Orang yang mendirikan shalat fajar akan mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab sunannya dari Sahl bin Sa’d Al-Sa’idi bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
Berikanlah kabar gembira bagi mereka yang berjalan pada kegelapan menuju mesjid bahwa mereka mendapat cahaya yang sempurna pada hari kiamat
Sunan Ibnu Majah: no: 781
Penjelasan
Shalat Subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari kiamat. Di hari itu, semua sumber cahaya di dunia padam. Matahari akan di gulung dan bintang-bintang pun berjatuhan, sebagaimana firman Allah swt :
"Apabila matahari di gulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan". (QS. At-Takwir : 1-2).
Manusia di bangkitkan dalam keadaan gelap gulita. Gelap yang berlipat ganda. Saat itu, manusia sangat membutuhkan cahaya supaya bisa meraba jalannya, agar bisa melewati kumpulan orang-orang yang begitu banyak jumlahnya. Tatkala melewati Sirath (jembatan di akhirat), cahaya sangat dibutuhkan. Sirath ini mengerikan kondisinya. Tidak akan ada yang bisa melewati, kecuali orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw menggambarkan keadaan manusia pada saat melewati Sirath dengan sabdanya :
"Yang pertama kali lewat di antara kalian bagaikan kilat".
Aku (Abu Hurairah) bertanya, 'Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, apa maksud "berjalan seperti kilat" ?. Beliau saw melanjutkan, "Tahukah kamu bagaimana kilat pergi dan datang dalam sekejap?
Kemudian ada yang berjalan seperti angin, seperti burung, dan ada juga yang berlari. Perjalanan mereka sesuai dengan amalan mereka. Sedangkan Nabi kalian ini (Muhammad saw) berdiri (menunggu) di atas Shirath seraya berdo'a, 'Ya Allah, selamatkanlah..... selamatkanlah......
Sampai ada yang amalannya (karena sedikit) tak sanggup (membawa si hamba tadi) sehingga ada orang yang tidak bisa lewat melainkan dengan merayap.
Pada kedua sisi Shirath terdapat pengait-pengait dari besi yang akan menyambar siapa saja yang Allah swt perintahkan untuk di sambar. Ada yang tersambar hingga bagian tubuhnya robek/terputus namun ia selamat, dan ada juga yang terkait lalu terhempas ke neraka.
Abu Hurairah ra berkata, 'Demi Zat yang jiwa Abu Hurairah di tangan-Nya, sesungguhnya dasar neraka jahannam dalamnya sejauh tujuh puluh musim (tahun). (HR.Muslim)
Pada hari yang sangat berat dan gelap itu, Allah swt hanya memberikan cahaya kepada semua orang Islam. Maksudnya, pada awalnya diberikan kepada semua orang yang menyatakan Islam ketika di dunia. Namun sebagian dari mereka akan jadi munafik, yang hanya berbicara dengan lisannya, tetapi hatinya mengingkari. Sehingga apabila semuanya sudah mendekati Sirath, Allah hanya akan memberikan cahaya itu kepada orang-orang mukmin, yang jujur saja.
Lenyaplah cahaya bagi orang-orang munafik. ketakutan dan kebingungan pun menyelimuti mereka. Walhasil mereka bersandar pada orang-orang mukmin, meminta sedikit cahaya yang ada pada mereka. Orang mukmin mengisyaratkan mereka kembali ke tempat dimana Allah swt telah memberikan cahaya-Nya. Lalu orang-orang munafik tadi kembali ke tempat semula. Namun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hancurlah seluruh harapan mereka. Selanjutnya mereka meminta tolong, padahal (waktu itu), tidak ada kesempatan untuk lari menyelamatkan diri.
Rincian peristiwa ini terdapat lebih dari satu hadits dalam Shahih Muslim, dan Allah swt menggambarkan hal itu di dalam Kitab-Nya yang mulia :
"(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka), 'Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.
Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang yang beriman, 'Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu'. Dikatakan (kepada mereka), 'kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)'. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu, di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya ada siksa.
Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata, 'Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu. 'Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta di tipu angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah swt; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu.
Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali." (QS.Al-Hadid:12-15).
Dari mana orang-orang mukmin mendapatkan cahaya agung pada hari yang sangat gelap gulita itu? Cahaya itu amal perbuatan mereka yang banyak ketika di dunia. Cahaya itu adalah janji Allah swt sebagai balasan bagi amal-amal mereka. Di antara amalan ini adalah : Shalat Subuh berjamaah.
Bacalah hadits yang diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Buraidah Al-Aslami ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat". (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
'Orang yang banyak berjalan' maksudnya adalah mereka yang membiasakan diri melaksanakan keutamaan yang besar ini.
'Dalam Kegelapan' maksudnya Shalat Isya' dan Shalat Subuh.
Ungkapan "menuju masjid" merupakan dalil yang jelas bahwa cahaya itu diberikan kepada orang yang membiasakan diri Shalat Subuh dan Isya' berjamaah di masjid. Shalat yang di maksud disini tidak hanya sekedar Shalat berjamaah saja, namun Shalat ini harus dilaksanakan di rumah Allah swt, Masjid.
Ini merupakan bantahan bagi sebahagian orang Islam yang melaksanakan Shalat di rumah bersama istri dan anak mereka. Mereka berkeyakinan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan suatu keutamaan. Karena melatih keluarga untuk Shalat, dan untuk mengangkat derajat mereka (anak dan istri) agar memperoleh pahala berjamaah.
Namun Allah swt yang membuat syariat dan undang-undang memerintahkan pada muslim laki-laki untuk Shalat di masjid, dan memberikan pahala yang sama pada perempuan yang melaksanakan Shalat di rumah. Sedangkan pembiasaan anak untuk melaksanakan Shalat jamaah adalah dengan membawa mereka ke masjid, atau Shalat bersama mereka di rumah. Shalat di rumah pun hanya Shalat Sunnah, bukan Shalat Wajib.
Allah swt akan memberikan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga Shalat Subuh berjamaah. Artinya, Dia tidak akan mencabut cahaya tersebut dimana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati Sirath Al-Mustaqim. Dia akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga, Insya Allah.
Tidak di ragukan lagi, cahaya bagi orang yang beriman di hari kiamat berbeda-beda. Tidak semua mukmin mendapatkan cahaya seperti mukmin yang lain. Kadar cahaya tersebut disesuaikan dengan amalan mereka. Disinilah Shalat Subuh berperan. Allah swt akan memberikan cahaya sempurna bagi orang beriman karena Shalat Subuh di hari kiamat kelak.
Bahkan Rasulullah saw yang begitu memperhatikan umatnya dan mencintai pengikutnya. mengajarkan dzikir khusus pada saat berjalan menuju masjid tatkala kegelapan masih menyelimuti bumi.
Rasulullah saw mengajarkan do'a yang berisi permohonan agar Allah memberikan cahaya yang menyinari hidup mereka. Agar Allah memberi cahaya di dalam kubur mereka, dan agar cahaya tersebut tetap bersama mereka hingga hari kiamat.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra, bahwa ketika Rasulullah saw keluar untuk melaksanakan Shalat Subuh, beliau berdo'a :
"Ya Allah berikanlah cahaya pada hati, lisan, telinga, dan mata hamba. Jadikanlah cahaya dari belakang, depan, dan di bawah hamba. Ya Allah berikanlah pada hamba cahaya".
Lafal do'a di atas diriwayatkan oleh Muslim, dan di dalam riwayat Al-Bukhari ada tambahan lafal :
"Dan dari sebelah kanan dan sebelah kiri hamba berikanlah cahaya".
Cahaya ini tidak hanya menyinari alam kubur dan akhirat saja, tapi juga memberikan cahaya di dunia. Kadang kala manusia terlilit permasalahan dunia, hingga tak mampu lagi membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang benar dan salah. Apalagi di zaman yang penuh dengan cobaan seperti sekarang ini.
Rasulullah saw menggambarkannya dalam hadits yang di riwayatkan dari Abu Hurairah ra. Beliau bersabda :
"Segeralah beramal shalih untuk menghadapi fitnah yang menyerupai gelapnya malam". (HR.Muslim)
Pada masa fitnah yang gelap ini, bila seorang mukmin mampu menapaki jalannya, ia tidak akan tersesat dan sengsara. Allah swt akan menunjukkan hikmah, dan kemaslahatan dunia dan di akhirat.
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?" (QS.Al-An 'Am : 122)
Kita memohon semoga Allah swt memberikan cahaya di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Sesungguhnya dia yang memiliki kekuasaan untuk melakukan itu semua.