sebagian yang lainnya ! Janganlah
sebagian dari kalian mengeraskan suara atas yang lainnya dalam membaca
Alquran – atau menyatakan:- dalam shalat. (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Lalu, bagaimana dengan suara-suara buruk seperti ini?!
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعْنِي
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى نِعْمَةِ الخَيْرِ وَالطَاعَاتِ، أَحْمَدُهُ –
سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُهُ عَلَى المَكْرُمَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِلَهُ البَرِّيَاتِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ
وَرَسُوْلُهُ المُفَضِّلُ عَلَى العِبَادِ بِالرَّحْمَاتِ، صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَلْفَائِزِيْنَ بِالرِّضَا
وَالْجَنَّاتِ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ.
Ibadallah,
Sungguh, masalah ini sangat menyedihkan ! Kondisi ini juga
menunjukkan lemahnya iman, kurangnya agama dan lemahnya rasa hormat
serta rendahnya keinginan menjaga kesucian rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala . Mestinya, orang yang dimuliakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla
dengan dikarunia handphone tersebut menyadari bahwa itu anugerah
dari-Nya, sehingga dia bisa bersyukur kepada Allah atas nikmat ini.
Nikmat Allah, yang dengannya, dia bisa dan mudah berkomunikasi dengan
keluarga, kerabat dan anak-anaknya serta bisa juga untuk kebutuhan
mereka. Seharusnya, dia menggunakan handphone tersebut dalam koridor
taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantara realisasi penggunaannya dalam ketaatan adalah menjauhkannya dari konten-konten kemungkaran, misalnya musik.
Musik yang ada dalam handphone diharamkan dalam segala hal. Sehingga,
seharusnya ia memilih untuk handphonenya suara-suara yang non-musik.
Hukum ini akan lebih berat dan lebih berbahaya lagi ketika suara mungkar
tersebut tedengar di dalam rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala . Rumah Allah harus dihormati dan memiliki kesucian.
Apabila orang yang mencari-cari barangnya yang hilang di masjid , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam nyatakan:
لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ ضَالَّتَكَ
“Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu.”
Lalu, bagaimana dengan kemungkaran besar dan jelek ini?! Jika pun
seandainya, nada deringnya adalah doa, maka sesungguhnya doa-doa
tersebut juga akan menggangu orang-orang shalat. Terkadang kita dapati
diri kita, saat ingin membaca, bacaan kita sering salah atau saat
membaca doa, doa kita sering salah, karena suara-suara tersebut.
Maka hendaklah, kehormatan rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dijaga dan memperhatikan kehormatan orang yang sedang shalat.
Hendaknya pemilik handphone mengingat nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dikaruniakan kepadanya dan jangan menjadikannya alat menganggu saudaranya yang sedang shalat.
Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah dan hati-hati dari semua yang menyebabkan kemarahan dan siksa Allah Subhanahu wa Ta’ala!
Wajib bagi setiap kita untuk bertaqwa kepada Allah dalam
urusan-urusan terkait masjid-masjid tersebut. Meski sekedar masuk
masjid, sesaat setelah memasuki pintu masjid dan membaca doa:
بِسْمِ اللهِ وِالصَّلَاةُ و السَّلاَمُ عَلَی رَسُوْ لِ اللهِ أَعُوذُ
بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ،
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Dengan menyebut nama Allah dan sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah, Aku berlindung kepada Allah yang maha Agung
dan dengan wajah-Nya yang maha mulia serta kekuasaannya yang kekal dari
syaitahn yang terkutuk.”
Setelah itu, dia mematikan handphone dan masuk masjid dengan penuh
penghormatan dan jangan jadikan suara-suara mungkar ini ada di
rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala, meskipun sedikit.
Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bertaqwalah pada diri anda,
saudara-saudaramu yang sedang shalat dan amalan ini tidak akan membuatmu
kehilangan satu maslahatpun selama kamu melakukannya dalam rangka taat
kepada Allah dan menjaga kesucian masjid serta menjaga hak-hak saudaramu
yang shalat.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ
اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً [الأحزاب:56] ،
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((مَنْ صَلَّى عَلَيَّ
وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا)).
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ
المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ. اَللَّهُمَّ احْمِ
حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي
أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ
وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ
عَمَلَهُ فِي رِضَاكَ وَأَعِنْهُ عَلَى طَاعَتِكَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ
الصَّالِحَةَ النَّاصِحَةَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَ المُذْنِبِيْنَ مِنَ المُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ وَتُبْ عَلَى التَّائِبِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَارْحَمْ
مَوْتَانَا وَمَوْتَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَاشْفِ مَرْضَانَا
وَمَرْضَى المُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ فَرِجّْ هُمُ المَهْمُوْمِيْنَ مِنَ
المُسْلِمِيْنَ وَفَرِّجْ كَرْبَ المَكْرُوْبِيْنَ، وَاقْضِ الدَّيْنَ
عَنِ المَدِيْنِيْنَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا
قَيُّوْمُ أَنْتَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الوَكِيْلِ. { رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ }.{ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ }.
عِبَادَ اللهِ: اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
مَا تَصْنَعُونَ .
Oleh Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr
(Diadaptasi dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVII/1434H/2013M).