Galery Fabel

  • Tentang Aplikasi
  • Close

    Aplikasi "Galery Fabel" berisi tentang kumpulan cerita cerita fabel yaitu cerita hewan yang mengandung pesan moral.


    Semoga bermanfaat.

  • Info fiture
  • Close

    Untuk menggunakan layar penuh Anda dapat mengetuk sekali pada layar


    Untuk fiture "cari" digunakan untuk mencari Info yang ada
    Tombol scroll di gunakan untuk otomatis turun saat membaca
    Tanggal yang tertera adalah tanggal yang sesuai dengan mestinya
    Untuk tombol Apikasi Kami Lainnya adalah untuk menuju ke Aplikasi kami lainnya

    Semoga bermanfaat.

  • Fabel???
  • Close

    Fabel
    adalah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berperilaku menyerupai manusia. Cerita tersebut tidak mungkin kisah nyata/tidak terjadi sungguh-sungguh. Fabel adalah cerita fiksi, maksudnya khayalan belaka (fantasi). Kadang fabel memasukkan karakter minoritas berupa manusia.

    Fungsi Fabel
    Fabel sering digunakan sebagai sarana cerita dalam rangka mendidik masyarakat. Misalnya cerita tentang Kancil Mencuri Timun. Amanat yang dapat anda petik adalah jangan sekali-kali mengambil yang bukan haknya/mencuri. Karena mencuri adalah perbuatan yang tercela dan merugikan orang lain.

    Ciri-ciri Umum dan Karakteristik Fabel
    • Menggunakan tokoh hewan dalam penceritaannya (Handelnde Figuren sind Tiere)
    • Hewan yang sebagai tokoh utama dapat bertingkah seperti manusia (berbicara, berfikir)
    • Menunjukkan penggambaran moral / unsur moral dan karakter manusia dan kritik tentang kehidupan di dalam ceritanya.
    • Penceritaan yang pendek (knappe Erzählung)
    • Menggunakan pilihan kata yang mudah
    • Dalam cerita fabel, paling baik yang diceritakan adalah antara karakter manusia yang lemah dan kuat (stark und schwach)
    • Menggunakan setting alam (Schauplatz in der Natur)
    • Terdiri atas 4 bagian (Gliederung in 4 Erzählt abschnitte):



    Semoga bermanfaat.


    • Galery Fabel, menyajikan cerita cerita yang menarik dengan pesan moral yang akan selalu di update dengan cerita terbaru
    • Fabel 1

      Rusa dan kura kura

    • Fabel 2

      Anjing gunung, Keledai, dan macan tutul

    • Fabel 3

      Kadal dan ular laut

    • Fabel 4

      Kelinci dan anjing petani

    • Fabel 5

      Kuda yang memakai kulit harimau

    • Fabel 6

      Kancil dan seruling ajaib

    • Fabel 7

      Kancil dan buaya

    • Fabel 8

      Sikancil dan kerbau dungu

    • Fabel 9

      Si kancil kena batunya

    • Fabel 10

      Si kancil pencuri ketimun

    • Fabel 11

      Si rusa dan si kulomang

    • Fabel 12

      Tipu daya sang burung bangau

    • Fabel 13

      Tuapi dan ikan gabus

    • Fabel 14

      Singa dan seekor tikus

    • Fabel 15

      Landi, seekor landak yang kesepian

    • Fabel 16

      Moni, monyet yang licik

    • Fabel 17

      Pengorbanan seekor katak

    • Fabel 18

      Seekor kambing dan serigala

    • Fabel 19

      Semut yang hemat

    • Fabel 20

      Serigala dan bangau

    • Fabel 21

      Kaswari dan dara mahkota

    • Fabel 22

      Katak kecil dan ular kecil

    • Fabel 23

      Kelelawar yang pengecut

    • Fabel 24

      Kelinci sombong dan kura kura

    • Fabel 25

      Kera jadi raja

    • Fabel 26

      Burung kiki dan kuku

    • Fabel 27

      Akhir riwayat sang lutung

    • Fabel 28

      Anak katak hijau yang nakal

    • Fabel 29

      Bende harimau wasiat

    • Fabel 30

      Buaya dan burung penyanyi

    • Fabel 31

      Buaya yang serakah

    • Fabel 32

      Burung bangau dan seekor ketam

    • Fabel 33

      Cerita si anak ikan

    • Fabel 34

      Hiu dan lumba lumba

    • Fabel 35

      Ikan salem yang gigih

    • Fabel 36

      Jian anjing dan raku kura kura

    • Fabel 37

      Si kancil dan suami buaya

    • Fabel 38

      Burung hantu dan belalang

    • Fabel 39

      Kancil dan kecoa

    • Fabel 40

      Laba laba pembohong

    • Fabel 41

      Kuda dan anjing

    • Fabel 42

      Kura kura dan kadal

    • Fabel 43

      Ayam dan musang

    • Fabel 44

      Ayam jago dan jarum emas burung elang

    • Fabel 45

      Ayam jantan dan burung merpati

    • Fabel 46

      Kisah kuda kancil dan gajah

    • Fabel 47

      Jerapah dan kelinci

    • Fabel 48

      Keledai cerdas

    • Fabel 49

      Sapi dan kerbau

    • Fabel 50

      Kancil, semut dan cicak

    • Fabel 51

      Serigala dan domba

    • Fabel 52

      Ular dan emas

    • Fabel 53

      Beruang dan lebah

    • Fabel 54

      Sarang laba laba emas

    • Fabel 55

      Kelinci berbulu emas

    • Fabel 56

      Seekor penyu dan burung dara

    • Fabel 57

      Bangau dan kera

    • Fabel 58

      Sikancil dan tikus

    • Fabel 59

      Rubah dan ayam yang pandai

    • Fabel 60

      Kisah ikan dan bangau

    • Fabel 61

      Semut dan kupu kupu

    • Fabel 62

      Sahabar pak kancil

    • Fabel 63

      Singa yang sakit

    • Fabel 64

      Si kambing dan singa

    • Fabel 65

      Rusa yang sakit dan temannya

    • Fabel 66

      Rusa yang sombong

    • Fabel 67

      Burung bangau dan srigala

    • Fabel 68

      Si kancil mencuri timun

    • Fabel 69

      Pak tani dan burung bangau

    • Fabel 70

      Pak tani dan se ekor keledai

    • Fabel 71

      Keledai dan kuda

    • Fabel 72

      Anjing pembohong yang serakah

    • Fabel 73

      Kisah singa, gajah dan rubah

    • Fabel 74

      Rubah muda dan ekornya

    • Fabel 75

      Bangau dan rubah makan bersama

    • Fabel 76

      Tikus dan lonceng kucing

    • Fabel 77

      Angsa bertelur emas

    • Fabel 78

      Induk burung gagak dan anakanya

    • Fabel 79

      Gajah dan kura kura pembohong

    • Fabel 80

      Srigala dan 7 anak kambing

    • Fabel 81

      Kambing yang keras kepala

    • Fabel 82

      Monyet sombong dan kuda

    • Fabel 83

      Monyet dan buaya

    • Fabel 84

      Bangau dan kepiting

    • Fabel 85

      Srigala dan kambing muda

    • Fabel 86

      Kisah raja kodok

    • Fabel 87

      Petani yang baik hati

    • Fabel 88

      Semut dan kekompong

    • Fabel 89

      Si kancil dan raja singa

    • Fabel 90

      Kera licik dan kura kura

    • Fabel 91

      Gajah yang baik hati

    • Fabel 92

      Ikan mas ajaib

    • Fabel 93

      Ayam dan monyet

    • Fabel 94

      Semut dan belalang malas

    • Fabel 95

      Si kancil dan gigi singa

    • Fabel 96

      Bunga dan kupu kupu

    • Fabel 97

      Si kancil dan raja kera

    • Fabel 98

      Kancil, gajah dan tikus

    • Fabel 99

      Kerbau dan monyet licik

    • Fabel 100

      Nyamuk pertama

    • Fabel 101

      Kancil dan sifut

    • Fabel 102

      Kupu kupu emas yang sombong

    • Fabel 103

      Kucing kerkal dan burung puyuh

    • Fabel 104

      3 lembu jantan dan singa

    • Fabel 105

      Katak dan tikus

    • Fabel 106

      Burung merak yang angkuh dan bangau

    • Fabel 107

      Kepiting muda dan ibunya

    • Fabel 108

      Kura kura dan sepasang itik

    • Fabel 109

      Kucing dan tikus tua

    • Fabel 110

      Kelinci penakut dan kodok

    • Fabel 111

      Asal mula rumah siput

    • Fabel 112

      Ayam jantan yang cerdik dan rubah yang licik

    • Fabel 113

      Ikan salem yang gigih

    • Fabel 114

      Cerita si anak ikan

    • Fabel 115

      Kelelawar yang pengecut

    • Fabel 116

      Gagak yang sombong

    • Fabel 117

      Sikancil kerbau dan buaya

    • Fabel 118

      Seruling ajaib





    • Penutup
    • Close

      Terimakash telah menggunakan aplikasi kami, semoga anda senang dan bermanfaat, dan kami pun merasa senang, semoga Anda dapat mengambil pesan moral yang di sampaikan dalam cerita yang ada dalam "Galery Fabel"


      Salam Sahabat istan.
    • Kontak kami
    • Close

      Anda dapat menghubungi kami jika ingin menyampaikan hal yang sekiranya kami yaitu team FiiSakataStudio harus mengetahuinya, baik itu berupa kritik, saran, atau hal lain yang ingin di sampaikan kepada kami, anda dapat menghubungi kami di:


      suportistanstudio@gmail.com

    • Tentang kami
    • Close Tentang SakataStudio

      Kami yaitu SakataStudio, adalah team pengembang aplikasi berbasis mobile berfokus pada platform android.


      Salah satunya yaitu aplikasi "Galery Fabel", Semoga aplikasi dari kami bermanfaat buat Anda.
      terimakasih.

    • Rating
    • Close

      jika Aplikasi kami bermanfaat, mohon berikan ulasan dan bintang, untuk pengembangan aplikasi kami, supaya dapat lebih mudah di gunakan oleh, pengguna lainnya.


      Jika aplikasi kami butuh perbaikan, mohon kirimkan masukan Anda melalui Kontak Kami.
      Bintang anda sangat berpengaruh untuk manfaat kepada orang banyak.
      Terimakasih

IstanStudio (islamCatatan Studio)

Scroll Stop Menu

Galey Fabel

Rusa & Kura Kura

Hiduplah seekor rusa pada zaman dahulu. Ia sangat sombong lagi pemarah. Sering ia meremehkan kemampuan hewan lain. Pada suatu hari si rusa berjalan-jalan di pinggir danau. Ia bertemu dengan kura-kura yang terlihat hanya mondar-mandir saja. "Kura-kura, apa yang sedang engkau lakukan di sini?"

"Aku sedang mencari sumber penghidupan," jawab si kura-kura.

Si rusa tiba-tiba marah mendengar jawaban si kura-kura. "Jangan berlagak engkau, hei kura- kura! Engkau hanya mondar-mandir saja namun berlagak tengah mencari sumber penghidupan!" Si kura-kura berusaha menjelaskan, namun si rusa tetap marah. Bahkan, si rusa mengancam akan menginjak tubuh si kura-kura. Si kura-kura yang jengkel akhirnya menantang untuk mengadu kekuatan betis kaki.

Si rusa sangat marah mendengar tantangan si kura-kura untuk mengadu betis. Ia pun meminta agar si kura-kura menendang betisnya terlebih dahulu.

"Tendanglah sekeras-kerasnya, semampu yang engkau bisa lakukan!"

Si kura-kura tidak bersedia melakukannya. Katanya, "Jika aku menendang betismu, engkau akan jatuh dan tidak bisa membalas menendangku." Si rusa kian marah mendengar ucapan si kura- kura. Ia pun bersiap-siap untuk menendang. Ia berancang-ancang. Ketika dirasanya tepat, ia pun menendang dengan kaki depannya sekuat-kuatnya.

Ketika si rusa mengayunkan kakinya, si kura-kura segera memasukkan kaki-kakinya ke dalam tempurungnya. Tendangan rusa hanya mengenai tempat kosong. Si rusa sangat marah mendapati tendangannya tidak mengena. Ia lantas menginjak tempurung si kura-kura dengan kuat. Akibatnya tubuh si kura-kura terbenam ke dalam tanah. Si Rusa menyangka si kura-kura telah mati. Ia pun meninggalkan si kura-kura.

Si kura-kura berusaha keras keluar dari tanah. Setelah seminggu berusaha, si kura-kura akhirnya berhasil keluar dari tanah. Ia lalu mencari si rusa. Ditemukannya si rusa setelah beberapa hari mencari.

"Bersiaplah Rusa, kini giliranku untuk menendang."

Si rusa hanya memandang remeh kemampuan si kura-kura. "Kerahkan segenap kemampuanmu untuk menendang betisku. Ayo, jangan ragu-ragu!"

Si kura-kura bersiaga dan mengambil ancang-ancang di tempat tinggi. Ia lalu menggelindingkan tubuhnya. Ketika hampir tiba di dekat tubuh si rusa, ia pun menaikkan tubuhnya hingga tubuhnya melayang. Si kura-kura mengincar hidung si rusa. Begitu kerasnya tempurung si kura-kura mengena hingga hidung si rusa putus. Seketika itu si rusa yang sombong itu pun mati.


Pesan Moral dari Cerita Hewan Fabel :

Dongeng Rusa dan Kura-Kura adalah jangan sombong dan meremehkan kemampuan orang lain. kesombongan hanya akan mendatangkan kerugian dan penyesalan di kemudian hari.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul

Suatu hari seekor keledai pergi mencari seekor anjing gunung ke sebuah gunung yang sangat tinggi, keledai itu sengaja mencari anjing gunung untuk berburu bersama di sebuah hutan yang cukup lebat dan tidak lama keledai itu menaiki gunung akhirnya dia menemukan seekor anjing gunung sedang berjalan. Kemudian anjing itu dia ajak untuk berburu bersama dan akhirnya anjing gunung itu menerima ajakan dari sang keledai, kini sang keledai dan anjing gunung pergi ke hutan lebat itu namun sebelum mereka memasuki hutan itu sang keledai menemui seekor mancan tutul yang sedang tiduran di sebuah pohon besar. Sang keledai kemudian mengajak macan tutul itu pergi berburu bersama dan macan tutul itupun menerima ajakan sang keledai.

Setelah sang keledai mengumpulkan teman berburunya yaitu Anjing gunung dan Macan Tutul kini mereka pergi bersama-sama memasuki hutan lebat untuk berburu bersama, mereka menangkap hewan-hewan dengan kerjasama yang baik hewan apapun bisa mereka tangkap dengan mudah mereka berburu mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari. Mereka berhasil mengumpulkan hewan-hewan tangkapannya kemudian mereka bawa ke tempat terbuka dan mereka tumpuk hewan-hewan hasil buruan mereka. Hewan hasil buruan mereka terdiri dari seekor kelinci, kambing, rusa, kerbau, kijang dan uncal, kini waktunya mereka membagi-bgaikan hewan tangkapan mereka.

Sang macan tutul menunjuk sang keledai untuk membagi hewan-hewan itu “Keledai silahkan kau bagi makanan-makanan itu” Perintah sang macan tutul lalu keledai itu menghitung dengan cermat hewan tangkapan itu, setelah sang keledai menghitung dia membagikan hewan-hewan itu secara adil dengan membagi tiga bagian yang sama banyak. Melihat pembagian itu sang macan tutul sangat marah kemudian dia menerkam sang keledai hingga keledai itu mati dan kini tumpukan makanan telah bertambah. Kemudian sang macan tutul menoleh ke arah anjing gunung “Sekarang kamu bagikan hewan-hewan itu”. Perintahnya dengan marah, kini sang anjing gunung mendekati makanan itu dia menumpukan kembali hewan-hewan yang telah dibagikan oleh sang kedelai menjadi tumpukan yang besar kemudian dia menggigit seekor kelinci di mulutnya untuk dirinya sendiri, itupun hanya seekor kelinci yang dagingnya sangat kecil dan tidak begitu berarti untuk sang macan tutul.

Macan tutul yang tadinya marah kini mulai reda dia melihat keputusan sang anjing gunung dengan tersenyum “Kau sangat pandai dalam mengambil sebuah keputusan wahai anjing gunung, kau membagikan makanan ini dengan sangat adil apakah kau mempelajarinya dari sang keledai?”. Tanya sang macan tutul “Ya aku belajar dari sang keledai” jawab anjing gunung itu sambil pergi dari hadapan sang macan tutul “aku juga tidak mau mengulangi nasib sama dengan keledai itu” celetuk sang anjing. Dalam hatinya anjing gunung sangat kecewa dengan keserakahan macan tutul, dia berjanji tidak akan bekerjasama dan membantu macan tutul di kemudian hari.


Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel :

Anjing Gunung, Keledai dan Macan Tutul adalah sifat serakah dan curang akan membuat orang lain menjauhi kita. Dan pada suatu saat kita butuh bantuan orang lain mereka tidak akan mau membantu.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kadal dan ular laut

Disebuah kolam yang cukup besar dan dalam seekor kadal sedang berjalan di pinggiran kolam kadal itu sedang mencari kegiatan baru kadal itu sangat ingin mencoba sesuati yang baru, dia sangat ingin berpetualang ketika dia berjalan dipinggiran kolam sambil mengeluarkan lidahnya dia melihat sesuatu muncul dari dalam air hal pertama yang dilihat oleh kadal itu adalah sebuah kepala yang melenggak lenggok kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu kemudian kadal itu mendekati mahkluk yang muncul dari dalam air itu dan dia sedikit kaget ternyata dia melihat seekor ular air.

Ketika itu ular air juga melihat kehadiran sang kadal lalu mendekatinya, setelah sampai dekat dengan sang kadal ular itu meninggikan kepalanya dan berkata :

”Apa yang sedang dilakukan oleh seekor kadal gemuk ini dipinggiran kolam?” kadal itu menjauh dari sang ular karena dia takut dimangsa olehnya “Aku hanya sedang mencari kegiatan baru, aku hanya ingin mencari sebuah petualangan”. Kata sang kadal. “Kenapa kau menghindar dariku? Aku tidak memakan mu aku telah kenyang memakan ikan kecil yang ada di kolam itu” kata sang ular “jadi kau ingin sebuah petualangan yang seru” kata ular sambil mendesis “Ya itu benar aku ingin sekali mencoba sesuatu yang baru” kata sang kadal dengan penuh semangat “apa kau pernah melewati kolam ini sendiri?” Tanya sang ular.

“Aku tidak pernah melewatinya kolam ini terlalu luas untuk aku sebrangi meskipun aku bisa sedikit berenang tapi aku takut untuk menyebrangi kolam ini dari satu tepian ketepian lainnya”.

Jawan sang kadal “apa kau mau menyebaranginya aku akan membantunya” ajak sang ular. Sang kadal sangat ingin sekali menyebranginya dan tanpa berpikir panjang kadal itu menerima ajakan dari sang ular “Baiklah kalo begitu carilah sesuatu yang bisa dijadikan sebagai tali!” Pinta sang ular “Untuk apa tali itu?” Tanya sang kadal dengan heran “Tali itu untuk kau ikatkan ke ekorku ketika kita berenang menyebrangi kolam ini kau tidak akan tenggelam, aku akan menarikmu kepermukaan”. jelas sang ular.

Lalu sang kadal mencari tali di pinggiran kolam dan dia mendapatkan nya, setelah itu sang kadal menalikan kaki depannya ke ekor sang ular dengan sangat kuat. Selesai itu kini sang ular dan sang kadal berenang menyebrangi kolam luas itu namun di tengah-tengah kolam sang ular berpikir untuk menenggelamkan sang kadal sebelum mencapai tepian, ketika hal itu akan dilakukan oleh sang ular tiba-tiba tibuhnya tertarik ke atas dia mencoba melepaskan diri dengan sekuat tenaga namun hal itu percuma ternyata sang kadal disambar oleh seekor burung alap-alap sehingga tubuh ular itu bergelantungan di udara.

Saat itu sang alap-alap melihat bukan hanya kadal saja yang dia tangkap namun begitu juga seekor ular air dimana ekornya terikat pada kaki sang kadal.


Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel :

Kadal dan Ular Air adalah jauhkanlah diri kita dari niat buruk, karena hanya akan merugikan kita dikemudian hari.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kelinci dan anjing petani

Disebuah perkebunan jagung yang cukup luas terdapat seekor anjing petani sedang mencari kelinci yang berkeliaran untuk dimangsa. Anjing itu dilatih untuk mengejar hewan pengganggu perkebunan jagung ketika jagung masih muda. Daun jagung itu sering dimakan oleh kelinci sehingga tanaman jagung itu tidak dapat tumbuh dengan baik dan jika tanaman itu tidak tumbuh dengan baik hasil panen jagung juga akan sangat berkurang, maka dari itu sang petani menempatkan seekor anjing terlatih di perkebunan itu. Setiap hari anjing itu berkeliaran memeriksa hewan pengganggu tanaman jagung di perkebunan petani.

Pada suatu pagi anjing itu bangun dari tidurnya kemudian dia berjalan mengitari perkebunan jagung itu sambil mengendus-ngendus bau hewan lain dengan hidung nya, penciuman anjing itu sangat tajam bahkan anjing itu mampu mencium bau kelinci dari jarak yang sangat jauh, ketika dia berjalan anjing itu mencium bau kelinci dari kejauhan anjing itu mengikuti arah bau itu sampai akhirnya dia melihat seekor kelinci sedang asik memakan pucuk jagung yang masih muda.

Anjing itu berjalan perlahan mendekati kelinci tersebut ketika dia sudah sangat dekat dengan kelinci itu sang anjing langsung mengejarnya dengan sangat cepat, namun sang kelinci mendengar langkah anjing itu karena kelinci memiliki telinga yang panjang dan sangat peka terhadap suara.

Kelinci itu menhindari sang anjing dengan cepat dia melompat dengan sangat cepat dan lompatan kelinci itu sangat jauh. Sang anjing terus mengejarnya meskipun kelinci itu semakin menjauh dari jarak sang anjing namun sang anjing tidak menyerah begitu saja. Anjing itu memiliki kemampuan berlari tanpa henti sehingga dia mampu mengejar sang kelinci tanpa kelelahan. Meskipun demikian sang kelinci yang sangat cepat melompat menghindari kejaran anjing itu membuat anjing itu kehilangan jejaknya, anjing itu mulai mengendus-ngendus bau sang kelinci dan tidak lama kemudian dia menemukan kelinci itu kini dia mengejarnya lebih cepat dari sebelumnya namun sang kelinci itu tidak dapat dia kejar hingga akhirnya anjing itu menyerah dan tidak melakukan pengejaran terhadap kelinci itu lagi.

Ternyata kejadian itu ditonton oleh seekor burung gagak yang sedang bertengger di sebuah pohon yang daunnya sedang gugur ketika anjing itu melewati pohon tersebut sang gagak bertanya kepadanya

“Ternyata kelinci itu lebih kencang dibandingkan dengan dirimu” kemudian sang anjing berkata dengan tenang “Apa kau tidak melihat perbedaan yang begitu mencolok antara aku dengan kelinci itu?” sang gagak menjawab “aku tidak melihat perbedaan itu, memang apa perbedaan yang kau maksudkan itu?” Sang anjing menjawab “Aku berlari untuk menangkap makanan sedangkan dia berlari mempertahankan hidupnya, sebuah keinginan akan menentukan kerasnya sebuah usaha”.



Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel :

Kelinci dan Anjing Petani adalah jika kita memiliki keinginan dan semangat yang kuat untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, maka cepat atau lambat keinginan itu pasti akan terwujud.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kuda yang memakai kulit harimau

Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat, kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu dia terlihat gembira karena tidak ada petani gandum menjaga ladangnya.

Ketika dia menuju hutan lebat di tengah jalan sang kuda melihat sesuatu dengan heran seperti sebuah kulit harimau lalu kuda itu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dia lihat adalah sebuah kulit harimau yang tidak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit harimau itu dan ternyata pas ditubuhnya.

Lalu terlintas di benak kuda itu untuk menakuti hewan-hewan hutan yang melewati dirinya, kuda itu bergegas mencari tempat untuk bersembunyi. Tempat itu harus terlihat gelap dan sering dilalui oleh beberapa hewan hutan. Akhirnya dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi dan kuda itupun masuk ke semak-semak dengan menggunakan kulit harimaunya, di semak-semak kuda itu bersembunyi menunggu hewan hutan yang melewatinya dan tidak lama kemudian beberpa domba gunung berjalan ke arah dirinya kuda itu kini bersiap-siap untuk meloncat.


Ketika domba-domba itu melewati kuda yang sedang bersembunyi kuda itu meloncat ke arah domba-domba itu dan serentak domba-domba itu berlarian kesana kemari mereka ketakukan dengan kulit harimau yang di pakai oleh kuda itu. Sang kuda hanya tertawa setelah domba-domba itu berlarian dia amat senang sekali menjaili domba-doma itu.

Lalu sang kuda kembali bersembunyi kedalam semak-semak dia menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu dari kejauhan terlihat seekor tapir berjalan sambil mengunyah sesuatu dimulutnya, tapir itu berjalan dengan sangat lambat mendekati semak-semak namun ketika kuda itu meloncat ke arah tapir itu sang tapir terkejut dan lari sekencang-kencangnya menghindari menghindari kuda yang memakai kulit harimau itu. Sang kuda kini semakin senang mengganggu hewan-hewan lainnya dan dia kembali ke semak-semak itu menunggu hewan lain untuk dia kagetkan.

Kini sang kuda menunggu lebih lama dari biasanya namun hal itu tidak membuatnya bosan tiba-tiba seekor kucing hutan berlari sambil membawa seekor tikus dimulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak kucing itu hanya duduk menyantap tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar, melihat hal itu sang kuda berinisiatif untuk mengagetkannya dari arah belakang.


Kuda itu keluar dari semak-semak dan berjalan dengan hati hati agar lebih dekat dengan sang kucing ketika sudah sangat dekat dengan sang kucing, kuda itu mengaum seperti halnya seekor harimau namun kuda itu tidak sadar bahwa suara aumannya bukanlah suara harimau melainkan suara seekor kuda, mendengar hal itu sang kucing menoleh ke belakang dan dia melihat kuda itu dengan kulit harimau namun bersuara kuda.

Hal itu membuat sang kucing tertawa terbahak-bahak

“Apabila aku melihatmu memakai kulit harimau itu aku akan lari ketakutan tapi auman suaramu itu tetap bukan suara harimau melainkan suara seekor kuda”.



Pesan Moral dari Kumpulan Cerita Hewan Fabel :

Kuda yang memakai kulit harimau adalah sepandai-pandainya kita berpura-pura maka suatu saat akan terlihat juga kebohongannya. Kejujuran merupakan kata yang paling indah di dunia ini.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kancil dan seruling ajaib

Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu.

“Ternyata enak juga jalan-jalan dihutan bambu, sejuk dan begitu damai,” kata kancil dalam hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu. “Tolong! Tolong!” teriak kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap mudah-mudahan ada binatang lain yang menolongnya.


Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia berkhayal bisa bernyanyi seperti burung. “Andai aku bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau mengajari aku bernyanyi ya ?”, tanyanya dalam hati. Semilir angin membuat harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar suara berderit-derit. Suara itu semakin nyaring karena terbawa angin. “Suara apa ya itu ?” kata harimau.

“Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki saja,” ujar si harimau. Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu. “Wah aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia”, ujar harimau kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh kancil yang gemuk. Kancil sangat ketakutan.”Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dengan selamat ?”, pikir si kancil. “Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan mengenyangkanmu.” “Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini,” ujar si harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet….kriet… “Suara apa itu ?”, Tanya Harimau penasaran. “Itu suara seruling ajaibku,” jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri. “Aku bersedia mengajarimu asalkan engkau tidak memangsaku, bagaimana ?” Tanya si kancil. Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup seruling tidak kalah hebat dengan bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius. “Koq lagunya hanya seperti itu ?”, Tanya harimau. “ini baru nada dasar”, jawab kancil.


“Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku”, kata si kancil. Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari jepitan pohon bambu. “Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan ,” Kancil menerangkan dengan serius. “Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho.” “Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib,” kata kancil dalam hati. “Harimau yang telah terjepit diantara batang bamboo tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil. “Kau mau pergi kemana, Cil ?”, Tanya harimau. “Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seuling,” jawab si kancil. “Masa aku harus belajar sendiri ?”, tanya harimau lagi. “Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.

Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang. Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. “Hore aku bisa !”, seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu.

“Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini !, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan. “Grr, benar-benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil”, kata harimau.

Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau beristirahat di bawah pohon. Angin berhembus kembali. Kriet..kriet..krietmembuat batang-batang bambu saling bergesekan dan berderit-derit. Hal ini membuat amarah harimau sedikit reda. Ia jadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat meniup seruling asli ! Membuat para binatang menari dan menyanyi.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil dan buaya

Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan. Dia hanya ingin mencari udara segar, melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin berjemur di bawah terik matahari. Di situ ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di perutnya,..krucuk…krucuk…krucuk. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku punya makanan untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sugai yang dalam itu.

Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar nggak?”
Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang teriak-teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang juga muncul. “Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian. “Kalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa…!” Kancil berteriak lagi.

“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya. “Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua. Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman semua, mau makan gratis nggak? Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.

“Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung satu persatu.” Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.

“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”

Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil.

“Ha!….huaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.

Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil dan kerbau dungu

Pada suatu hari ada seekor kancil berjalan-jalan di sekitar ladang milik Pak Tani. Kancil menginginkan buah ketimun milik Pak Tani. Tetapi Pak Tani selalu siaga dan berjaga-jaga mengawasi kebunnya, sehingga sulit bagi kancil untuk mencuri ketimun. Kancil berjalan mengendap-endap menunggu Pak Tani lengah. Sampai siang hari, ia belum juga berhasil mendapatkan kesempatan. Akhirnya ia pergi meninggalkan tempat itu. Di tengah perjalanan, bertemu ia dengan seekor sapi.

“Hai sapi! Sedang apa kamu?” sapa kancil. “Hai, aku sedang makan rumput, mari ke sini makan bersamaku!” Jawab sapi sambil memamah rumput. “Terima kasih, tetapi aku tidak suka memakan rumput.” Jawab kancil. Lalu kancilpun berkata, “Maukah kau kuberi ketimun?””Ketimun? Di mana ada ketimun?” tanya sapi. “Di sana, di ladang milik Pak Tani!” Jawab kancil sambil menunjuk ke ladang Pak Tani. “Ooo… milik Pak Tani, tidak ah aku tidak mau. Ketimun itu ditanam oleh Pak Tani, jadi aku tidak mau mencurinya.” Sahut sapi menolak.

“Baiklah kalau kau tidak mau, aku pergi dulu.” jawab kancil lalu pergi meninggalkan sapi. Baru beberapa langkah kancil berjalan, bertemulah ia dengan seekor kambing. “Aduh lahap sekali kau makan daun itu! Sampai-sampai lupa tidak menawari aku?” sapa kancil. “Oh kau cil, kalau kau belum makan, ayo makanlah bersamaku.” Seru kambing menawarkan. “Terima kasih, tetapi sayang aku tidak suka makan daun itu.” Jawab kencil. “Kenapa kau tidak suka? Oh… aku tahu maksudmu, kau pasti takut dimarahi Pak Tani kan? Pak Tani sudah memperbolehkan aku makan daun ini sepuasnya, tetapi Pak Tani bepesan padaku jangan sampai merusak batang pohonnya.” Kambing menjelaskan.

“Ya… ya, aku tahu itu. Tapi… hari ini aku ingin sekali makan ketimun.” Sahut kancil. “O… kalau ketimun, Pak Tani melarangku untuk mengambilnya. Karena buah ketimun itu akan dijual oleh Pak Tani ke pasar untuk menambah penghasilannya.” Jelas kambing pada kancil. “Tapi aku ingin mengambil beberapa buah saja…” kata kancil. “Terserah, kalau kau berniat mengambilnya. Yang penting aku sudah memperingatkanmu.” Ucap kambing lagi.

“Ya sudah, aku mau pergi saja…” kancil kembali berjalan untuk mencari kawan yang mau diajak mencuri ketimun. Dia memang takut mencuri sendiri, karena sudah berkali-kali Pak Tani mengetahui kalau ketimunnya dicuri oleh kancil. Pak Tani juga telah bersumpah bila nanti dapat menangkap kancil saat mencuri ketimun, dia akan memenggal kepalanya. Oleh karena itu kancil berusaha mencari kawan yang akan dijadikan teman mencuri ketimun di ladang.

Sampailah kancil di pinggiran sebuah kubangan. Ia melihat seekor kerbau yag sedang mandi lumpur. Di siang hari yang terik kerbau memang sangat senang bermandi lumpur.

“Hai kerbau! Sedang apa kau di situ?” tanya kancil kepada kerbau. “Oh… kau Cil! Aku sedang mandi lumpur. Aku tidak tahan panasnya siang hari ini.” Sahut kerbau. “Iih, bukankah kau bertambah kotor dengan mandi di lumpur.” Seru kancil lagi. “Tidak, yang penting aku tidak kepanasan. Kalau kau kepanasan ayo kemarilah kita mandi bersama!” ajaknya. “Tidak, ah! Aku tidak mau badanku jadi kotor sepertimu.” Kata kancil menolaknya. “Ya sudah, kalau kau tidak mau.” Sahut kerbau. “Apakah kau sudah makan siang hari ini?” tanya kancil menyelidik. “Belum…, memangnya kenapa? Apakah kamu mempunyai makanan yang banyak?” jawab kerbau. “Ada, di sana banyak ketimun yang besar-besar.” “Lho, bukankah ketimun itu milik Pak Tani.” Sahut kerbau.

“Ya, memang ketimun itu milik Pak Tani, tapi kita kan hanya ingin mengambil beberapa buah saja. Kalau kau mau, ayo sama-sama kita ke sana!” bujuk kancil kepada kerbau. “Nanti…, biar aku saja yang memetik, kamu hanya berjalan saja melewati ladang, supaya Pak Tani tidak curiga. Dan aku akan berjalan di sebelahmu agar tak terlihat oleh Pak Tani.” “Baiklah, mari kita ke sana sekarang,” kata kerbau menyetujui.

Mereka berdua lalu berjalan bersama menuju ladang ketimun milik Pak Tani. Kancil berjalan di balik tubuh kerbau yang besar itu, sehingga yang tampak oleh Pak Tani hanya kerbau yang melintas di pinggir ladang. Pak Tani tidak merasa curiga sedikitpun, karena kerbau memang belum pernah mencuri ketimun ataupun merusak ladang miliknya. Ketika Pak Tani lengah, dengan cepat kancil memetik beberapa buah ketimun yang besar-besar. Setelah berhasil merekapun memakan buah ketimun itu di suatu tempat yang sepi.

“Kau cerdik sekali, Cil! Pak Tani pasti tidak tahu kalau kau mencuri ketimun itu. Karena yang dilihatnya cuma aku yang sedang berjalan sendirian.” Ucap kerbau kagum kepada akal bulus kancil. “Ya memang, makanya aku mengajakmu.” Sahut kancil dengan bangga. “Keesokan harinya, kancil dan kerbau mengulangi perbuatan itu lagi bersama-sama. Dalam sehari saja mereka telah mencuri sebanyak tiga kali atau lebih. Lama kelamaan Pak Tani pun mulai curiga melihat kerbau yang makin sering berjalan melewati ladang miliknya. Setelah kerbau lewat, Pak Tani memeriksa buah ketimun yang sebentar lagi akan dipanen.

“Oh….” Pak Tani terkejut.” Buah ketimunku yang besar-besar banyak yang hilang. Apa mungkin kerbau yang mencurinya, sebab beberapa hari ini hanya kerbau yang terlihat melewati ladang ini.” Ujar Pak Tani menduga-duga. “Awas kau kerbau!” Ancam Pak Tani. “Kancil saja sudah tak berani mencuri ketimunku. Kau malah berulangkali mencuri. Bila nanti kau tertangkap olehku, kau akan kuhukum yang berat.”

Hari berikutnya kancil dan kerbau kembali beraksi. Namun Pak Tani sudah siap dengan tambang dan pecut untuk menangkap kerbau. Ketika kerbau terlihat melintas di ladangnya, perlahan-lahan Pak Tani mendekatinya. “Ssstt… kancil, Pak Tani berjalan ke arah kita.” Ujar kerbau. “Ya… tenang saja, aku sudah dapat beberapa buah.” Ucap kancil tak peduli. “Kalau Pak Tani tahu bagaimana?” tanya kerbau yang mulai takut. “Tidak usah takut! Ini bagianmu, aku akan menaruh bagianku dulu disana. Dan kau jalan perlahan saja, agar Pak Tani tidak curiga.” Ujar kancil lalu berlari kencang meninggalkan kerbau. “Hai! Mau ke mana kau!” cegah Pak Tani di hadapan Kerbau. “Aku mau ke sana Pak Tani!” sahut kerbau pelan. “Oh… rupanya kamu yang selama ini telah mencuri ketimunku. Pantas saja akhir-akhir ini kau sering hilir mudik melewati ladangku.” Tegur Pak Tani marah. “Bu… bukan aku yang mencurinya Pak Tani. Tetapi kancillah yang telah mencuri ketimunmu.” Sahut kerbau mengelak. “Itu yang kau bawa apa? Bukankah itu ketimun dari ladangku?” Pak Tani semakin marah. “Ya…, ini memang ketimun milikmu Pak Tani, tetapi kancil yang mencurinya, dan aku diberi sebagian olehnya. Lalu ia pergi membawa bagiannya.”

“Tidak mungkin, kancil sudah tidak lagi berani mencuri ketimunku. Lagian beberapa hari ini hanya kau yang kulihat melintas di sini,” kata Pak Tani yang tidak mempercayai ucapan kerbau. “Sekarang sebagai hukumanmu, kamu harus mau membajak sawah-sawahku di sana!” perintah Pak Tani. “Baiklah Pak Tani, kalau memang itu keputusanmu, aku menurut.” Sahut kerbau kemudian. Pak Tani lalu mengikat leher kerbau dengan tambang agar tidak lari dari hukuman. Sejak itulah setiap hari kerbau mulai membajak sawah Pak Tani. Setelah selesai membajak sawah, barulah kerbau diberi makan oleh Pak Tani.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil kena batunya

Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata,”Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku”. Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. “Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya”.

Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu yang besar. Si siput berkata,”Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira ?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak si siput.

“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?”. Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. “Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar si kancil. Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun berkata,”Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.

Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba. “Jangan lupa, kalian bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil,” kata siput.

Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,”Hai Kancil ! Aku sudah sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.

Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,”Kancil memang tiada duanya.” Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar. “Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari ?”. Ejek siput. “Tidak mungkin !”, “Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang”, seru si kancil.

“Sudahlah akui saja kekalahanmu,”ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya.

“Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka”, ujar siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil pencuri ketimun

Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.

“Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk. Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. “Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing. ” Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! ”

Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya. Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya.

“Aduh, napasku habis rasanya,” Kancil berhenti dengan napas terengah-engah, lalu duduk beristirahat. “Lho, di mana binatang-binatang lainnya?” Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini.”

Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. “Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?’7 Kancil semakin takut dan bingung. “Tuhan, tolonglah aku.”

Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani.

“Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan,” mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!

“Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali,” kata Kancil sambil menelan air liurnya. “Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah.”

Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?

“Hmm, sedap sekali,” kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. “Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik.”

Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. “Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi,” kata Kancil sambil menguap.

Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr… krr… krrr…

Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. “Wah, pesta berlanjut lagi, nih,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku.”

Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. “Wow, itu dia yang kucari! ” seru Kancil gembira. “Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih.”

Kancil langsung makan buah timun sampai kenyang. “Wow, sedap sekali sarapan timun,” kata Kancil sambil tersenyum puas. Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya.

“Wah, ladang timunku kok jadi berantakan-begini,” kata Pak Tani geram. “Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?”

Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. Hm, awas, ya, kalau sampai tertangkap! ” omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. “Panen timunku jadi berantakan.”

Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.

Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. “Hmm, dia pasti yang bernama Pak Tani,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kumisnya boleh juga. Tebal,’ hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi… hi… hi….

Sebelumnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-temannya. “Aduh, Pak Tani kok lama ya,” ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang segar itu.

Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang berantakan.

“Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu,” Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.

Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan lagi. “Benar-benar keterlaluan! ” seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. “Ternyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri.”

Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. “Hmm, pencurinya pasti binatang,” kata Pak Tani. “Jejak kaki manusia tidak begini bentuknya.”

Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. “Aku harus membuat perangkap untuk menangkapnya! ”

Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!

Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin.

Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani.

“Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi,” ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. “Ia datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?”

Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. “Ah, lebih baik aku ke sana,” kata Kancil memutuskan. “Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis.”

“Maafkan saya, Pak,” sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. “Sayalah yang telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?”

Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.

“Huh, sombong sekali!” seru Kancil marah. “Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?” gerutunya. Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya melekat erat di tubuh boneka itu.

” Lepaskan tanganku! ” teriak Kancil j engkel. ” Kalau tidak, kutendang kau! ” Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang-orangan itu. “Aduh, bagaimana ini?”

Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. “Nah, ini dia pencurinya! ” Pak Tani senang melihat jebakannya berhasil. “Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri

timunku.” Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. “Katanya kancil binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha… ha… ha…. ”

Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.

” Aku harus segera keluar malam ini j uga I ” tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. ”

Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. “Ssst… Anjing, kemarilah,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?”

Anjing terkejut mendengarnya. “Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak.”

Kancil tersenyum penuh arti. “Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! ”

Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta.

“Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan tawaran Kancil.

Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang.

“Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. “Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya.” Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si rusa dan si kulomang

Pada jaman dahulu di sebuah hutan di kepulauan Aru, hiduplah sekelompok rusa. Mereka sangat bangga akan kemampuan larinya. Pekerjaan mereka selain merumput, adalah menantang binatang lainnya untuk adu lari. Apabila mereka itu dapat mengalahkannya, rusa itu akan mengambil tempat tinggal mereka.

Ditepian hutan tersebut terdapatlah sebuah pantai yang sangat indah. Disana hiduplah siput laut yang bernama Kulomang. Siput laut terkenal sebagai binatang yang cerdik dan sangat setia kawan. Pada suatu hari, si Rusa mendatangi si Kulomang. Ditantangnya siput laut itu untuk adu lari hingga sampai di tanjung ke sebelas. Taruhannya adalah pantai tempat tinggal sang siput laut.

Dalam hatinya si Rusa itu merasa yakin akan dapat mengalahkan si Kulomang. Bukan saja jalannya sangat lambat, si Kulomang juga memanggul cangkang. Cangkang itu biasanya lebih besar dari badannya. Ukuran yang demikian itu disebabkan oleh karena cangkang itu adalah rumah dari siput laut. Rumah itu berguna untuk menahan agar tidak hanyut di waktu air pasang. Dan ia berguna untuk melindungi siput laut dari terik matahari.

Pada hari yang ditentukan si Rusa sudah mengundang kawan-kawannya untuk menyaksikan pertandingan itu. Sedangkan si Kulomang sudah menyiapkan sepuluh teman-temannya. Setiap ekor dari temannya ditempatkan mulai dari tanjung ke dua hingga tanjung ke sebelas. Dia sendiri akan berada ditempat mulainya pertandingan. Diperintahkannya agar teman-temanya menjawab setiap pertanyaan si Rusa.

Begitu pertandingan dimulai, si Rusa langsung berlari secepat-cepatnya mendahului si Kulomang. Selang beberapa jam is sudah sampai di tanjung kedua. Nafasnya terengah-engah. Dalam hati ia yakin bahwa si Kulomang mungkin hanya mencapai jarak beberapa meter saja.

Dengan sombongnya ia berteriak-teriak, “Kulomang, sekarang kau ada di mana?” Temannya si Kulomang pun menjawab, “aku ada tepat di belakangmu.”

Betapa terkejutnya si Rusa, ia tidak jadi beristirahat melainkan lari tunggang langgang.

Hal yang sama terjadi berulang kali hingga ke tanjung ke sepuluh. Memasuki tanjung ke sebelas, si Rusa sudah kehabisan napas. Ia jatuh tersungkur dan mati. Dengan demikian si Kulomang dapat bukan saja mengalahkan tetapi juga memperdayai si Rusa yang congkak itu. (Aneke Sumarauw, “Si Rusa dan Si Kulomang,” Cerita Rakyat dari Maluku.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Tipu daya sang burung bangau

Malini adalah sebuah danau. Pemandangannya sangat indah, air jernih membuat senang penghuninya. Berbagai jenis hewan air merasa aman tentram. Mereka hidup damai tanpa ada ganguan. Suatu hari datanglah seekor bangau yang terbang di atas danau itu. Ia amat terpesona melihat keindahannya. Dengan segera ia mendekati danau itu dan mulai menjalankan akal muslihatnya. Ditepi danau itu ia mengambil sikap berdiri dengan satu kaki menghadap ke arah danau, seakan-akan ia menjadi seekor bangau pertapa yang telah meninggalkan alam keduniawian.

Berhari-hari ia bersikap demikian tanpa bergerak-gerak sedikitpun. Lama-lama ikan-ikan di danau merasa heran dan mereka mulai berani mendekati bangau yang sedang “bertapa”. Dua ekor ikan mencoba lewat dimuka bangau itu. Tapi bangau tidak mengubah sikap sedikitpun.

Ia seakan-akan tak mempunyai nafsu lagi untuk menikmati kehidupan yang indah ini. Akhirnya semua ikan di danau itu tak merasa takut lagi padanya, dan mereka tak merasa khawatir akan dijadikan mangsa bangau itu. Suatu hari, karena rasa ingin tahunya, raja ikan di danau itu bertanya pada bangau : “Mengapa kau sedih wahai bangau?”

“Oh ikan yang baik, aku berbuat demikian ini adalah atas kehendak dewa. Aku telah sadar dari segala perbuatanku yang telah lalu, yang membuatku sangat berdosa besar terhadap dewa-dewa. Sebab itu aku hendak menebus dosa-dosaku itu dengan petunjuknya, dan mulai saat ini aku tak mau lagi memusuhi sesama mahluk, termasuk engkau ikan-ikan, apa lagi memakannya. Alangkah gembiranya ikan-ikan mendengarnya. Tetapi beberapa hari kemudian alangkah herannya ikan-ikan ketika dilihatnya bangau menangis.

Maka bertanyalah sang raja ikan: “Hai bangau! mengapa engkau menangis?” Oh ikan, alangkah sedihnya aku, jawab bangau sambil terus mengisak-isak. “Mengapakah demikian, bangau?” tanya ikan lagi.

Sebenarnya akan datang bencana yang bakal menimpa kita sekalian, penghuni danau indah ini. Aku telah mendengar kabar, bahwa tiada beberapa lama lagi para nelayan akan mengadakan penangkapan ikan besar-besaran. Mereka telah membuat jala, pancing dan bubu sebanyak-banyaknya. Oh ikan, itulah yang menjadi buah pikiranku selama ini. Karena itu ikan-ikan, aku hanya dapat berpesan, berhati-hatilah kalian menghadapi bencana yang bakal tiba. Aku berdosa tidak bisa melindungi agar kalian dapat menyelamatkan diri masing-masing terhadap nelayan yang serakah itu.”

Mendengar berita itu alangkah sedihnya hati para ikan. Mereka saling bertangisan di hadapan bangau sambil meratap-ratap.

Oh bangau, tiadakah engkau dapat memberi pertolongan agar kami dapat terlepas dari bencana itu? Hm, ikan-ikan, aku punya akal. Aku bersedia memberi pertolongan, memindahkan kalian satu persatu ke danau lain tak jauh dari sini.

Karena rasa takutnya terhadap bencana yang akan menimpa ikan-ikan itu, maka satu-persatu ikan-ikan diterbangkan. Tetapi bangau itu tidak terbang menuju tempat yang dijanjikan. Melainkan dibawanya ke sarang mereka.

Disana dengan lahapnya dimakannya ikan-ikan itu. Demikian seterusnya, sampai ikan-ikan di danau itu habis. Kini tinggallah seekor ketam di danau itu yang belum dipindah. Iapun dibawa terbang oleh bangau. Tapi serentak ia hendak menukik kesarangnya, ketam itu melihat banyak sekali darah dan duri-duri ikan disana.

Tahulah ketam itu, bahwa iapun hendak dimangsa bangau yang serakah itu. Ketika bangau itu menukik turun, cepat-cepat ketam itu menjepit leher bangau itu. Bangau itu segera menggelepar tak berdaya. Lepaskan aku! Lepaskan! teriaknya parau. Ketam itu makin memperkeras jepitannya hingga akhirnya putuslah leher bangau itu. Darahnya mengucur. Jadi bangau itu binasa juga, ya nek? tanyaku. Ya, setiap kejahatan pasti berakhir demikian. Sambung nenek menyudahi ceritanya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Tupai dan ikan gabus

Di sebuah telaga di daerah Kalimantan barat, tersebutlah seekor tupai bersahabat dengan seekor ikan gabus. Persahabatan tersebut sangatlah kuatnya. Pada suatu hari si Ikan Gabus jatuh sakit. Badannya sangatlemah. Dengan setianya si Tupai menunggui temannya itu. Sudah beberapa hari si Ikan Gabus tidak enak makan. Maka si Tupai berusaha membujuknya. Namun si Ikan Gabus hanya mau makan kalau diberi makan hati ikan Yu.

Mendengar permintaan si Ikan Gabus, Si Tupai menjadi sangat sedih. Sulit sekali memenuhi permintaan sahabatnya itu. Ikan Yu adalah hewan yang sangat ganas dan hanya hidup di

lautan lepas. Namun akhirnya ia memutuskan juga untuk mencarikannya. Maka iapun meloncat-loncat dari pohon ke pohon hingga sampai ke sebuah pohon kelapa yang batangnya menjorok ke laut. Dengan perlahan si Tupai melobangi sebutir biji kelapa. Setelah airnya habis, iapun masuk ke dalam kelapa itu.

Dari dalam kelapa itu ia masih dapat menggerogoti tangkai buah kelapa itu.

Tak lama kemudian buah kelapa itu sudah terlepas dari tangkainya dan tercebur ke laut lepas. Ombak laut itu sangat besar. sehingga dalam waktu tidak lama, buah kelapa itu sudah berada ditengah laut lepas. Tiba-tiba datanglah seekor Ikan Yu besar. Dengan segera ia menelan biji kelapa tersebut bulat-bulat. Setelah berada di dalam perut ikan itu, si Tupai lalu mengigiti hatinya. Ikan itu menggelepar-gelepar menuju pantai. Sesampainya di pantai, Ikan Yu sudah kehabisan tenaga dan akhirnya mati.

Dengan senang hati si Tupai membawa hati Ikan Yu itu untuk sahabatnya. Dengan ajaibnya setelah memakan hati Ikan Yu, Si Ikan Gabus menjadi sembuh total. Ia meloncat-loncat dengan gembiranya. Ia pun berjanji akan menolong si Tupai kalau ia sakit di hari kemudian.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

singa dan seekor tikus

Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Perutnya lapar, karena sejak pagi tadi dia belum menyantap sesuap makanan pun. Tiba-tiba penciumannya serasa menemukan ada makanan di dekatnya. Dia mulai mencari-cari apa gerangan yang bisa dimakannya itu. Ternyata, seekor tikus sedang bermain-main di balik rerumputan.

“Hai, tikus, tahukah kamu bahwa engkau telah menggangguku” kata singa sambul mengaum, memperlihatkan taringnya yang tajam “Aaauuuummmmmmm……..!!” “Awas kau akan kujadikan santapan pertamaku hari ini”. Dengan sigap dia meloncat, dan dalam sekejap, tikus kecil yang malang itu sudah berada dalam genggamannya.

“Oh, singa yang baik, janganlah kau makan diriku,” kata tikus itu ketakutan setengah mati. “Di rumahku tujuh ekor anakku sedang menungguku dan makanan yang sedang kubawa ini”, tikus menghiba. Air matanya mulai menetes dari matanya. Dia menangis… cit…cit..cit…cit.

“Ho…ho…ho.. aummmmm, aku tidak akan melepaskanmu tikus kecil. Perutku sudah lapaaaar sekali. Bisa pingsan aku kalau tidak makan sekarang,” singa sudah bersiap hendak memasukkan tikus malang itu ke dalam mulutnya. “Hai, singa, bagaimana kalau kita buat perjanjian. Hari ini biarkan aku pergi. Aku berjanji akan menolongmu kelak jika kau dalam kesulitan,” kata tikus mulai berani.

“Bagaimana mungkin makhluk kecil sepertimu menolong aku yang kuat dan besar ini. ho..ho..ho.. aummmmm…!” Namun sang Singa kasihan juga akhirnya melihat Tikus kecil itu menangis.

“Baiklah, kali ini kau kulepaskan. Lagian dagingmu pasti tidak bisa mengenyangkan perutku. Sana! cepat pergi…!!”

Tikus dengan senang hati berlari meninggalkan singa sambil teriak, “Terima kasih singa…”.

Suatu hari tikus sedang berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Tiba-tiba dia mendengar suara seekor singa sedang mengaum, tampaknya kesakitan. “Auummmmm…. aduuuuhhh… tolooong…tolooong.” “Aku terkena perangkap pemburu nakal… tolooong, auuummmm.”

Tikus segera menghampiri asal suara itu. Rupanya singa masuk perangkap yang dibuat pemburu. “Jangan kawatir singa, aku datang menolongmu…!” Teriak tikus pada singa. “Cepatt! aku sudah tidak tahan lagi…. auuummmm.” kata singa. Tikus segera melompat masuk kedalam lubang perangkap. Satu demi satu tali perangkap yang mengikat singa dia gigit hingga putus. Dan akhirnya… singa terbebas. Segara dia melompat keluar dari lubang perangkap. “Terima kasih Tikus, kalau tidak ada kamu, pasti aku sudah ditangkap pemburu nakal itu. Akhirnya sejak itu Singa dan Tikus bersahabat dan selalu bermain bersama.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Landi, landak yang kesepian

Di hutan yang rindang, hidup seekor anak landak yang merasa kesepian. Landi namanya. Landi tidak mempunyai teman karena teman-temannya takut tertusuk duri tajam yang ada di badannya. “Maaf Landi, kami ingin bermain denganmu, tapi durimu sangat tajam,” kata Cici dan teman-temannya. Tinggallah Landi sendirian. Ia hanya bisa bersedih. “Mengapa mereka tidak mau berteman dan bermain denganku?, padahal tidak ada seekor binatang pun yang pernah tertusuk duriku,” gumam Landi.

Hari-hari berikutnya Landi hanya melamun di tepi sungai. “Ah, andai saja semua duriku ini hilang, aku bisa bebas bermain dengan teman-temanku”, kata Landi dalam hati. Landi merasa tidaklah adil hidupnya ini, selalu dijauhi teman-temannya. Ketika sedang asyik dengan lamunannya, muncullah Kuku Kura-kura. “Apa yang sedang kau lamunkan, Landi?” sapa kuku mengejutkan. “Ah, tidak ada,” jawab Landi malu. “Jika kau mempunyai masalah, aku siap mendengarkannya,” kata Kuku.

Kuku kura-kura kemudian duduk di sebelah Landi. Lalu Landi mulai bercerita tentang masalahnya. “Kau tak perlu khawatir. Aku bersedia menjadi sahabatmu. Percayalah!” kata kuku sambil menjabat tangan Landi. Betapa girangnya hati Landi. Kini ia mempunyai teman. “Tempurungmu tampak begitu berat.

Apa kau tidak merasa tersiksa?” tanya Landi. “Oh, sama sekali tidak. Justru tempurung ini sangat berguna. Tempurung ini bisa melindungiku. Jika ada bahaya, aku hanya perlu menarik kaki dan kepalaku ke dalam. Hebat kan ? Selain itu aku tak perlu repot mencari tempat tinggal. “Rumahku ini bisa berpindah-pindah sesuai keinginanku”, kata Kuku kura-kura sambil mempraktekkan apa yang dikatakannya. Landi landak merasa terhibur.

Suatu hari, teman Landi yang bernama Sam Kodok berulang tahun. Semua diundang, termasuk Landi Landak.”Ayo Landi, kau harus datang ke pesta itu,” bujuk Kuku kura-kura. “Aku tidak mau karena nanti teman-teman yang lain pasti akan menjauhiku karena takut tertusuk duri,” kata Landi dengan sedih. “Jangan khawatir, kau kan tidak sendirian. Aku akan menemanimu. Di sana banyak kue yang lezat dam tentu saja buah apel loh!” Mendengar kata apel, Landi menjadi tergoda. Ia memang sangat menyukai apel. Akhirnya Landi mau juga berangkat bersama Kuku kura-kura.

Pesta Sam kodok sangat meriah. Wangi aneka bunga tercium disetiap sudut ruangan. Ada dua meja panjang diletakkan di sisi kiri dan kanan halaman Sam kodok. Di atasnya tersedia berbagai macam kue dan buah-buahan. “Lihat! Di dekat meja ada satu tong sirup apel !, kata Landi”. Landi dan Kuku kura-kura memberikan selamat pada Sam kodok. Setelah meniup lilin. Semua bertepuk tangan sambil bernyanyi “Selamat Ulang Tahun”.

Pada saat berdansa, semua yang diundang menghindar dari Landi landak. Mereka takut tertusuk duri Landi landak. Akhirnya, Kuku kura-kura lah yang menemani Landi berdansa.

Tiba-tiba, pesta yang mengasyikkan itu terhenti dengan teriakan Tito. Ia datang sambil berlari ketakutan. “Awas! Serigala jahat datang! Tolong…! Tolong…! Teriaknya dengan napas tersengal-sengal. Semua menjadi ketakutan. Mereka berlarian menyelamatkan diri. Karena tidak bisa berlari, Kuku kura-kura langsung memasukkan kepala dan kakinya ke tempurung rumahnya. Sedangkan Landi Landak segera menggulung tubuhnya menjadi seperti bola. Serigala jahat yang mengejar teman-teman Landi tidak melihat tubuh Landi. Tiba-tiba, “Brukk, aduhhh…” teriak serigala jahat. Ia tertusuk duri tajam Landi Landak. Sambil menahan sakit, Serigala jahat langsung lari tunggang langgang. Maka selamatlah Landi dan teman-temannya.

“Hore..! Hore…! Hidup Landi Landak!” semua binatang mengelukan Landi. Landi menjadi tersipu malu karenanya. “Maafkan aku Landi, selama ini aku menjauhimu. Padahal kau tidak pernah menyakitiku. Ternyata duri tajammu itu telah menyelamatkan kita semua,” sesal Cici Kelinci. Akhirnya semua yang datang ke pesta Sam Kodok meminta maaf pada Landi Landak karena telah menjauhinya kemudian mereka pun berterima kasih pada Landi Landak karena telah melindungi mereka dari serigala jahat.

Kini, Landi Landak tidak merasa kesepian lagi. Teman-temannya tidak takut lagi akan durinya yang tajam. Bahkan mereka merasa aman jika Landi berada didekat mereka.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Moni, monyet ang licik

Siang itu angin berhembus sepoi-sepoi. Moni duduk di dahan sambil mengantuk. Tiba-tiba perutnya berbunyi keroncongan dan terasa lapar. Ia membayangkan betapa enaknya bila makan buah-buahan. Tetapi ia kemudian tersentak mengingat kata-kata temannya. Ia dikatakan sebagai si Serakah, si Rakus, si Tukang Makan, dan sebagainya. Bahkan ia terngiang kata-kata pak tani yang memarahinya.

“Awas, kalau mencuri lagi! Kubunuh, Kau! Kalau kau ingin makan buah-buahan tanamlah sendiri! Bekerja dan berusahalah dengan baik!” kata petani dengan geram. Bulu kuduknya berdiri ketika ia teringat pernah dipukuli ketika mencuri pisang dan mangga di kebun pak tani.

Moni kemudian berpikir bagaimana cara mendapatkan makanan agar tidak dimarahi orang. “Ah, lebih baik saya mencari sahabat karibku! Mudah-mudahan ia dapat membantuku,” kata Moni dalam hati. Ia kemudian turun dari pohon dan berjalan mencari katak sahabat karibnya. Setibanya di pematang sawah, sambil bernyanyi ia memanggil sahabat karibnya tersebut.

“Pung… ketipung … pung! He… he… he…! Katak sahabatku, mengapa engkau sudah lama tak muncul? Ini sahabatmu datang! Saya rindu sekali padamu! Muncullah … muncullah!” Mendengar nyanyian tersebut katak muncul sambil bernyayi “Teot… teot! Teot… teblung! Ini aku si Katak datang!” Aku juga rindu padamu. Bagaimana aku muncul, bila kau sendiri tak muncul?” Kedua binatang tersebut kemudian berbincang-bincang untuk melepaskan kerinduannya. Pada kesempatan itu juga si Monyet menyampaikan maksudnya.

“Katak sahabatku, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk menanam buah-buahan,” ajak monyet. “Wah, saya setuju sekali. Tetapi buah apa ya yang paling enak dan paling mudah ditanam?” jawab Katak. “Lebih baik kita menanam pisang saja! Bibitnya mudah didapat dan cara menanamnyapun mudah, bagaimana?” kata monyet sambil bertanya. “Baiklah, saya akan mencari bibitnya. Biasanya banyak batang pohon pisang yang hanyut di sungai. Mari kita ke tepi sungai!” jawab katak sambil mengajak monyet. Mereka kemudian ke tepi sungai sambil berbincang-bincang dengan akrabnya. Sesampainya di tepi sungai ia bermain-main sambil menunggu bila ada batang pisang yang hanyut. Benar juga! Tak lama kemudian ada sebatang pohon pisang yang hanyut.

“Nah, itu dia!” Teriak katak sambil menunjuk batang pisang yang hanyut. “Mari kita seret ke tepi!” ajak moni. “Mari!” jawab katak. Mereka terjun ke sungai dan menyeret batang pisang ke tepi sungai. Sesampainya di tepi, mereka angkat batang pisang itu ke daratan. Mereka kemudian menunggu kalau ada batang pisang yang hanyut lagi tetapi tak kunjung datang. “Menunggu itu membosankan,” kata monyet menggerutu. “Ya, kalau begitu besok kita ke sini lagi! Kita tunggu bila ada batang pisang yang hanyut lagi! Yang ini untukku,” kata katak sambil memegang batang pisang. “Ah, jangan curang! Ini milik kita berdua. Dari pada menunggu sampai besok sebaiknya kita bagi saja batang pohon pisang ini sekarang,” kata monyet.

“Baiklah, kita potong saja batang pohon pisang ini menjadi dua. Kamu bagian bawah sedang saya yang bagian atas” kata katak. “Ah, jangan curang! Yang dapat berbuah kan bagian atas! Saya sangat memerlukan buah itu dari pada kamu. Nanti yang bagian bawah juga dapat berbuah,” kata monyet membujuk katak. “Baiklah, kita kan bersahabat. Seorang sahabat haruslah saling mengerti dan saling menolong. Kita tidak boleh bertengkar hanya karena perkara kecil. Bawalah yang bagian atas! Saya cukup yang bagian bawah saja,” kata katak penuh perhatian. Mereka akhirnya membawa bagian masing-masing ke hutan. Moni membawa batang pisang bagian atas dan katak bagian bawah untuk ditanam.

Setiap sebulan sekali monyet mengunjungi katak. Mereka saling menanyakan tanamannya. “Bagaimana tanaman pisangmu?” tanya moni. “Ha… ha…, lihat saja itu! Subur bukan?! Tanamanku sangat subur. Daunnya begitu lebat.” Jawab katak sambil menunjukkan tanamannya. “Bagaimana dengan tanamanmu?” tanya katak lebih lanjut. “Wah…, tanamanku juga demikian!” jawab moni membohongi temannya. Ia bohong karena tanamannya sudah mati. Batang bagian atas tak mungkin hidup bila ditanam. Bulan berikutnya moni datang lagi. Ia bertanya kepada katak tentang tanamannya. “Bagaimana tanamanmu?” tanya moni. “Wah, tanaman pisangku sangat subur, dan sekarang sudah berbuah. Bagaimana pula tanamanmu?” jawab katak sambil menanyakan tanaman si Moni. “Demikian juga tanamanku, sudah berbuah. Bahkan buahnya besar-besar,” jawab moni berbohong. Mereka kemudian berbincang-bincang sambil bergurau. Setelah selesai, moni kembali ke hutan. Pada kunjungan berikutnya ternyata buah pisangnya sudah masak tetapi katak tidak dapat memetiknya karena tidak dapat memanjat pohon pisang tersebut. Katakpun meminta bantuan kepada moni yang sedang berkunjung. “Moni, tolong petikkan pisangku yang sudah masak itu!” pinta katak kepada moni.

“Wah, dengan senang hati, mari kita ke sana!” jawab moni sambil mengajak katak. Monipun segera memanjat pohon pisang dan sesampainya di atas ia segera memetik dan mencoba memakannya. “Wah, ranum benar pisangmu!” teriak moni dari atas pohon pisang. “Hai moni, jangan kau makan sendiri saja. Cepat petikkan sesisir dulu untukku” teriak katak sambil memohon. “Ya, nanti dulu! Aku belum selesai memakannya. ” sahut moni. Satu, demi satu dimakannya pisang tersebut oleh moni, setiap katak meminta ada saja jawaban si Moni. Katak tak pernah diberi. Bahkan si Katak hanya dilempari kulitnya.

“Kamu lebih baik makan kulitnya saja, Tak! Ini bagianmu, terimalah! kata moni. Katakpun berang dilecehkan oleh moni. Ia pun berkata dalam hati untuk memberikan pelajaran kepada moni yang serakah tersebut. “Baiklah, habiskan saja pisangku. Aku sudah tak berminat lagi. Aku sudah kenyang makan nyamuk. Makanan utamaku kan nyamuk, bukan pisang seperti makananmu.” kata katak dengan kesal. “Ha… ha… ha…, katak-katak…, salahmu sendiri kamu tak dapat memanjat. Kamu hanya dapat meloncat-loncat saja. Coba perhatikan saya! Saya dapat berjalan, meloncat dan memanjat. Makanankupun lebih banyak jenisnya daripada kamu. Kamu lebih baik makan nyamuk saja. Pisang ini sebenarnya untukku bukan untukmu,” kata moni dengan congkak.

“Dasar moni serakah! Sudahlah, jangan banyak bicara! Cepat habiskan saja pisangku! Sebentar lagi batangnya akan saya tebang,” kata katak dengan marah. Selesai berbicara katakpun mulai menebang batang pohon pisangnya. Moni segera mempercepat makannya. Tak terasa ia mulai kenyang dan mengantuk. Batang pohon pisang mulai bergoyang dan akan roboh tetapi moni tak dapat menahan kantuknya. Lebih-lebih goyangannya batang pohon pisang dianggapnya sebagai ayunan yang meninabobokkan. Akhirnya ia jatuh. Perutnya terkena ujung pohon kayu kering yang runcing dan badannya tertimpa batang pohon pisang.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Pengeorbanan seekor katak

Dahulu kala di negeri Korea hiduplah seorang petani yang miskin. Ia tinggal di sebuah dusun yang terletak di lereng sebuah gunung yang tinggi. Petani itu mempunyai seorang puteri yang bernama Bok-Sury. Istrinya telah lama meninggal. Bok-Sury adalah seorang gadis yang rajin dan pemberani. Ia sangat menyayangi ayahnya.

Suatu hari ketika Bok-Sury memasak di dapur, seekor katak melompat-lompat masuk. Katak itu duduk dekat kakinya. Tiba-tiba katak itu berkata, “Bok-Sury berikanlah aku nasi sedikit. Perutku lapat sekali”. Bok-Sury sangat terkejut mendengar katak itu dapat berbicara. Tapi karena ia seorang gadis yang pemberani, maka diberikannya nasi sedikit pada katak itu. Dengan lahapnya katak itu memakan nasi pemberiannya. Katak itu kembali berkata, “terima kasih Bok-Sury! Sekarang biarkanlah aku tinggal di pojok dapurmu. Aku tak mempunyai keluarga, dan lagi pula aku senang tinggal di dekatmu.”

Bok-Sury tidak mengusir katak itu. Ia pun merasa kesepian, katak itu dapat dijadikan teman bicaranya. Setiap hari bila Bok-Sury masak, disisakannya sedikit untuk katak itu. Tak seorang pun tahu tentang si katak. Ayahnya pun tak tahu. Karena tak bergerak-gerak maka tumbuhlah katak itu menjadi besar sekali. Bila orang melihat akan disangkanya katak itu seekor anjing.

Suatu ketika ayah Bok-Sury jatuh sakit. Badannya semakin kurus, mukanya pucat. Bok-Sury berusaha keras untuk menyembuhkan ayahnya, tapi ia tak berhasil. Ada seorang tabib yang tinggal jauh sekali dari dusun mereka. Karena Bok-Sury sangat menyayangi ayahnya, ia pergi juga menjemput tabib itu. Setelah memeriksanya, tabib itu berkata, “Bok-Sury, ayahmu sakit keras. Aku tak kuasa menyembuhkannya. Ada sebuah obat yang dapat menyembuhkan yaitu Ginseng. Tapi obat itu mahal sekali.”

Bok Sury merasa sedih sekali mendengar keterangan tabib. Ia tak punya uang dan tak dapat meninggalkan ayahnya untuk bekerja.

Sementara itu, di sebuah dusun di lereng gunung yang sama, rakyat sedang gelisah. Di sana terdapat istana tua yang dihuni oleh mahluk raksasa. Setiap tahun rakyat harus mengorbankan seorang manusia. Orang yang dijadikan mangsa itu diletakkan di atas sebuah altar di dalam istana.

Bila keesokan harinya rakyat melihat orang itu sudah tidak ada, maka itu tandanya mereka akan selamat dari amukan mahluk raksasa selama setahun. Sudah banyak yang menjadi korban. Sekarang rakyat sedang kebingungan. Mereka tidak mempunyai korban buat si mahluk raksasa. Akhirnya rakyat mengumpulkan uang. Uang yang banyak itu akan diberikan kepada siapa saja yang mau dijadikan korban.

Bok-Sury mendengar sayembara itu. Segera diputuskannya untuk menjadikan dirinya korban buat si mahluk raksasa. Ia pergi ke dusun itu dan mendapatkan uang. Dengan uang yang banyak, Bok-Sury pergi membeli ginseng.

Betapa sukacitanya, ia ketika dilihatnya ayah tercinta berangsur-angsur sembuh. Bahkan dalam waktu beberapa hari saja ayahnya dapat berdiri dan berjalan. Tapi kegembiraan Bok-Sury tak dapat berlangsung lama. Hari yang ditentukan tiba juga. Bok-Sury masak agak banyak untuk ayahnya. Kepada ayahnya ia berkata, “Ayah, aku akan bertandang ke rumah teman, mungkin agak lama. Ayah makanlah dahulu, sudah kusiapkan.”

Ayah Bok-Sury tak menaruh curiga, karena Bok-Sury sering pergi untuk menolong salah satu tetangganya. Bok-Sury teringat pada kataknya. Ia pergi ke dapur, ternyata sang katak sudah mengetahui rencana Bok-Sury. Katak itu menangis. Bok-Sury dengan lemah lembut membelai kepala katak itu sambil berkata, “Wahai sahabatku yang setia. Hari ini adalah hari terakhir kita bercakap-cakap. Jangan sedih, dan jagalah dirimu baik-baik.”

Bok-Sury sesampainya di dusun tempat mahluk raksasa itu berada, langsung dibawa ke istana tua. Ia diletakkan di atas altar persembahan. Suasana sunyi untuk beberapa saat. Bok-Sury memperhatikan keadaan disekelilingnya. Tiba-tiba dilihatnya katak yang dipeliharanya duduk di pojok ruangan. Katak itu memandangnya dengan bola mata yang bersinar-sinar. Tiba-tiba katak itu membuka mulutnya. Dari mulutnya keluar segulung asap berwarna kuning. Asap itu naik ke atas. Tiba-tiba dari atap rumah keluar segulung asap berwarna biru. Asap kuning dari sang katak berusaha menekan asap biru tadi. Terjadi dorong-mendorong antara kedua asap itu. Tapi lihat.. asap kuning itu akhirnya berhasil menggulung asap biru itu. Bersamaan dengan itu bumi seakan bergetar.

Keesokan harinya orang-orang mendatangi istana. Mereka mendapatkan Bok-Sury pingsan di dekat bangkai seekor katak raksasa. Bok-Sury selamat dan dapat kembali ke ayahnya. Ia dianugrahkan uang dan benda-benda berharga lainnya oleh penduduk dusun yang berhasil dibebaskan dari mahluk raksasa.

Bok-Sury membawa pulang bangkai raksasa itu. Ia menguburnya dengan khidmat. Bok-Sury hidup bahagia bersama ayahnya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Seekor kambing dan serigala

Seekor serigala yang kehausan tiba di tepi sebuah telaga. Ketika hendak minum dilihatnya seekor kambing sedang minum juga di tempat itu. Namun tidak seperti kambing-kambing lainnya yang akan kabur bila melihatnya, kambing yang satu ini tetap tenang meneruskan minumnya. Dengan heran, serigala mendekati kambing.

“Halo kambing! Apa kabar?”sapanya

“Oh, kabar baik serigala. Bagaimana denganmu?” balas kambing.

“Baik juga,” jawab serigala. “Ngomong-ngomong kenapa kau tak takut melihatku? Bukankah biasanya teman-temanmu akan kabur bila melihatku?”

“Ah, kau lupa padaku?” tanya kambing. “Coba kau perhatikan aku baik-baik dan ingat-ingat, kau pasti mengenalku!”

Serigala mencoba untuk mengingat dimana dia pernah bertemu dengan kambng yang satu ini. Lalu tiba-tiba dia ingat, “o ya aku ingat! Bukankah kau kambing yang pernah menyelamatkanku?”

Serigala ingat, saat itu dia sedang asyik memakan daging sapi buruannya ketika tiba-tiba terdengar bunyi letusan senapan dan jeritan kambing. Rupanya kambing menyeruduk si pemburu sehingga bidikannya luput dan serigala selamat.

“Maafkan aku kawan,” kata serigala. “Tadi aku hampir tidak mengenalimu. Terima kasih karena kau telah menyelamatkanku!” “Sama-sama kawan!” kata kambing. Lalu kambing pun berpamitan. Dalam hati kambing bersyukur karena tidak jadi dimangsa oleh serigala.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Semut yang hemat

Di zaman Mesir kuno, hiduplah seorang raja yang sangat terkenal keadilannya. Raja tersebut sangat mencintai rakyatnya. Bahkan raja tersebut dalam mencinta keluarganya tidak melebihi cintanya pada rakyatnya. Sehingga kalau ada anggota keluarganya yang bersalah tetaplah di hukum sebagaimana orang lain. Yang lebih istimewa lagi, raja ini juga penyayang binatang.

Karena cintanya pada binatang, suatu hari raja yang adil itu pergi berjalan-jalan menemui seekor semut. Si semut merasa senang dan bangga mendapat kunjungan dari raja.

“Bagaimana kabarmu, semut?” tanya sang Raja.

“Hamba baik-baik saja Baginda,” jawab semut gembira.

“Dari mana saja kau pergi?”

“Hamba sejak pagi pergi ke beberapa tempat tetapi belum juga mendapatkan makanan, Baginda.”

“Jadi sejak pagi kau belum makan?”

“Benar, baginda.”

Raja yang adil itu pun termenung sejenak. Kemudian berkata, “Hai, semut. Beberapa banyak makanan yang kau perlukan dalam setahun?”

“Hanya sepotong roti saja baginda,” jawab semut.

“Kalau begitu maukah kau kuberi sepotong roti untuk hidupmu setahun?”

“Hamba sangat senang, Baginda.”

“Kalau begitu, ayo engkau kubawa pulang ke istana,” ujar Raja, lalu membawa semut itu ke istananya. Semut sangat gembira karena mendapatkan anugerah makanan dari sang raja. Ia tidak susah-susah lagi mencari makanan dalam setahun. Dan tentu saja roti pemberian sang raja akan lebih manis dan enak.

“Sekarang engkau masuklah ke dalam tabung yang telah kuisi sepotong roti ini!” perintah sang raja. “Terimakasih, Baginda. Hamba akan masuk.”

“Setahun yang akan datang tabung ini baru akan kubuka,” ujar sang raja lagi.

“Hamba sangat senang, Baginda.”

Tabung berisi roti dan semut itu pun segera ditutup rapat oleh sang raja. Tutup tabung itu terbuat dari bahan khusus, sehingga udara tetap masuk ke dalamnya. Tabung tersebut kemudian disimpan di ruang khusus di dalam istana.

Hari-hari berikutnya sang raja tetap memimpin rakyatnya. Berbagai urusan ia selesaikan secara bijaksana. Akhirnya setelah genap setahun, teringatlah sang raja akan janjinya pada semut.

Perlahan-lahan raja membuka tutup tabung berisi semut itu. Ketika tutup terbuka, si semut baru saja menikmati roti permberian raja setahun lalu.

“Bagaimana kabarmu, semut?” tanya sang raja ketika matanya melihat semut di dalam tabung.

“Keadaan hamba baik-baik saja, Baginda.”

“Tidak pernah sakit selama setahun di dalam tabung?”

“Tidak baginda. Keadaan hamba tetap sehat selama setahun.”

Kemudian sang raja termenung sejenak sambil melihat sisa roti milik semut di dalam tabung.

“Mengapa roti pemberianku yang hanya sepotong masih kau sisakan separuh?” tanya sang raja.

“Betul, Baginda.”

“Katanya dalam setahun kau hanya memerlukan sepotong roti. Mengapa tak kau habiskan?”

“Begini, Baginda. Roti itu memang hamba sisakan separuh. Sebab hamba khawatir jangan-jangan Baginda lupa membuka tutup tabung ini. Kalau Baginda lupa membukanya, tentu saja hamba masih dapat makan roti setahun lagi. Tapi untunglah Baginda tidak lupa. Hamba senang sekali.”

Sang raja sangat terkejut mendengar penjelasaan si semut yang tahu hidup hemat. Sang raja tersenyum kecil di dekat semut.

“Kau semut yang hebat. Kau dapat menghemat kebutuhanmu. Hal ini akan kusiarkan ke seluruh negeri agar rakyatku dapat mencotohmu. Kalau semut saja dapat menghemat kebutuhannya, mengapa manusia justru gemar hidup boros?”

“Sebaiknya Baginda jangan terlalu memuji hamba,” jawab si semut.

Semut itu akhirnya mendapat hadiah lagi dari raja. Sebagai tanda terimakasih karena telah mengajarinya hidup hemat.



(SELESAI)


ScrollStopMenu

Galey Fabel

Serigala dan bangau

Pada jaman dahulu tuan Serigala dan nyonya Bangau berteman, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, pada suatu hari tuan Serigala mengundang nyonya Bangau untuk makan siang di rumahnya.

“Saya harap anda datang, nyonya Bangau” kata tuan Serigala. “Saya akan menyediakan daging yang lezat”. Nyonya Bangau menerima undangan itu dan pergi mengunjungi tuan Serigala. tuan Serigala telah membuat kasha yang lezat dan di sajikan di piring yang lebar.

Nyonya Bangau mematuk-matuk piring itu dengan paruhnya yang panjang, tetapi dia tidak bisa menggigit kasha itu. sampai kepalanya terpatuk tetapi masih juga nyonya bangau tidak dapat menggigit kasha.

Sementara itu tuan Serigala memakan kasha dengan lahap sampai tandas. setelah kasha habis tuan Serigala berkata “sangat menyenangkan makan siang bersama anda, saya harap kita bisa makan bersama lagi.”, “Terima kasih atas makan sianya tuan Serigala” jawab nyonya Bangau. “Besok anda harus datang ke rumah saya untuk makan siang”. “Saya akan datang” balas tuan Serigala.

Esoknya ketika tuan Serigala datang ke rumah nyonya Bangau, dia mencium aroma yang lezat, dalam hati tuan Serigala berpikir “Bau lezat apakah ini?? pasti makanan enak. Ketika nyonya Bangau menyajikan makanan, dia meletakkannya di pot yang berleher panjang dan bermulut sempit. “Jangan malu-malu tuan Serigala” nyonya bangau mempersilahkan.

Tuan Serigala berusaha memasukkan cakarnya ke dalam pot, tetapi sepertinya tidak berhasil, kemudian dia berusaha dengan menggunakan hidungnya, hasilnya nihil dia hanya bisa mencium bau makanan lezat itu. Kemudian nyonya Bangau memasukkan paruhnya yang panjang ke dalam pot dan memakan semua hidanagn lezat itu.

Ketika makanan sudah habis, nyonya Bangau berkata “Sangat menyenangkan anda bisa mengunjungi saya, semoga kita bisa melakukan lagi dengan segera”. tuan Serigala sangat malu dan marah mendengarkan kata-kata nyonya Bangau. kemuadian tanpa mengucap sepatah kata tuan Serigala pergi.

Sejak saat itulah Bangau dan Serigala bermusuhan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kaswari dan dara mahkota

Dahulu kala burung kasuari tidak seperti yang kita kenal saat ini. Dia memiliki sayap yang lebar dan kuat sehingga ia bisa mencari makan di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa dengan mudah mencari makan di atas tanah. Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung yang sombong. Dia sering berbuat curang saat berebut makanan dan tidak peduli jika teman-temannya yang lain kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia gunakan untuk menyembunyikan buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga burung-burung lainnya tidak bisa melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-buahan ranum itu ke tanah sehingga Cuma ia sendiri yang bisa menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah sendiri kenapa mereka punya sayap yang pendek dan badan yang kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”

Tentu saja kesombongannya tidak disukai burung-burung lainnya. Mereka menganggap Kasuari sudah keterlaluan dan keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul untuk membahas masalah ini. Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata sulit menemukan lawan yang sebanding dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk bertanding terbang dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.

Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya. “Pertandingannya akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”

“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”

Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu.

Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk meyaksikan pertandingan terbang tersebut. Meski tidak terlalu yakin, mereka semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan tersebut.

Diam-diam Dara Mahkota menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya. Kasuari yang baru mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?” katanya sambil tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa menang melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah Kasuari sementara Dara Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.

Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK! Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota pura-pura menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya bunyi tadi berasal dari ranting kering di bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran Dara Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan sekuat tenaga dia menekuk sayap Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit kesakitan. Sayap Kasuari yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan menang.

Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Katak kecil dan ular kecil

Pada suatu watu, ada seekor katak kecil melompat-lompat di dekat semak-semak di tepi hutan, ketika dia melihat ada seekor makhluk panjang menjalar di dekatnya. Bentuknya panjang, kulitnya licin dan berwarna belang-belang.

“Hai, apa kabar,” katak kecil menyapa, “Apa yang sedang kamu kerjakan di situ.”

“Oh.. aku hanya menghangatkan tubuhku di bawah sinar matahari,” jawab makhluk itu. “Nama saya Ular Kecil, kamu siapa,” tanya makhluk yang ternyata adalah ular kecil.

“Nama saya KatakKecil, Maukah kamu bermain dengan saya?”

Akhirnya Katak Kecil dan Ular Kecil bermain bersama di dekat semak-semak itu. “Lihat apa yang bisa ku lakukan,” kata Katak Kecil, “Aku bisa mngejarimu kalau kamu mau.” Kemudian dia mengajarkan kepada Ular Kecil bagaimana cara melompat. “Aku juga bisa mengajarimu menjalar pakai perut,” kata Ular Kecil. Mereka saling mengajari bagaimana mereka berjalan, sampai akhirnya perut mereka lapar dan mereka memutuskan untuk pulang.

“Besok ketemu lagi ya?” kata Katak Kecil. “Iya, aku tunggu di sini,” jawab Ular Kecil.

Sesampainya di rumah, Katak Kecil mencoba mempraktekkan apa yang diajarkan oleh kawan barunya, Ular Kecil. Induk Katak terkejut dan bertanya, “Hai, siapa yang mengajarkan cara berjalan seperti itu?” “Ular Kecil yang mengajarimu, kita tadi bermain bersama di dekat semak-semak sana itu,” jawab Katak Kecil.

“Apa? Tidakkah kau tahu anakku, bahwa keluarga ular itu jahat. Mereka mempunyai racun di taringnya. jangan sampai Ibu melihat kamu bermain dengan mereka lagi, dan juga jangan pernah berjalan seperti itu lagi. Itu nggak baik,” Ibu Katak agak marah.

Sementara itu di rumah Ular, Ular Kecil juga mencoba cara berjalan seperti yang diajarkan oleh Katak Kecil. Ibu Ular terkejut dan bertanya, “Siapa yang mengajari kamu cara berjalan seperti itu?” “Katak Kecil Bu, tadi kita main bersama di dekat semak-semak di sebelah sana itu.” “Apa? Tidakkah kamu tahu bahwa keluarga Ular itu sudah sejak lama bermusuhan dengan keluarga Katak? Lain kali kalau kamu ketemu dengan mereka, tangkap dan makan saja. Dan jangan melompat-lompat seperti itu lagi. Ibu tak mau melihatnya.”

Keesokan harinya, Katak Kecil datang lagi ke tempat dimana dia bermain bersama Ular Kecil kemarin, namun dia hanya diam dari kejauhan. Ular Kecil juga demikian, dia ingat pesan Ibunya, “Begitu dekat dia, tangkap dan makan.” Tapi sebenarnya dia pingin bermain seperti kemarin lagi. “Katak Kecil, kayaknya aku nggak bisa bermain seperti kemarin lagi,” dia berteriak kepada Katak Kecil. “Aku juga nggak bisa kayaknya,” sahut Katak Kecil dari kejauhan. Akhirnya mereka berbalik dan menghilang di balik semak.

Sejak itu mereka nggak pernah main bersama lagi. Tapi dalam ingatan mereka, bermain bersama waktu itu sangatlah menyenangkan.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kelelawar dan pengecut

Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. “Kurang ajar” kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung.

“Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita”, usir mereka semua, jangan disisakan !” kata Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya.

Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.

Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,”Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus, walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu”. Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.

Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa dengan batu dan kacang-kacangan. “Awas hujan batu,” teriak para binatang kelompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung Elang. “Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung seperti kalian”. Elang menerima kelelawar dengan senang hati.

Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar ?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok burung.

Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kelinci sombong dan kura kura

Di sebuah hutan kecil di pinggiran desa, ada seekor Kelinci yang sombong. Dia suka mengejek hewan-hewan lain yang lebih lemah. Hewan-hewan lain seperti kura-kura, siput, semut, dan hewan-hewan kecil lain tidak ada yang suka pada kelinci sombong itu.

Suatu hari, si Kelinci berjalan dengan angkuhnya mencari lawan yang lemah untuk diejeknya. Kebetulan dia bertemu dengan kura-kura.

“Hei, kura-kura, si lambat, kamu jangan jalan aja dong.. lari begitu, biar cepat sampai,” kata Kelinci sambir mencibirkan bibirnya ke Kura-kura. “Biarlah Kelinci, memang jalanku lambat. Yang penting aku sampai dengan selamat ke tempat tujuanku, daripada cepat-cepat nanti jatuh dan terluka,” jawab Kura-kura dengan tenang.

“Hei, kura-kura, bagaimana kalau kita adu lari. Kalau kau bisa menang aku akan beri hadiah apapun yang kau minta,” kata Kelinci dengan tertawa. Dalam hatinya dia berkata, “Mana mungkin dia akan bisa mengalahkanku.”

“Wah, kelinci, mana mungkin aku bertanding adu cepat denganmu, Kamu bisa lari dan loncat dengan cepat, sedangkan aku berjalan selangkah demi selangkah sambil membawa rumahku yang berat ini,” kata kura-kura.

“Nggak bisa, kamu nggak boleh menolak tantanganku ini. Pokoknya besok pagi aku tunggu kau di bawah pohon beringin. Aku akan menghubungi Pak Serigala untuk jadi wasitnya,” Kelinci memaksa.

Kura-kura hanya bisa diam melongo. Dalam hatinya berkata, “Mana mungkin aku bisa mengalahkan Kelinci?”

Keesokan harinya Si Kelinci sudah menunggu dengan sombongnya di bawah pohon beringin. Pak Serigala juga sudah datang untuk menjadi wasit. Setelah kura-kura datang, Pak Serigala berkata, “Peraturannya begini, kalian mulai dari garis di sebelah sana yang di bawah pohon mangga itu. Kalian bisa lihat nggak?” “Bisa… bisa… ,” Kelinci dan kura-kura menjawab. “Nah siapa yang bisa datang duluan di bawah pohon beringin ini, itulah yang menang,” kata Pak Serigala lagi.

“Oke,… satu…. dua… tiga… mulai!” Pak Serigala memberi aba-aba. Kelinci segera meloncat mendahului kura-kura, yang mulai melangkah pelan, karena dia tidak bisa meninggalkan rumahnya. “Ayo kura-kura, lari dong…..!” teriak Kelinci dari kejauhan. “Baiklah aku tunggu di sini ya…,” katanya lagi sambil mengejek kura-kura. Kelinci duduk-duduk sambil bernyanyi. Angin waktu itu berhembus pelan dan sejuk, sehingga membuat Kelinci menjadi mengantuk, dan, tak lama kemudian Kelinci pun tertidur!

Dengan pelan tapi pasti kura-kura melangkah sekuat tenaga. dengan diam-diam dia melewati Kelinci yang tertidur pulas. Beberapa langkah lagi dia akan mencapai finish. Ketika itulah Kelinci bangun. Betapa terkejutnya dia ketika melihat kura-kura sudah hampir mencapai finish. Sekuat tenaga dia berlari dan meloncat untuk mengejar kura-kura. Namun sudah terlambat, kaki kura-kura telah menyentuh garis finish dan Pak Serigala telah memutuskan bahwa pemenangnya adalah KURA-KURA. Si Kelinci Sombong terdiam seolah tak percaya bahwa dia bisa tertidur.

“Nah, siapa yang menang Kelinci?” tanya kura-kura kepada kelinci. “Wah, ternyata kau menang kura-kura,” jawab kelinci malu. “Sekarang aku hanya minta satu dari kamu, kamu jangan sombong lagi, jangan suka mengejek lagi, dan jangan nakal, ya?” kata kura-kura. “Iya lah kura-kura, mulai sekarang aku tidak akan sombong lagi, tidak akan mengejek lagi. Maafkan aku ya,” kata kelinci. “Iya, nggak apa-apa, sekarang kita berteman ya?” kata kura-kura. Sejak saat itu Kelinci tidak sombong lagi.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kera jadi raja

Sang Raja hutan “Singa” ditembak pemburu, penghuni hutan rimba jadi gelisah. Mereka tidak mempunyai Raja lagi. Tak berapa seluruh penghuni hutan rimba berkumpul untuk memilih Raja yang baru. Pertama yang dicalonkan adalah Macan Tutul, tetapi macan tutul menolak. “Jangan, melihat manusia saja aku sudah lari tunggang langgang,” ujarnya.

“Kalau gitu Badak saja, kau kan amat kuat,” kata binatang lain. “Tidak-tidak, penglihatanku kurang baik, aku telah menabrak pohon berkali-kali.” “Oh…mungkin Gajah saja yang jadi Raja, badan kau kan besar..”, ujar binatang-binatang lain. “Aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat,” sahut gajah.

Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika hendak bubar, tiba-tiba kera berteriak, “Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh Singa”. “Tidak mungkin,” jawab tupai. “Coba kalian semua perhatikan aku…, aku mirip dengan manusia bukan ?, maka akulah yang cocok menjadi raja,” ujar kera. Setelah melalui perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang baru. Setelah diangkat menjadi raja, tingkah laku Kera sama sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan sambil menyantap makanan yang lezat-lezat.

Penghuni binatang menjadi kesal, terutama srigala. Srigala berpikir, “bagaimana si kera bisa menyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak”. Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera. “Tuanku, saya menemukan makanan yang amat lezar, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu,” ujar srigala. Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama srigala. Di tengah hutan, teronggok buah-buahan kesukaan kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya ternyata jebakan yang dibuat manusia. “Tolong…tolong,” teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa keluar dari perangkap.

“Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak dalam perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera mana bisa melindungi rakyatnya,” ujar srigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera, seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa tangkapannya ke rumah.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Burung kiki dan kuku

Ada dua ekor burung kecil yang tinggal di dahan pohon. Mereka bernama Kiki dan Kiku. Kedua burung itu bersahabat, tetapi tabiat mereka berbeda. Kiki selalu bangun pagi sebelum matahari terbit. Ia berolahraga di dahan-dahan pohon, meloncat dari dahan ke dahan, terbang mengelilingi pohon-pohon dan menyanyi. Kiki paling senang, bila ia dapat melihat matahari terbit.

“Selamat pagi, matahari yang baik,” sapa Kiki ramah.

“Selamat pagi juga, Kiki! Ho ho ho, pagi ini lagi-lagi kau bangun lebih pagi dariku,” sahut Matahari.

Matahari dan Kiki hampir setiap hari mengobrol. Kalau Kiki rajin bangun pagi, Kiku sebaliknya. Ia tak pernah bangun kalau matahari belum berada di atas pucuk pohon. Karena tidur terlalu lama dan jarang berolahraga, Kiku sering sakit. Kiki jengkel dengan kemalasan Kiku. Karena ia tak bisa membereskan tempat tidurnya pada pagi hari.

Kiki mencari akal agar Kiku tidak malas bangun pagi lagi.

“Kiku, pernahkah engkau makan cacing?” tanya Kiki pada suatu hari.

“Belum, bagaimana rasanya?” Kiku merasa tertarik.

“Belum pernah makan cacing? Kalau begitu jangan sebut dirimu burung. Setiap burung sejati pasti pernah makan cacing setiap pagi,” kata Kiki sambil menepuk dada.

“Kalau begitu aku akan mencari cacing,” kata Kiku penasaran. “Kau akan cari cacing di mana?” ejek Kiki.

“Aku? Aku tidak tahu,” sahut Kiki malu. “Aku mau memberi tahu. Asal kau mau bangun pagi-pagi besok.” “Baiklah!”

Esok harinya, seperti biasa Kiku bangun sebelum matahari terbit. Ia bersusah payah membangunkan Kiku. Karena Kiku masih mengantuk, Kiku sering menutup matanya.

“Lihat Kiku! Bu Ayam sedang mengais-ngais tanah. Cacingnya banyak sekali! Tidakkah engkau ingin memakannya?” tanya Kiki. Seketika itu Kiku yang berjalan sambil terkantuk-kantuk, membuka matanya.

“Petok. petook! Ayo, Kiki, ajak temanmu sarapan bersama,” ajak Bu Ayam. Mereka pun sarapan pagi dengan gembira.

“Kiki, aku sudah makan cacing. Jadi aku adalah burung sejati,” kata Kiku. “Tapi burung sejati pun selalu bangun sebelum matahari terbit,” kata kiki.

“Aku akan membiasakan bangun pagi mulai sekarang. Karena ternyata bangun pagi itu menyenangkan. Aku merasa badanku sangat sehat,” kata Kiku.

“Mulai sekarang kita bisa berolahraga pagi,” kata Kiki. “Tentu!”

“Kalau begitu mari kita terbang. Satu, dua, tiga!” seru Kiki. Kedua burung itu melesat ke udara. Mereka terbang dengan riang di antara dahan-dahan pohon.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Akhir riwayat sang lutung

Seekor lutung (kera hitam) berjalan terseok-seok di pasir. Akibat jatuh dari pohon, tubuhnya menjadi lemah tak bertenaga. Ia lapar sekali, sementara hutan masih jauh. Dengan memaksa diri, ia tiba di tepi muara sungai. Ia minum dengan rakusnya. “Kenapa kamu pucat lutung? Kamu sakit payah?” tegur seekor ayam hutan besar yang mematuk-matuk udang di tepi muara. “Ya, tolong terbangkan aku ke hutan di seberang muara ini,” pinta lutung. Ayam hutan merasa iba dan setuju, ia terbang membawa lutung yang berpegangan erat di kakinya. Sesampainya di hutan, lutung tak mau melepaskan kaki ayam hutan. Ia bahkan mencabuti semua bulu ayam hutan yang berwarna kuning keemasan itu. Sang ayam hutan pingsan karena kesakitan. Dia sudah mati, pikir lutung. Kemudian bangkai ayam hutan disembunyikannya di dalam semak belukar, sementara ia pergi mencari api di dalam hutan. Sang Ayam Hutan kemudian sadar. Dia menangis tersedu-sedu sebab kehilangan semua bulunya. “He, kenapa badanmu, siapa yang telah mencabuti bulu-bulumu?” tanya seekor sapi dengan heran. Ayam hutan menceritakan semua pengalamannya. Alangkah marahnya sapi terhadap perlakuan si lutung. “Kurang ajar!” Biarlah kuberi pelajaran lutung itu. Sembunyilah kau di tempat lain,” ujar sapi. Ayam hutan menurutinya. Ketika lutung datang membawa obor dan menanyakan di mana ayam hutan, sampi membohonginya. “Ayam hutan itu rupanya belum mati, ia berenang ke tengah laut,” kata sapi. Lutung meminta sapi mengantarnya ke gundukan batu karang di tengah laut, di mana ia mengira si ayam hutan bersembunyi. Dengan ramah sapi bersedia mengantarnya. Tanpa pikir panjang lutung naik ke punggung sapi yang kemudian berenang ke gundukan batu karang di tengah laut. Akan tetapi, setelah lutung loncat ke gundukan batu karan gitu, segera sapi meninggalkannya. “Semoga kau mampus disergap ikan gurita” ujar sapi. Lutung duduk di puncak batu karang dan menangis. “Mengapa kamu menangis?” tegur seekor penyu. “Aku heran, bagaimana kau dapat ke sini.” Aku naik sampan, kemudian sampanku terbalik dan aku terdampar disini,” jawab lutung berbohong. Karena kasihan, penyu mengantarkan lutung ke pantai. Lutung naik ke punggung penyu. “Bagaimana kau dapat berenang dengan cepat?” tanya lutung. “Dengan kayuhan kaki-kakiku,” jawab penyu tanpa curiga. Ketika di pantai, lutung ingin melihat kaki penyu. Penyu setuju dan segera tubuhnya dibalikkan oleh lutung. Ternyata lutung segera meninggalkan penyu dalam keadaan terbalik. Ia bermaksud mencari harimau, karena hanya harimaulah yang dapat mengeluarkan daging penyu dari kulitnya yang keras itu. Penyu menangis dan berteriak-teriak minta tolong. “Mengapa kamu?” tanya seekor tikus yang mendekat. Penyu lalu menceritakan pengalamannya. Tikus pun mejadi sangat marah terhadap lutung yang tak tahu membalas budi itu. Ia bersama tikus-tikus lain menggali pasir di bawah badan penyu, dengan harapan apabila air pasang naik penyu dapat membalikkan tubuhnya dengan mudah. Sementara menunggu kedatangan lutung, tikus-tikus itu menutupi tubuh penyu dengan tubuh mereka sendiri. Dan menari-nari sambil bersayir : “Mari kita ikut gembira ria … bersama sang lutung yang jenaka … yang berhasil menipu Raja Rimba … yang mengira betul ada penyu, padahala hanya kita yang ada…” Lutung yang datang bersama harimau sangan heran, dimanakah penyu? Mendengar syair tikus-tikus, harimau pun menjadi marah karena merasa ditipu. “Mana penyu yang kau katakan itu?” geramnya. Kemudian lutung itu diterkam oleh sang Harimau, dibawa lari kedalam hutan. (SELESAI)


ScrollStopMenu

Galey Fabel

Anak katak hijau yang nakal

Dahulu kala di sebuah kolam yan luas tinggalah seekor anak katak hijau dan ibunya. Anak katak tersebut sangat nakal dan tidak pernah mengindahkan kata-kata ibunya. Jika ibunya menyuruhnya ke gunung, dia akan pergi ke laut. Jika ibunya menyuruhnya pergi ke timur, dia akan pergi ke barat. Pokoknya apapun yang diperintahkan ibunya, dia akan melakukan yang sebaliknya.

“Apa yang harus kulalukan pada anak ini” pikir ibu katak. “Kenapa dia tidak seperti anak-anak katak lain yang selalu menuruti kata orang tua mereka.”

Suatu hari si ibu berkata,

“Nak, jangan pergi keluar rumah karena di luar sedang hujan deras. Nanti kau hanyut terbawa arus.”

Belum selelsai ibunya berbicara, anak katak tersebut sudah melompat keluar sambil tertawa gembira,”hore…banjir aku akan bermain sepuasnya!”

Setiap hari ibu katak menasehati anaknya namun kelakuan anak katak itu bahkan semakin nakal saja. Hal itu membuat ibu katak murung dan sedih sehingga dia pun jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah.

Suatu hari ketika dia merasa tubuhnya semakin lemah, ibu katak memanggil anaknya,”Anakku, kurasa hidupku tidak akan lama lagi. Jika aku mati, jangan kuburkan aku di atas gunung, kuburkanlah aku di tepi sungai.”

Ibu katak sebenarnya ingin dikubur di atas gunung, namun karena anaknya selalu melakukan yang sebaliknya, maka dia pun berpesan yang sebaliknya. Akhirnya ibu katak pun meninggal. Anak katak itu menangis dan menangis menyesali kelakuannya, “Ibuku yang malang. Kenapa aku tidak pernah mau mendengarkan kata-katanya. Sekarang dia telah tiada, aku sudah membunuhnya.”

Anak katak tersebut lalu teringat pesan terakhir ibunya. “Aku selalu melakukan apapun yang dilarang ibuku. Sekarang untuk menebus kesalahanku, aku akan melakukan apa yang dipesan oleh ibu dengan sebaik-baiknya.”

Maka anak katak itu menguburkan ibunya di tepi sungai.

Beberapa minggu kemudian hujan turun dengan lebatnya, sehingga air sungai dimana anak katak itu menguburkan ibunya meluap. Si anak katak begitu khawatir kuburan ibunya akan tersapu oleh air sungai. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sungai dan mengawasinya.

Di tengah hujan yang lebat dia menangis dan menangis. “Kwong-kwong-kwong. Wahai sungai jangan bawa ibuku pergi!”

Dan anak katak hijau itu akan selalu pergi ke sungai dan menagis setiap hujan datang. Sejak itulah kenapa sampai saat ini kita selalu mendengar katak hijau menangis setiap hujan turun.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Bende harimau wasiat

Harimau sedang asyik bercermin di sungai sambil membasuh mukanya. “Hmm, gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna lorengku sangat indah,” kata harimau dalam hati. Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya tidak tahan lagi. “Benar-benar keterlaluan si harimau !” kata Kancil menahan marah. “Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok! Sambil berpikir, ditengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok.

Setelah lama terdiam, “Hmm, aku ada ide,” kata si kancil tiba-tiba. “Tapi kau harus menolongku,” lanjut si kancil.

“Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting,” kata kancil pada kelinci.

“Tugas penting apa, Cil?” tanya kelinci heran. ” Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana.”

“Tapi aku takut Cil, benar nih rencanamu akan berhasil?”, kata kelinci. “Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik”. “Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi.”

Si kelincipun berjalan menemui harimau yang sedang bermalas-malasan. Si kelinci agak gugup menceritakan yang terjadi padanya. Setelah mendengar cerita kelinci, harimau menjadi geram mendengarnya. “Apa ? Kancil mau menghajarku? Grr, berani sekali dia!!, kata harimau. Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada. “Itu dia si Kancil!” kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan. “Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi,” kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak.

“Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?” Tanya harimau sambil marah. “Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting”. “Tugas penting apa?”. Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya. “Aku harus menjaga bende wasiat itu.” Bende wasiat apa sih itu?” Tanya harimau heran. “Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi penasaran. “Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu dari bende itu.” “Jangan, jangan,” kata Kancil. Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah agak lama berdebat, “Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?”, kata si kancil.

Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi…. Ternyata bende itu adalah sarang lebah! Nguuuung…nguuuung…..nguuuung sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah itu mengejar dan menyengat si harimau. “Tolong! Tolong!” teriak harimau kesakitan sambil berlari. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuur! Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah. “Grr, awas kau Kancil!” teriak Harimau menahan marah. “Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?”. Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi.

“Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah,” kata kancil. “Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?”. “Aku harap harimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini,” kata kelinci penuh harap.”



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Buaya dan burung penyanyi

Buaya dan Burung Penyanyi bersahabat akrab. Hari ini mereka asyik bercakap. Burung Penyanyi bertengger di hidung Buaya. Namun beberapa saat kemudian, Buaya merasa mengantuk. Ia menguap dan membuka mulutnya lebar-lebar. Oh, Burung Penyanyi yang bertengger di hidung Buaya terpeleset masuk ke dalam mulut Buaya. Sayangnya, Buaya tidak tahu.

Ia bingung mencari Burung Penyanyi yang kini tak ada lagi di hidungnya.

“Aneh! Ke mana Burung Penyanyi?” gumam Buaya.

“Ia pasti sedang mengajakku bercanda,” Buaya melihat ke belakang, ke ekornya. Namun burung itu tidak ada. Buaya lalu mencari Burung Penyanyi di semak-semak. Ia memasukkan moncongnya ke semak-semak di tepi sungai. Namun Burung Penyanyi tetap tidak ditemukannya. “Ke mana ia?” gumam Buaya kembali.

Buaya akhirnya memejamkan mata untuk tidur. Tapi tiba-tiba terdengar senandung merdu yang keluar dari dalam dirinya.

“Oh!” serunya heran. Matanya terbuka lebar. “Selama hidup, baru kali ini aku dapat bernyanyi. Wow, aku akan mengajak Burung Penyanyi sahabatku untuk bernyanyi bersama. Pasti akan sangat menyenangkan!”

Buaya kemudian asyik mendengarkan senandung yang keluar dari dalam dirinya. Setelah beberapa lama ia merasa lelah. Ia lalu membuka mulutnya, dan menguap lebar-lebar. Ketika akan menutup matanya, matanya melihat satu makhluk bertengger di hidungnya. Makhluk itu kelihatan sangat marah. Dia si Burung Penyanyi. “Kau jahat!” omel burung itu. “Mengapa kau tidak memberi tahu kalau ingin membuka mulut? Aku terjatuh ke dalam mulutmu, tahu? Menyebalkan!”

Buaya mengernyitkan dahi. “Jadi,” katanya, “Senandung yang terdengar dari dalam diriku itu suara senandungmu? Bukan senandungku?”

“Ya!” jawab Burung Penyanyi. Ekornya digoyang-goyangkan. “Kau kan tahu, kau tidak bisa bernyanyi sama sekali! Suaramu sangat sumbang! Tak enak didengar!”

Buaya sangat sedih mendengar perkataan itu. Airmatanya menetes. “Aku pikir senandung itu suaraku,” katanya pilu. “Kau tahu, aku ingin sekali bisa bernyanyi. Dan tadi kupikir aku sudah bisa menyanyi. Ternyata? Oh, betapa malangnya aku yang bersuara buruk!”

Burung Penyanyi merasa iba. Ia segera mencari cara untuk menghibur sahabatnya itu. “Teman, bagaimana kalau kau membuat gelembung-gelembung air dan aku bersenandung? Kita lakukan bersamaan. Suara yang terdengar pasti sangat enak didengar.”

Buaya setuju. Ia lalu memasukkan moncongnya ke dalam air dan membuat gelembung-gelembung. Burung Penyanyi bernyanyi. Suara nyanyiannya sangat pas dengan suara gelembung-gelembung air yang dibuat Buaya. Buaya senang sekali. Dan sejak itu mereka berdua selalu melakukan hal itu setiap hari.

Dan, agar Burung Penyanyi masuk lagi ke dalam mulutnya, Buaya selalu memberitahu dulu sebelum membuka mulutnya. Wow, rukun ya mereka!


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Buaya yang serakah

Pada suatu hari di sebuah sungai, seekor buaya yang sedang mencari-cari mangsa. Sudah tiga hari ia tidak mencari mangsa. Sebelumnya ia mendapatkan seekor babi yang besar dan gemuk. Lalu tertidur pulas selama tiga hari karena kekenyangan.

Moncong buaya sudah dibuka lebar di sungai menanti kalau ada ikan yang lewat. Tetapi sudah lama ia menunggu mangsanya tak kunjung datang. Tidak berapa lama muncul seekor ikan gurame di dekat moncongnya. “Hai buaya! Kelihatannya kau lapar sekali!” sapa ikan gurame persis di depan mulutnya yang ternganga.

“Kebetulan sekali kamu datang. Perutku lapar sekali karena belum diisi.

” ucap buaya dengan gembira. “Wahai buaya, kalau kau makan aku, pasti kau cepat lapar lagi.

Bukankah dagingku tidak seberapa besar? Tetapi kalau kau ingin mendapat mangsa yang lebih besar lagi, diujung sana ada seekor itik yang sedang berenang.

Tentu daging itik itu lebih besar dan lebih lezat daripada dagingku?” ujar ikan gurame memberi saran.

Buaya diam sejenak dan berpikir. Terbayanglah seekor itik yang besar dibandingkan dengan seekor ikan gurame. Buaya akhirnya mengikuti saran ikan gurame. Setibanya di dekat itik berada, ia langsung memburunya. Itik berlari ke darat untuk menghindari serangan buaya. Buaya terus mengejar, dan itik terdesak di sudut sebuah pohon. “Hati itik! Mau lari ke mana kamu?” gertak buaya.

“Jangan buaya! Janganlah kau mangsa aku, dagingku tidaklah seberapa besar. Kalau kau makan dagingku, pasti kau akan cepat lapar.” seru itik memohon. “Tetapi kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dari aku, aku dapat menunjukkan di mana tempatnya.” “Tidak, aku sudah lapar sekali. Dagingmu kurasa cukup lumayan untuk mengisi perutku yang kosong ini.” ujar buaya yang sudah merasa lapar sekali. “Tunggu, tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang besar, di hutan sebelah sana ada seekor kambing yang besar dan gemuk. Bukankah daging kambing lebih lezat jika dibandingkan dengan dagingku?” usul itik.

“Baiklah, kalau begitu tunjukkan aku di mana kambing itu berada sekarang.

Sebab aku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” Buaya menyetujui usul itik, karena ingin mendapatkan mangsa yang lebih besar lagi. Itik berjalan menuju hutan dan buaya mengikuti dari belakang. Sampailah di hutan yang dimaksud. Di sana terlihat seekor kambing yang memakan rumput dan daun-daunan.

Tubuh kambing itu lumayan besar dan kelihatan sehat dan segar. Perlahan-lahan ia mendekati kambing, sedangkan itik kembali ke sungai.

“Hai kambing! Sedang apa kau?” tanya buaya membuat kambing terkejut. “Aku sedang makan, memangnya ada apa?” jawab kambing sambil berhenti mengunyah rumput. “Aku juga mau makan.” ucap buaya sambil membuka moncongnya lebar-lebar. “Kalau begitu mari kita makan bersama. Rumputnya masih banyak jangan khawatir. Ayo kita makan!” ajak kambing itu. “Bodoh! Aku tidak suka makan rumput!” sahut buaya geram. “Lantas, kamu biasanya memakan apa?” tanya kambing lagi. “Aku suka makan daging. Mungkin dagingmu juga enak kalau kusantap. Alangkah lezatnya dagingmu.” kata buaya sambil membuka mulutnya.

“Tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dan lebih lezat, aku dapat menunjukkannya. Di hutan sebelah sana ada seekor gajah yang besar sekali. Bila kau dapat memangsangnya, kau pasti akan tahan beberapa hari tidak makan. Konon kabarnya daging gajah itu empuk dan sangat lezat rasanya.” bujuk kambing.

Buaya menyetujui bujukan kambing, karena terbayang akan mendapat mangsa yang lebih besar serta dagingnya empuk dan lezat. “Baiklah, sekarang tunjukkan aku di mana tempatnya?” seru buaya. “Baik, akan aku tunjukkan tempatnya, tapi aku tidak dapat mengantarkanmu karena aku belum selesai makan.” ucap kambing berdalih. “Ya, cepat tunjukkan saja arahnya.”

“Di sebelah barat sana di sana ada telaga. Disitulah tempat gajah-gajah berkumpul.” seru kambing. Buaya berlalu meninggalkan kambing untuk mencari gajah. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor kerbau. Lantas bertanya pada kerbau yang sedang berkubang itu. “Hai kerbau! Tahukah kau di mana tempatnya gajah berada? Kalau kau tahu tolong tunjukkan kepadaku,” sapa buaya pada kerbau. “Ada apa kau mencarinya?” tanya kerbau.

“Aku ingin sekali memakan dagingnya. Kata kambing, daging gajah itu empuk dan lezat rasanya.” Jawab buaya. “Baiklah kalau begitu, mari aku antarkan ke tempat gajah itu berada.” Ajak kerbau. Tibalah mereka di dekat telaga. Ada beberapa ekor anak gajah yang sedang minum air telaga. Kerbau pergi setelah menunjukkan tempatnya.

“Benar kata kambing. Gajah itu memang besar-besar. Aku pasti akan kenyang apabila dapat memakan seekor saja. Aku dapat tidur beberapa hari kemudian.” Seru buaya dengan perasaan gembira melihat mangsanya yang cukup besar-besar. Lalu didekatinya seekor anak gajah yang sedang minum itu.

“Hai gajah! cepat minumnya, karena aku akan segera memangsamu. Perutku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” ucap buaya kepada anak gajah. Anak gajah itu kaget mendengar ancaman buaya, lalu berteriak memanggil induknya. Tidak lama kemudian beberapa ekor gajah besar datang ke tempat itu. “Ada apa anakku?” Adakah yang mengganggumu?” tanya salah satu gajah yang paling besar. “Ya, aku diganggu oleh buaya itu. Katanya dia akan memangsaku.” Seru anak gajah sambil menangis. “Apa? Kau ingin memangsa anakku?” kata gajah besar dengan marah. “Oh, rupanya ada yang lebih besar lagi. Kalau begitu kau saja yang kumangsa, supaya perutku kenyang!” seru buaya yang serakah itu. “Cobalah kalau dapat, wahai buaya yag serakah!”

Buaya lalu menyerang gajah besar. Moncongnya yang panjang dengan gigi-giginya yang tajam menyerang gajah besar. Gajah besar melompat dan menginjak perut buaya. Dengan belalainya yang panjang ia melilit moncong buaya itu. Ketika ekor buaya ingin menyambar tubuh gajah besar, kaki gajah besar menghadangnya lalu menginjaknya. Buaya jadi tak dapat berkutik, karena moncong dan ekornya tidak dapat bergerak. Sedang kaki-kaki gajah besar terus menginjak-injak tubuh buaya hingga tak bernapas lagi.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Burung bangau dan seekor ketam

Pada zaman dahulu terdapat sebuah tasik yang sangat indah. Airnya sungguh jernih dan di dalamnya ditumbuhi oleh pokok-pokok teratai yang berbunga sepanjang masa. Suasana di sekitar tasik tersebut sungguh indah. Pokok-pokok yang tumbuh di sekitarnya hidup dengan subur. Banyak burung yang tinggal di kawasan sekitar tasik tersebut. Salah seekornya adalah burung bangau. Manakala di dalam tasih hidup bermacam-macam ikan dan haiwan lain. Ada ikan telapia sepat, kelah, keli, haruan dan bermacam-macam ikan lagi. Selain daripada ikan,terdapat juga ketam dan katak yang turut menghuni tasih tersebut.

Burung bangau sangat suka tinggal di kawasan tasik tersebut kerana ia senang mencari makan. Ikan-ikan kecil di tasik tersebut sangat jinak dan mudah ditangkap. Setiap hari burung bangau sentiasa menunggu di tepi tasik untuk menagkap ikan yang datang berhampiran dengannya. Beberapa tahun kemudian burung bangau semakin tua. Ia tidak lagi sekuat dulu untuk menangkap ikan. Kadang- kadang ia tidak memperolehi ikan untuk dimakan menyebabkan ia berlapar seharian.

Ia berfikir di dalam hatinya seraya berkata “Kalau beginilah keadaanya, aku akan mati kelaparan kerana tidak lagi berdaya untuk menangkap ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperolehi makanan dengan mudah”.

Burung bangau mendapat idea dan berpura-pura duduk termenung dengan perasan sedih di tebing tasik. Seekor katak yang kebetulan berada di situ ternampak bangau yang sangat murung dan sedih lalu bertanya “Kenapakah aku lihat akhir-akhir ini kamu asik termenung dan bersedih sahaja wahai bangau?”.

Bangau menjawab ” Aku sedang memikirkan keadaan nasib kita dan semua penghuni tasih ini.” “Apa yang merunsingkan kamu, sedangkan kita hidup di sini sudah sekian lama tidak menghadapi sebarang masalah.” Jawab katak. “Awak manalah tahu, aku sering terbang ke sana ke mari dan mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kemarau yang akan menimpa kawasan ini dalam beberapa bulan lagi. Kau lihat sajalah sejak akhir-akhir ini hari panas semacam aje, hujan pun sudah lama tidak turun”. Bangau menyambung lagi “Aku khuatir tasik ini akan kering dan semua penghuni di tasik ini akan mati.

” Katak mengangguk- ngangukkan kepalanya sebagai tanda bersetuju dengan hujah bangau tadi. Tanpa membuang masa katak terus melompat ke dalam tasik untuk memaklumkan kepada kawan-kawan yang lain.

Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh tasih begitu cepat dan semua penghuni tasik berkumpul ditebing sungai dimana bangau berada. Masing-masing riuh rendah menanyakan bangau akan berita tersebut. Seekor ikan haruan bertanya kepada bangau “Apakah cadangan engkau untuk membantu kami semua?” Burung bangau berkata “Aku ada satu cadangan, tetapi aku khuatir kamu semua tidak bersetuju.” “Apakah cadangan tersebut” kata haruan seolah-olah tidak sabar lagi mendengarnya.

Bangau berkata ” Tidak jauh dari sini ada sebuah tasik yang besar dan airnya dalam, aku percaya tasik tersebut tidak akan kering walaupun berlaku kemarau yang panjang.” “Bolehkah engkau membawa kami ke sana” sampuk ketam yang berada di situ. “Aku boleh membawa kamu seekor demi seekor kerana aku sudah tua dan tidak berdaya membawa kamu lebih daripada itu” kata burung bangau lagi.. Mereka pun bersetuju dengan cadangan burung bangau.

Burung bangau mula mengangkut seekor demi seekor ikan daripada tasik tersebut, tetapi ikan- ikan tersebut tidak dipindahkan ke tasik yang dikatakannya.Malahan ia membawa ikan-ikan tersebut ke batu besar yang berhampiran dengan tasik dan dimakannya dengan lahap sekali kerana ia sudah tidak makan selama beberapa hari.

Setelah ikan yang dibawanya dimakan habis, ia terbang lagi untuk mengangkut ikan yang lain. Begitulah perbuatanya sehingga sampai kepada giliran ketam. Oleh kerana ketam mempunyai sepit ia hanya bergantung pada leher burung bangau dengan menggunakan sepitnya. Apabila hampir sampai ke kawasan batu besar tersebut,ketam memandang ke bawah dan melihat tulang-tulang ikan bersepah di atas batu besar. Melihat keadaan tersebut ketam berasa cemas dan berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh bangau.” Lalu ia memikirkan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya daripada ratahan bangau yang rakus.

Setelah tiba di atas batu besar ketam masih lagi berpegang pada leher bangau sambil berkata “Dimanakah tasik yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?” Bangau pun tergelak dengan terbahak-bahak lalu berkata “Kali ini telah tiba masanya engkau menjadi rezeki aku.

” Dengan perasaan marah ketam menyepit leher bangau dengan lebih kuat lagi menyebabkan bangau sukar untuk bernafas, sambil merayu minta di lepaskan, ia berjanji akan menghantar ketam kembali ke tasik tersebut. Ketam tidak mempedulikan rayuan bangau malah ia menyepit lebih kuat lagi sehingga leher bangau terputus dua dan bangau mati di situ jua.

Dengan perasaan gembira kerana terselamat daripada menjadi makanan bangau ia bergerak perlahan-lahan menuju ke tasik sambil membawa kepala bangau. Apabila tiba di tasik, kawan-kawannya masih lagi setia menunggu giliran masing-masing.

Setelah melihat ketam sudah kembali dengan membawa kepala bangau mereka kehairanan dan ketam menceritakan kisah yang berlaku. Semua binatang di tasik tersebut berasa gembira kerana mereka terselamat daripada menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucakpan terima kasih kepada ketam kerana telah menyelamatkan mereka semua.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Cerita si anak ikan

Ceritanya mengisahkan seekor anak ikan dan ibunya yang sedang berenang-renang dilautan dalam. Ibu ikan sedang mengajar anak kesayangannya akan erti kehidupan danrealiti yang mereka hadapi. Anak ikan ini bertanya,

“Apa banyakkah perkara yang anakanda tidak ketahui wahai ibu?”.

Ibu ikan ini pun berkata, “Duhai anakku yang ku kasihi, sesungguhnya terdapat suatuperkara yang amat penting yang ibu ingin sampaikan…ajaran ini telah disampaikan olehpendita-pendita ikan yang terulung sejak zaman berzaman, telah disebarkan kepadaseluruh warga alam air ini dan ibu harap anakanda juga ambil berat apa yang ingin ibu katakan…Suatu hari nanti, anakanda akan beruji dengan godaan-godaan yang mengelirukan akal… akan anakanda jumpa cacing yang sungguh enak sedang dicucukoleh mata kail dan diikat pada tali yang tidak nampak oleh mata kasar.

Cacing itu kelihatan sungguh mengiurkan, sungguh lazat sehinggakan anakanda tidak terfikir akanapapun kecuali utk menikmati juadah yang enak itu… tetapi anakanda kena ingat ituhanyalah muslihat manusia, mengumpan anakanda ke alam lain yang penuh sengsara.”

“Alam apa itu ibu?” “Jika anakanda terjerumus ke perangkap manusia itu.. leher anakanda akan disentapoleh besi yang bercangkuk tajam dan akananda akan merasa kesakitan di muluanakanda. Kemudian, mereka akan tarik anakanda ke arah sesuatu yang menyilaupandangan sehingga anakanda rasa anakanda akan buta… anakanda akan di campakumpama sampah di perut perahu mereka dan anakanda akan berasa sesak keranaanakanda bukan lagi dikelilingi oleh air tetapi udara…

Kemudian mereka akan membawaanakanda ke pasar, mereka letakkan harga.

.ada manusia yang datang danmencocok-cocok badan anakanda sebelum ada yang membawa anakanda ke rumahmereka. Siksaan mereka belum selesai…manusia itu akan mengelar- ngelar anakanda,menghiris daging dan meletakkan garam dan .. pedihnya ibu tak dapat bayangkan danceritakan..”, sambil si ibu tunduk sayu dan ketakutan.

“Setelah dikelar-kelar… anakanda akan melihat minyak yang panas mengelegak, sehingga percikannya bisa meleburkan kulit anakanda yang halus itu… manusia kemudiannya akan menurunkan anakanda ke dalam minyak yang panas itu sehingga segala daging dan kulit anakanda melecur dan bertukar warna… Akhirnya.. anakanda akan dilapah, dimamah dan dikunyah oleh gigi-gigi manusia yang tidak mengenal erti belas kasihan itu… Semua siksaan itu berpunca dari godaan yang sedikit… ibu berpesan agar anakanda ingat dan berhati-hati di laut lepas tu…”

Si anak..hanya mengangguk-anggukkan kepalanya… dalam hatinya masih tidak yakin..kerana belum pernah ketemu cacing yang sebegitu… Suatu hari.. setelah di anak ini remaja..dan bersiar-siar dengan kawan-kawannya..mereka terlihat seekor cacing yang amat besar, tampak lazat berseri-seri… semuaikan-kan itu telah mendengar cerita dari orang tua masing-masing.. cuma baru sekarangmelihatnya dengan mata kasar sendiri.. masing- masing menolak satu sama lain.. dan mencabar-cabar agar pergi menjamah juadah itu.. akhirnya si anak yang tidak yakindengan ceritaibunya tadi berkata, ”

Ahhhh…masakan benar kata-kata ibuku.. makanan selazat ini tidak akanmendatangkan apa-apa kecuali kenyang perutku. Ini habuanku….”, terlintas nafsu yangdtg menggoda… lalu.. setelah si anak itu mengangakan mulutnya luas-luas dan denganrakusnya membaham cacing itu… mulut dan tekaknya terasa kesakitan yang amatsangat…setelah puas cuba melepaskan diri.. si anak tadi berasa kesal dan sedih dalamdirinya.. kerana dia tahu…apa yang ibu katakan memang benar…cuma segalanya sudah terlambat..hanya kerana nafsu.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Hiu dan lumba lumba

Ikan hiu dan ikan lumba-lumba mempunyai perangai yang berbeda, namun mereka tetap bersahabat. Ikan hiu dikenal mempunyai sifat serakah, ganas, dan kejam. Berlawanan dengan sifat ikan lumba-lumba yang penyabar dan bijak. Walaupun demikian mereka selalu bersama bila mencari makan.

Suatu hari, mereka beriringan mencari makan di lautan yang dalam. Ikan lumba-lumba senang memangsa ikan-ikan yang kecil, sedangkan ikan hiu lebih suka memangsa ikan-ikan yang besar. Ikan hiu mempunyai nafsu makan yang luar biasa.

Walaupun telah mendapat ikan yang besar sekalipun, kadang ikan hiu masih suka menangkap mangsa yang lain. Bahkan seringkali ikan hiu tidak menghabiskan mangsanya, karena perutnya sudah tidak muat lagi untuk menampung.

Ketika sampai di sebuah tempat, mereka segera mengejar-ngejar mangsa yang berada di sekitarnya. Ikan hiu dengan buasnya melahap ikan-ikan yang besar, sedang ikan lumba-lumba hanya memangsa ikan-ikan kecil yang berada di dekatnya. Ikan lumba-lumba memang tidak berminat memakan ikan-ikan yang besar, walaupun sebenarnya mudah didapat.

Tanpa sepengetahuan ikan hiu dan ikan lumba-lumba, tiba-tiba saja sebuah perahu nelayan berada tepat di atas mereka. Di atas perahu itu nampak dua orang nelayan yang akan menjaring ikan. Tidak lama kemudian, kedua nelayan menebarkan jaring-jaring perangkapnya.

Ikan hiu yang sedang memangsa ikan, terkejut melihat jaring-jaring yang ditebarkan nelayan itu. Namun dengan gerak cepat, ikan hiu dapat melesat dan menghindari jaring-jaring itu.

“Awas lumba-lumba! Ada jaring perangkap!” teriak ikan hiu memperingatkan ikan lumba-lumba. Tetapi sayang, karena gerakan ikan lumba-lumba tidak cepat, ia terperangkap.

“Tolong aku hiu! Aku terperangkap!” jerit ikan lumba-lumba meminta bantuan.

Ikan hiu mencoba memberikan pertolongan. Dengan gigi-giginya yang tajam ia berusaha memutuskan tali jaring-jaring perangkap itu. Tetapi usahanya sia-sia, karena kedua nelayan itu segera menarik jaring perangkapnya.

Saat menarik hasil tangkapannya, kedua nelayan itu merasa keberatan. Dengan sekuat tenaga perlahan-lahan hasil tangkapan itu dapat ditarik.

“Tampaknya hasil tangkapan kita banyak sekali hari ini!” ucap salah seorang nelayan dengan raut wajah gembira.

“Ya, kelihatannya begitu. Beratnya dua kali lipat dari biasanya!” ujar nelayan yang satunya lagi.

Lihat! Ada ikan yang besar sekali!” teriak salah seorang nelayan begitu melihat hasil tangkapannya di permukaan air.

“Pantas saja berat sekali!” seru nelayan yang satunya lagi. Kemudian mereka mengangkat hasil tangkapannya itu ke atas perahu.”Akan kita apakan ikan yang besar ini?” tanya nelayan itu.

“Sebaiknya kita jual saja bersama dengan ikan-ikan yang lain. Mungkin harganya lebih mahal!” jawab nelayan satunya. Mendengar dirinya akan dijual di pasar, ikan lumba-lumba hanya dapat menangis tersedu-sedu. Tubuhnya menggeliat kepanasan karena terik matahari yang mulai menyengat.

Kedua nelayan itu memperhatikan gerak-gerik ikan lumba-lumba yang menggeliat di atas perahu mereka. Kulitnya mulai mengering karena panasnya sinar matahari. Air mata ikan lumba-lumba mulai menetes dan membasahi seluruh tubuhnya.

“Lihatlah! ikan besar itu menangis!” seru seorang nelayan.

“Ya, tampaknya ikan itu sedih mendengar dirinya akan dijual di pasar.” Jawab nelayan yang satunya. “Bagaimana kalau ikan besar itu kita lepaskan kembali ke laut? Aku tidak tega melihat ikan ini menangis terus.”

“Baiklah kalau begitu, akupun tidak tega menjual ikan sebesar ini ke pasar. Kalau begitu mari kita lepas ikan ini.” Ucap nelayan yang satu dengan hati terharu.

Mereka mengangkat dan melepaskan ikan lumba-lumba ke laut. Ikan lumba-lumba berhenti menangis, hatinya berubah gembira tak terkira karena selamat dan tidak jadi dijual oleh nelayan itu. Sebagai tanda terima kasihnya, ikan lumba-lumba berlompat-lompat di depan perahu mereka, dan bersiul tanda gembira. Kedua nelayan itupun senang dan tersenyum melihat ikan lumba-lumba tidak bersedih lagi. Kemudian nelayan itu pulang.

“Hai hiu! Aku selamat!” sapa ikan lumba-lumba kepada ikan hiu dengan hati gembira.

“Bagaimana kau bisa lolos?” tanya ikan hiu keheranan.

“Nelayan-nelayan itu yang melepaskanku. Mereka itu baik hatinya. Mereka tidak sampai hati menjualku ke pasar. Padahal katanya, aku bisa dijual dengan harga mahal.” Cerita ikan lumba-lumba pada ikan hiu.

“Ah tidak, nelayan-nelayan itu serakah! Seharusnya aku yang mendapatkan ikan-ikan besar tadi. Karena nelayan itu menjaringnya aku jadi tidak kebagian!” ujar ikan hiu dengan hati kesal.

“Tidak kawan, nelayan itu tidak serakah. Kalau mereka serakah, pasti aku sudah dijualnya tadi.” Ucap ikan lumba-lumba menyangkal pendapat ikan hiu.

“Tidak, aku tetap tidak suka dengan nelayan itu. Mereka tangkap semua ikan-ikan yang seharusnya menjadi bagianku. Kelak suatu saat, bila ada perahu nelayan yang hancur diterjang badai, aku akan memangsa mereka sebagai gantinya.” Demikian ikan hiu bersumpah.

“Jangan kawan, janganlah kamu berbuat begitu. Kamulah yang sebenarnya serakah. Tidak puaskah kamu memakan ikan-ikan yang ada. Rasa-rasanya kita tidak akan kekurangan makanan, walaupun nelayan-nelayan itu menangkapi ikan-ikan di sini setiap hari.” Tutur ikan lumba-lumba menasihati.

“Bila kelak ada manusia yang tertimpa musibah, aku pasti akan menolongya. Sebab aku merasa berhutang budi kepada nelayan yang telah menolongku. Aku tak akan melupakan budi baik mereka. Makanya aku berjanji akan selalu menolong manusia yang kesusahan.” Begitulah janji ikan lumba-lumba untuk membalas kebaikan manusia.

Sampai di sinilah kisah ikan hiu dan ikan lumba-lumba, dua tokoh yang berlainan sifatnya. Ikan hiu yang mempunyai sifat buruk merasa dendam dengan manusia, lantas dia membenci manusia. Sedangkan ikan lumba-lumba merasa berhutang budi kepada manusia, sehingga ikan lumba-lumba berjanji akan selalu menolong manusia yang tertimpa musibah.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ikan salem yang gigih

Alkisah hiduplah sekelompok ikan salem di lautan. Ikan salem hidup berkelompok dan mencari makan di laut lepas bersama-sama. Suatu ketika, tibalah saatnya ikan-ikan salem berkembang biak. Salem betina bertelur di atas karang-karang di dasar laut, kemudian telur-telur itu dibuahi oleh telur-telur salem jantan. Tetapi sayang, belum sempat telur itu menjadi anak, banyak binatang lain yang memangsanya. Pemangsa telur-telur itu diantaranya adalah kepiting, penyu, dan ikan-ikan lainnya. Tentu saja hal itu membuat ikan salem murka. Kalau hal itu berlanjut terus, maka bisa dipastikan ikan-ikan salem akan punah.

Suatu hari datanglah seekor kepiting merusak telur-telur ikan salem. Ikan salem betina mengadukan hal itu kepada ikan salem jantan ketika dilihatnya seekor kepiting sedang memakan telur-telur ikan salem. Ikan salem jantan marah bukan kepalang lalu segera menghampiri kepiting yang sedang melahap telur.

“Hai kepiting! Kenapa kau makan telur-telur kami?! tegur ikan salem jantan murka. “Memang kenapa? Bukankah telur-telurmu ini enak sekali untuk dimakan?” sahut kepiting membuat ikan salem jantan bertambah murka. “Kepiting jahat! Teganya kau makan telur-telur kami. Bagaimana kami bisa berkembangbiak nanti? Tidak lama lagi kamu pasti akan punah, tidak punya keturunan.” Seru ikan salem betina sambil menangis.”Biar saja yang penting aku tidak kelaparan!” sahut kepiting acuh.

Mendengar ucapan kepiting yang menyakitkan itu, ikan salem jantan langsung menyerang kepiting. Kepiting mencoba melawan dengan menggunakan capitnya yang besar. Terjadilah perkelahian yang seru antara ikan salem jantan dengan kepiting. Capit kepiting sebelah kiri patah oleh serangan ikan salem jantan. Namun ikan salem jantan pun tubuhnya luka-luka karena terkena jepitan capit kepiting.

Melihat ikan salem jantan luka-luka, ikan salem betina tidak tinggal diam. Dengan gerakan cepat ikan salem betina ikut menyerang kepiting dari arah belakang. Akibat serangan itu kepiting kehilangan kedua capitnya.

Kepiting itupun lari setelah kehilangan kedua senjatanya. Ikan-ikan salem yang lain menyambut gembira dengan kemenangan ikan salem itu. Ikan salem jantan memuji ikan salem betina yang dengan berani membantu ikan salem jantan, sehingga kepiting itu lari ketakutan.

Ikan salem kembali hidup dengan tenang. Setelah kejadian itu kepiting tidak pernah muncul lagi mengganggu telur-telur ikan salem. Tetapi ketenteraman ikan-ikan salem tidak berlangsung lama, karena sekelompok udang raksasa telah mengintai telur-telur mereka di malam hari. Keadaan itu tentu saja membuat ikan-ikan salem gelisah kembali.

Sebab bagaimana mungkin mereka dapat melawan udang-udang raksasa itu, sedangkan udang-udang raksasa itu selalu beraksi di malam hari, di saat ikan-ikan salem sedang tertidur lelap. Untuk memecahkan masalah itu, ikan-ikan salem berunding.

“Aku mempunyai usul…!” ujar salah satu ikan salem jantan. “Ya, bagaimana usulmu kawan?” tanya ikan salem jantan lainnya. “Begini, bagaimana kalau mulai malam nanti kita semua tidak usah tidur. Kita semua berjaga-jaga untuk melawan udang raksasa.” Seru ikan salem itu. Bukankah kita sudah lelah seharian mencari makan, mana mungkin kita kuat tidak tidur semalaman, sedangkan esok hari kita harus mencari makan lagi.” Ujar ikan salem betina merasa keberatan. “Betul…, betul…” ujar ikan salem betina lainnya.

“Baik, baiklah begini saja. Bagaimana kalau ikan salem jantan saja berjaga bergantian. Sedangkan ikan salem betina tidak usah berjaga. Namun bila ada udang raksasa datang menyerang, kita semua harus bangun untuk melawannya bersama-sama. Bagaimana, setuju semua?” usul ikan salem yang paling besar. “Setuju, kami semua setuju!” akhirnya mereka semua sepakat dengan keputusan itu. Hari menjelang sore. Matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Ikan-ikan salem terlihat sedang beristirahat karena kelelahan. Tiba saatnya ikan-ikan salem jantan bergantian jaga malam untuk melindungi telur-telurnya dari serangan udang raksasa. Hingga hari menjelang malam, keadaan sepi-sepi saja. Tidak nampak seekor binatang lain yang mengganggu.

“Hei kawan…, bangunlah. Kini giliran kamu yang berjaga.” Bisik salah satu ikan salem yang sudah mengantuk. “Apa?” sahut ikan salem yang baru saja terbangun. “Baiklah sekarang giliranku untuk berjaga. Silakan kamu beristirahat.” “Baiklah, aku lelah sekali. Berhati-hatilah kamu, kalau ada kejadian cepat bangunkan teman-teman semua.” Pesan ikan salem itu. Tak lama kemudian ikan salem itu tidur. Giliran ikan salem yang baru terbangun itu berjaga. Matanya yang masih lekat itu memandangi telur-telur yang ada di atas karang. Kelihatannya aman tidak ada apa-apa, pikirnya dengan hati agak tenang. Namun beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja datang sekawanan udang raksasa dari arah selatan. Udang-udang raksasa itu sengaja datang di tengah malam untuk memakan telur-telur ikan salem.

Ikan salem yang sedang berjaga segera bersembunyi setelah mengetahui kedatangan udang-udang raksasa itu. “Wah! jumlah mereka banyak sekali.” Pikir ikan salem itu. Udang-udang raksasa tersebut lalu menuju ke tempat telur-telur ikan salem itu berada. Sedangkan ikan salem yang berjaga segera melaporkan kejadian itu kepada teman-temannya. “Sssss… perlahan-lahan, nampaknya ikan-ikan salem itu tertidur semua. Ayo kita makan telur-telur mereka sampai habis.” Ucap salah seekor udang yang paling besar. “Ya benar, tetapi janganlah terlalu lama karena nanti bisa ketahuan oleh ikan-ikan salem itu.” Seru udang raksasa yang lain.

Pada saat yang bersamaan ikan salem itu sudah membangunkan semua temannya. Mereka semua telah siap bertarung mati-matian untuk mempertahankan telur-telur mereka. Kemudian ikan-ikan salem itu berpencar untuk mengepung udang-udang raksasa dari segala arah. Tak ketinggalan yang betina pun ikut bertarung. Tidak berapa lama terjadilah pertarungan yang seru antara kelompok ikan salem dan kelompok udang raksasa. Namun dalam pertarungan tersebut ikan salem banyak yang gugur, terutama ikan salem jantan. Tidak sedikit pula ikan salem betina yang gugur demi membela telur-telur mereka.

“Wahai salem betina! Mengungsilah kalian ke tempat yang aman dan selamatkanlah telur-telur itu agar menetas di sana!” teriak seekor ikan salem jantan. “Lantas bagaimana dengan nasib kalian!?” seekor ikan salem betina bertanya. “Tidak usah pikirkan kami, kami akan berjuang mati-matian melawannya! Cepatlah pergi, sebelum terlambat!” sahut ikan salem jantan. “Baiklah kalau begitu, mari kita cepat berangkat!” ajak ikan salem betina kepada ikan salem betina lainnya. “Tapi kemana kita hendak pergi?” tanya seekor ikan salem betina.”Sebaiknya kita pergi ke hulu sungai saja, di sana pasti aman.” Seekor ikan salem betina menyarankan.

“Tetapi hulu sungai itu kan sulit dijangkau.” Sahut ikan salem betina lain. “Memang betul, untuk mencapai hulu kita harus melawan arus dan mendaki. Tapi kita harus berjuang menyelamatkan telur-telur kita agar bisa sampai ke hulu dan bisa menetas di sana. Lihatlah ikan-ikan salem jantan! Mereka rela mati untuk membela kita, maka kita pun harus rela berkorban demi menyelamatkan telur-telur kita.” Sahut seekor ikan salem betina dengan bijak. “Baiklah, mari kita berangkat.”

Mereka segera berduyun-duyun menuju muara sungai dengan membawa telur-telurnya. Sesampainya di muara mereka dengan sekuat tenaga mendaki menuju hulu sungai dengan melawan arus yang deras. Perjuangan ikan salem betina tak kalah kerasnya dengan perjuangan salem jantan. Banyak ikan salem betina yang gugur karena terkena batu-batu yang runcing saat melompati tebing, salem jantan pun banyak yang mati terkena cabikan udang raksasa yang ganas.

Beberapa ikan salem betina akhirnya sampai pada hulu sungai dengan selamat. Mereka bahagia dapat menyelamatkan telur-telur mereka sampai di hulu. Walaupun akhirnya mereka itu harus mati karena kelelahan.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Jian anjing dan raku kura kura

Whuuuz… whuuuzz…

Ibu Mia Kucing terbangun mendengar suara ribut-ribut. Ia keluar rumah dan bertanya pada Bu Abi Kambing.

“Siga si Raja Hutan ulang tahun. Seluruh penghuni hutan diundang ke pestanya malam nanti.”

“Kok mendadak begini?” tanya Bu Mia heran.

“Raja baru ingat pagi ini. Persiapannya jadi serba terburu-buru. Raja menyuruh Raku Kura-kura dan Kiki Kelinci menempelkan undangan di pohon.”

“Oh, dua pelari cepat itu? Pantas ribut ekali,” omel Bu Mia Kucing.

“Kalau bukan mereka berdua, siapa lagi yang bisa disuruh?”

“Benar juga,” sahut Bu Mia. “Walaupun Raku Kura-kura itu berkaki pendek, namun larinya … wow, luar biasa!”

Malamnya, semua hewan di hutan berkumpul di halaman istana. Pakaian dan perhiasan mereka serba gemerlap. Dan tentu saja mereka tak lupa membawa hadiah untuk Raja Siga Singa. Hadiah-hadiah itu diletakkan teratur di atas meja di dekat pagar istana. Hanya Jian Anjing yang tidak menumpuk hadiahnya bersama yang lain. Diletakkannya hadiah mangkuk kristal bening itu di bawah meja. Ia takut mangkuk itu pecah jika tertindih hadiah-hadiah lain.

Sementara itu …

“Hosh! Hosh! Sepertinya pesta sudah mulai. Ukh, untung Raja belum muncul,” gumam Raku Kura-kura terengah-engah. Ia datang sedikit terlambat. Walau larinya cepat, tapi rumahnya paling jauh dari istana.

Ketika hendak bergabung dengan tamu-tamu lainnya, Raku Kura-kura ragu-ragu sejenak. Kemudian secepat kilat ia bersembunyi di bawah meja tempat tumpukan hadiah.

“Gawat!” desisnya.” Semuanya berpenampilan mewah. Bisa-bisa aku jadi tamu berpenampilan terburuk,” Raku Kura-kura cemas memandangi tubuhnya yang polos tanpa hiasan sedikitpun.

Raku Kura-kura sudah biasa menjadi pusat perhatian karena larinya yang sangat cepat. Apalagi setelah ia berhasil mengalahkan Kiki Kelinci dalam suatu pertandingan lari. Namun, tak mungkin kan ia harus berlari ke sana ke mari untuk menarik perhatian.

Ah! Tiba-tiba matanya melihat sebuah mangkuk kristal indah di sampingnya. Milik siapa ini? pikir Raku Kura-kura. “Ah, aku tahu!” serunya ketika mendapat ide.

Gluduk gluduk! Dengan hati-hati ia menggelindingkan mangkuk itu ke balik semak-semak. Dibalurinya dengan getah dan daun sampai warnanya berubah kehijauan. Lebih bagus daripada warna bening tadi. Mangkuk itu lalu diikatnya ke punggungnya dengan akar-akar pohon. Berat, tapi tak jadi soal. Penuh percaya diri Raku Kura-kura masuk ke halaman istana. Semua mata langsung tertuju padanya.

“Wah, Raku Kura-kura! Indah sekali benda yang ada di punggungmu! Hijau kemilau seperti zamrud!” decak para tamu kagum.

Raku Kura-kura mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Ia puas diperhatikan seperti itu. Namun Jian Anjing menatapnya curiga. Ia yakin benda di punggung Raku Kura-kura adalah mangkuk kristal miliknya. Jian Anjing segera memeriksa kolong meja tempat hadiah. Benar! Mangkuk kristalnya menghilang! Ia langsung berteriak, “Raku Kura-kura, pencuri! Kembalikan mangkuk kristalku!”

Tamu-tamu pesta kaget dan bingung.

“Cepat lepaskan mangkuk itu dari punggungmu!” Jian Anjing berusaha menarik lepas mangkuk itu. Tapi akar pohon yang melilit terlalu kuat. Keduanya sama-sama terpental.

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar,

“Siapa yang berani membuat keonaran di hari ulang tahunku?!” Siga si Raja Hutan muncul. Ia duduk di singasananya sambil melotot ke arah Raku Kura-kura dan Jian Anjing. Semua terdiam menahan napas.

“Maaf, Baginda,” sembah Jian Anjing hormat. “Tapi mangkuk yang akan hamba hadiahkan untuk Baginda telah dicuri Kura-kura ini.”

“Tidak, Baginda!” bantah Raku Kura-kura tegas. “Mangkuk ini hamba temukan di kolong meja itu. Hamba cuma bermaksud meminjamnya sebentar.”

“Tapi kau mengambilnya tanpa seijinku. Itu mencuri namanya!” Keduanya terus berbantahan.

“DIAM!” bentak si Raja Hutan. Ia menyuruh Raku Kura-kura segera mengembalikan mangkuk itu.

“Tapi akar-akar yang melilit di tubuh hamba terlalu kuat. Sepertinya … mangkuk ini tidak bisa dilepas,” elak Raku Kura-kura.

“Raku Kura-kura, aku tahu kau menyukai mangkuk itu,” kata Siga Raja Hutan. “Jian Anjing sebenarnya hendak memberikan mangkuk itu untukku. Tapi rasanya mangkuk itu memang lebih pantas untukmu. Baiklah, kuizinkan kau memilikinya. Mulai sekarang, teruslah ke mana-mana dengan mangkuk di punggungmu.”

“Terima kasih, Baginda,” Raku Kura-kura mencibir ke arah Jian Anjing yang terpaksa merelakan mangkuk itu.

“Tapi…” lanjut Siga Raja Hutan, “Sebagai gantinya, kemampuan berlari cepatmu kuberikan pada Jian Anjing. Adil, bukan?”

Sejak itu Raku Kura-kura cuma bisa berjalan lambat-lambat, dan menjaga agar mangkuk kristal di punggungnya tidak jatuh. Sering ia menyesali keadaan dirinya. Karena tak ada lagi yang mengelu-elukan kecepatan larinya.

Itu sebabnya sampai sekarang bangsa kura-kura memiliki mangkuk keras di punggungnya. Dan tetap berjalan lambat. Kalau bertemu makhluk lain, mereka cepat-cepat menyusupkan kepala ke dalam mangkuknya. Mungkin malu kalau ada yang menanyakan tentang Raku, nenek moyang mereka yang serakah.

Sementara itu, bangsa anjing sampai kini bisa berlari cepat. Dan terbiasa mengejar pencuri seperti Jian, nenek moyang mereka.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil dan buaya

Pada zaman dahulu Sang Kancil adalah merupakan binatang yang paling cerdik di dalam hutan. Banyak binatang-binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi tempat tumpuan binatang- binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap yang sombong malah sedia membantu pada bila-bila masa saja.

Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Oleh kerana makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan Sang Kancil bercadang untuk mencari di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat panas, menyebabkan Sang Kancil berasa dahaga kerana terlalu lama berjalan, lalu ia berusaha mencari sungai yang berdekatan. Setelah meredah hutan akhirnya kancil berjumpa dengan sebatang sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang masa Sang Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kedinginan air sungai tersebut telah menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.

Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai, apabila terasa penat ia berehat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rendang di sekitar kawasan tersebut. Kancil berkata didalam hatinya “Aku mesti bersabar jika ingin mendapat makanan yang lazat-lazat”. Setelah kepenatannya hilang, Sang Kancil menyusuri tebing sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya. Apabila tiba di satu kawasan yang agak lapang, Sang Kancil terpandang kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai.”Alangkah enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan tersebut” fikir Sang Kancil.

Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana untuk menyeberangi sungai yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kacil terpandang Sang Buaya yang sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa berlengah-lengah lagi kancil terus menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata ” Hai sabahatku Sang Buaya, apa khabar kamu pada hari ini?” buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi “Khabar baik sahabatku Sang Kancil” sambung buaya lagi “Apakah yang menyebabkan kamu datang ke mari?” jawab Sang Kancil “Aku membawa khabar gembira untuk kamu” mendengar kata-kata Sang Kacil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang dibawa oleh Sang Kancil lalu berkata “Ceritakan kepada ku apakah yang engkau hendak sampaikan”.

Kancil berkata “Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman supaya menghitung jumlah buaya yang terdapat di dalam sungai ini kerana Raja Sulaiman ingin memberi hadiah kepada kamu semua”. Mendengar saja nama Raja Sulaiman sudah menggerunkan semua binatang kerana Nabi Sulaiman telah diberi kebesaran oleh Allah untuk memerintah semua makhluk di muka bumi ini.

“Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun kedasar sungai untuk memanggil semua kawan aku” kata Sang Buaya. Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan. Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing sungai.

Sang Kancil berkata “Hai buaya sekelian, aku telah diperintahkan oleh Nabi Saulaiman supaya menghitung jumlah kamu semua kerana Nabi Sulaiman akan memberi hadiah yang istimewa pada hari ini”. Kata kancil lagi “Beraturlah kamu merentasi sungai bermula daripada tebing sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana”.

Oleh kerana perintah tersebut adalah datangnya daripada Nabi Sulaiman semua buaya segera beratur tanpa membantah. Kata Buaya tadi “Sekarang hitunglah, kami sudah bersedia” Sang Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut “Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk” sambil mengetuk kepala buaya begitulah sehingga kancil berjaya menyeberangi sungai. Apabila sampai ditebing sana kancil terus melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata” Hai buaya-buaya sekalian, tahukah kamu bahawa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada hadiah yang akan diberikan oleh Nabi Sulaiman”.

Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya berasa marah dan malu kerana mereka telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara sehingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Burung hantu dan belalang

Jaman dahulu, di sebuah hutan hidup Seekor burung hantu tua. Suatu ketika ia keluar dari sarangnya karena merasa terganggu mendengar seekor belalang bernyanyi dengan sangat berisik.

"Kau tak punya sopan santun ya? Setidaknya hormatilah aku, karena usiaku. Biarkan aku tidur tenang," kata burung hantu tua kepada belalang, "Diamlah atau pergilah segera!"

Belalang mengacuhkan ucapan burung hantu tua. Soalnya, belalang merasa berhak untuk tetap di tempat sambil terus bernyanyi. Yang ada malah belalang bernyanyi lebih keras. Memekakkan telinga.

Burung hantu tua tahu tak berguna berdebat dengan belalang. Tubuh rentanya membuatnya sulit bergerak cepat. Karena itu, dia berkata baik-baik kepada belalang,

"Baiklah, ketimbang berdebat lebih baik aku mengalah. Mari kunikmati nyanyianmu di sini, sekarang juga. Oiya, aku memiliki banyak makanan dan minuman di sarangku. Bila kamu sudah selesai bernyanyi kemarilah. Nikmati makanan dan minuman ini bersamaku."

Belalang itu mengikuti ucapan burung hantu tua. Sewaktu berada dalam jarak yang cukup, burung hantu tua segera menerkam belalang. Mati dimakanlah belalang bodoh.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kancil dan kecoa

Pada suatu hari Kancil bertemu dengan seekor kecoa yang mengadu karena dirinya selalu diburu petani di rumahnya karena dianggap mengganggu. Sambil menangis terisak-isak Si Kecoa menceritakan dirinya diutus teman-temannya berjalan jauh masuk ke dalam hutan semata-mata untuk minta petunjuk Sang Kancil yang tersohor sangat bijaksana dan cerdik. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, akhirnya kecoak bertemu dengan kancil. Kecoak pun menceritakan maksudnya dan cerita panjang lebar pada Kancil.

“Hiks...hiks....begitulah Sang Kancil, aku selama ini diburu-buru oleh Pak Tani dan keluarganya tiap kali ada di dapur dan di ruang makan mereka. Padahal kami hanya mencari makan di sana, tidak berniat mengganggu sama sekali” . Sang Kancil tersenyum menenangkan hati Kecoa, lalu menjawab pertanyaan Kecoa dengan kalimat singkat. “Masuklah ke rumahku. Baca buku tentang biologi kecoa, lalu baca buku tentang rumah petani. Setelah itu datang lagi padaku”.

Begitulah akhirnya Si Kecoa selama satu minggu penuh menginap di rumah Kancil untuk membaca buku-buku tentang kehidupan kecoa dan tentang rumah petani. Dia bekerja keras memahami dan mencatat point-point penting dari buku yang dibacanya. Kebetulan dia pernah diajar Sang Kancil tentang cara membaca dan memahami buku dengan cepat. Seminggu kemudian dia kembali menghadap Sang Kancil dengan muka muram.

“Wahai Sang Kancil yang bijaksana. Saya telah membaca buku-buku tentang kecoa dan tentang rumah petani di rumahmu. Tapi aku tidak tahu apa gunanya bagiku?. Aku tidak paham bagaimana buku-buku itu bisa mengatasi masalahku sebagai sekelompok kecoa yang dikejar-kejar petani”. Sang Kancil lalu menjawab dengan sabar atas kegagalan Si Kecoa menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya.

“Tahukah kamu apakah yang suka dimakan kecoa?” “Mirip dengan makanan manusia dan hewan peliharaan. Tapi selama ini aku cukup puas dengan makanan sisa di kamar makan, di dapur dan tempat cuci piring” “Selain di dapur ada di mana lagi makananmu tersedia di rumah petani?”. Kemudian Kecoa diam sejenak sambil membuka-buka catatannya.

“Hmmmm....menurut buku tentang rumah petani,mereka memiliki tempat sampah untuk membuang sisa makanan. Itu bisa jadi sumber makanan bagiku” “Lalu mengapa Petani mengejar-ngejar kamu?” “Menurut buku, kecoa dianggap sebagai tempat menempelnya bakteri yang mungkin membahayakan manusia. Jadi Pak Tani takut bakteri yang menempel di permukaan tubuhku akan berpindah kemana-mana dan membuat keluarganya sakit” “Nah itu jawabannya. Pergilah pulang dan berpikirlah. Kamu pasti tahu jawaban atas masalahmu”.

Dengan penuh tanda tanya Kecoa terpaksa pulang kembali ke rumahnya. Dia malu untuk bertanya-tenya lagi, secara dia sudah dianggap mampu mencari jawaban sendiri. Sambil berjalan pulang Si Kecoa berpikir keras, berusaha menghubung-hubungkan pertanyaan Sang Kancil dengan resep agar tidak dikejar-kejar petani. Sampai akhirnya dia menemukannya. Si Kecoa meloncat-loncat kegirangan atas penemuan jawaban itu. Rasanya tak sabar lagi untuk menemui teman-temannya.

“Ahaay....! Aku tahu jawabannya!!. Teman-teman kita harus pindah dari dapur dan kamar makan ke tempat sampah Pak Tani yang ada jauh di dalam kebun. Pak Tani membuat gubuk tanpa dinding untuk menimbun sampah dan dibuat kompos. Tempat itu cukup hangat untuk kecoa yang suka sekali tempat hangat. Kita harus pindah ke situ!. Paling tidak di situ berkuranglah frekuensi kita diburu oleh Pak Tani, karena mereka jarang berada lama di sana” teriak Kecoa pada teman-temannya saat dia telah dekat dengan rumah.

Begitulah adik-adik, Rupanya dengan bijak Sang Kancil tidak langsung memberi jawaban atas masalah para kecoa karena dia tidak ingin membuat kecoak sakit hati dengan mengatakan kalau Kecoak memang penuh bakteri dan tidak seharusnya dekat dengan manusia. Kancil percaya, Si Kecoa cukup cerdas untuk mencari sendiri jawaban atas masalah yang dihadapinya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Laba laba pembohong

Suatu hari di sebuah hutan berbukit-bukit, angin beristirahat setelah sekian lama bertiup. Di puncak bukit, dibalik batu besar, angin tertidur panjang. Sementara itu, para binatang mulai merindukan angin. Merekapun mengirimkan laba-laba untuk mencari angin. Tidak lama, laba-laba menemukan angin dan membangunkannya. Angin tidak suka tidurnya diganggu olah laba-laba. Anginpun mengusir laba-laba dan kembali tidur.

Karena laba-laba berjalan dengan perlahan, butuh waktu yang lama baginya turun dari bukit. Dalam perjalanannya, dia bertemu lalat yang juga dikirim untuk mencari angin. Laba-laba berbohong kepada lalat dengan mengatakan bahwa ia telah menemukan angin dan berhasil membujuknya. Padahal, sebenarnya angin mengusir laba-laba. Mendengar berita bagus itu, lalat pulang lebih dulu dan berencana mengakui bahwa ia yang terlebih dulu bertemu angin, bukannya laba-laba. Ia berharap akan mendapatan pujian dari para binatang.

Rencana berjalan lancar. Ia tiba di bawah sebelum laba-laba. Dengan berbohong, lalat menceritakan perjalanan beratnya untuk menemukan angin. Para binatang merayakan keberhasilan lalat dan memuji lalat setinggi langit. Sementara, saat laba-laba pulang, ia diusir oleh para binatang karena tidak berhasil menemukan angin. Sejak saat itulah laba-laba dan lalat menjadi musuh. Laba-laba sengaja membuat jebakan untuk membunuh dan memakan lalat. Sementara itu, angin sudah bangun dari tidur dan mulai bertiup kembali.

Pesan Moral dari Dongeng Fabel Laba-Laba Pembohong adalah :

Jangan suka berbohong kepada teman atau siapa pun, Jika kita berbohong akan dijauhi teman. Belajarlah jujur walau itu tidak enak bagi kita. sifat jujur adalah mulia dan disukai Tuhan.

(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kuda dan anjing

Zaman dahulu, anjing memang sudah bersahabat dengan kuda. Mereka kemana-mana selalu bersama, jika kuda sedang makan rumput di padang, anjing menunggu sambil tiduran. Demikian juga jika anjing sedang makan, kuda pun duduk sambil mengunyah – ngunyah rumput. Meskipun begitu, anjing sering usil pada kuda. Namun Kuda adalah binatang yang sabar. Walau diusik dengan keusilan anjing, ia tetap saja tersenyum.

“Hai, kuda ! Aku mendengar manusia menuduh kawannya. Manusia itu mengatakan bahwa senyum kawannya itu seperti senyum kuda.” Kata Anjing. Kuda tidak menjawab . Ia hanya tersenyum . “Apakah senyummu itu menarik atau menjijikan ?” Tanya anjing menggoda kuda . “Manusia memang ada-ada saja yang diceritakan, mereka pandai mencaci, tetapi mereka sendiri tetap jahat.” Kata kuda, yang merasa dirinya juga tersinggung dengan ucapannya itu. “Hai anjing ! aku juga sering mendengar manusia menuduh sesamanya. Katanya senyum manusia itu seperti anjing. Apa ya, kira-kira makudnya ?” Balas kuda.

Anjing yang merasa terpukul lalu menjawab. “Ah, sama saja dengan katamu tadi bahwa manusia suka mencaci, menjelek-jelekkan orang lain. Padahal mereka sendiri lebih jelek. Bukankah mereka itu yang membunuh dan membakar anjing ? Senyum anjing dibakar adalah senyum penderitaan bukanlah senyum kegembiraan.”

Suatu ketika, anjing mengundang kuda agar datang ke rumahnya. Ia hendak mengadakan pesta, kuda datang tanpa curiga. Sambil membawa bingkisan dedak padi bercampur garam.

Ketika kuda tiba di rumah anjing, persiapan pesta telah siap. Kambing, kerbau, dan lembu juga hadir.”

“Saudara-saudara, acara pesta akan kita mulai, saya harap saudara – saudara duduk dengan tertib.” kata anjing. “Mbek, ……. Sejak nenek moyangku belum pernah duduk, susah juga nih !” kata Kambing. “Saya juga belum pernah duduk, tapi kita harus menghormati tuan rumah.” Kata Kuda juga. “Uh…..betul-betul terlalu, masak kita disuruh duduk ! apakah anjing tidak tahu bahwa kita tidak dapat duduk ?” Ucap lembu kesal merasa dipermainkan. “Saya jadi serba salah mana mungkin saya dapat duduk seperti anjing !” kata kerbau.

Anjing yang sejak tadi di dapur menyediakan makanan, diam-diam mendengarkan keluhan para tamunya tersebut, ia pun tertawa dalam hati. “Tahu rasa kalian !” kata anjing dalam hati sambil berjalan menuju ke ruang tamu. “Silakan duduk dengan enak, saudara – saudara ! Mengapa kelihatan gelisah ? apa ruang tamu ini kurang serasi ?” kata anjing sambil menyodorkan makanan.

Mereka terdiam sambil terus mencoba duduk. Kambing duduk dengan kaki belakang selonjor. Kaki depan ditopangnya. Punggungnya terasa pegal, mau patah. Kuda juga begitu. Kerbau berkali-kali terguling karena kaki depannya sulit menopang perutnya yang besar, lembu melenguh-lenguh menahan napasnya yang terasa sesak. Akhirnya tamu – tamu itu memberontak dan marah-marah. Apalagi ketika mereka mendengar anjing tertawa terbahak – bahak di dapur.

“Kurang ajar, kau ! Berani mempermainkan kami !” bentak kuda sambil menyepak anjing dengan kaki belakangnya. Hadirin beramai – ramai hendak menghajar anjing. Akan tetapi, anjing dapat melarikan diri. Dengan terpincang – pincang, anjing lari terbirit – birit meninggalkan tamunya. Rumah anjing itu diobrak-abrik hingga berantakan. Sejak saat itu persahabatan mereka menjadi retak. Itulah sebabnya, anjing selalu menggonggong jika bertemu dengan kuda, kambing, lembu, atau kerbau.



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kura kura dan kadal

Zaman dahulu kala, disebuah kampung hiduplah seekor kura-kura. Suatu hari dia pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan dapurnya. Walau sangat lambat jalannya, tetapi akhirnya sampai juga dia ke pasar. Dia membeli bahan makanan di pasar. Setelah mengikat Dia membeli banyak belanjaan sampai dua karung. Satu karung terdiri dari bahan bunbu dapur, dan sekarung lainnya berisi sayuran kegemarannya. Setelah dia mengikat karung-karung itu dengan tali, ia pun menyeretnya pulang.

Dalam perjalanan pulang ia melewati depan rumah Kadal. Saat itu Kadal sedang duduk-duduk santai di teras rumahnya. Dia melihat Kura-kura menyeret sekarung makanan. "Ahaa..., kini aku bisa mendapat banyak makanan!" pikir si Kadal.
Perlahan-lahan dia membuntuti si Kura-kura. Di tempat yang sepi Kadal memotong satu tali penarik karung milik Kura-kura dan karung itu dibawanya pulang. Kura-kura mula-mula tidak tahu kalau satu karung belanjaanya sudah tidak ada lagi. Namun ketika dia menoleh ke belakang ... "Waduh, mana karungku yang satunya??" teriaknya bingung. "Belanjaanku hilang satu karung!"

Dia pun segera berbalik. Ia menelusuri kembali jalan yang tadi dilaluinya, untuk mencari harungnya barangkali putus dan tertinggal di jalanan itu. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan, namun tak juga ditemui. Akhirnya di depan rumah Kadal, Kura-kura melihat karung belanjaannya ada di sana. Kura-kura segera menghampiri si Kadal. "Maaf Kadal, mungkin kamu telah salah mengambil karung saya. Saya paham betul kalau ini belanjaan yang aku beli di pasar tadi!" kata Kura-kura menjelaskan.

"Oh, tidak mungkin, kamu jangan mengaku-ngaku!" kata si Kadal, "Ini bukan karungmu!. Aku tadi menemukannya di jalan, Benda ini tergeletak di jalanan. Aku mengambil dan membawanya pulang. Berarti ini miliku sekarang!" Kadal pun memasukkan karung belanjaan tersebut ke dalam rumahnya.

Beberapa hari kemudian tampak Kura-kura berjalan melalui jalan itu kembali. Dia lewat di depan rumah si Kadal. Dilihatnya Kadal sedang tertidur pulas sedangkan ekornya menjulur keluar tergeletak melintang di jalanan. Perlahan Kura-kura mendekat. Dipegangnya ekor si Kadal erat-erat lalu ditariknya sekuat tenaga. Dan ... ekor itu pun putus. "Aduh! sakit sekali!!!" teriak si Kadal. "Hai kau apakan ekorku! Oh, rupanya kamu memutuskan ekorku yah?!!! Cepat sini!.. kembalikan ekor itu padaku!"

Dengan enteng si Kura-kura menjawab. "Tidak bisa! Ini bukan ekormu! Aku mengambilnya di jalan. Benda ini tergeletak begitu saja di jalanan. Jadi aku ambil. dan sekarang benda ini adalah punyaku, bukan punyamu!" jawab si Kura-kura sambil berlalu. Sementara si Kadal hanya bengong sambil sesekali melihat pantatnya yang tampak lucu tanpa ekor. Dia kini paham dengan apa yang barusan di lakukan si Kura-kura. Rupanya si Kura-kura ingin memberi pelajaran berharga tentang perilaku dalam kehidupan. Si kadal lalu berjanji dalam hati, kalau dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi, mengambil barang yang bukan haknya adalah perbuatan tidak baik dan tercela.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ayam dan musang

Di sebuah hutan yang lebat, langit tampak mendung dan menghitam. Gerimis pun mulai turun membasahi dedaunan dan membuat suara gemericik. Angin pun berhembus agak kencang seolah akan terjadi hujan lebat. Di sebuah goa kecil yang berada di tebing curam, tinggal seekor ayam betina yang sedang mengerami telurnya. Menurut perhitungan nenek dukun ayam, telur tersebut tidak lama lagi akan menetas. Tentu hal tersebut sangat membuat induk ayam bahagia, karena Sang induk ayam memang sangat menyayangi bakal anak-anaknya tersebut. Dari kejauhan tampak seekor musang mendekati goa tempat tinggal si ayam betina. Tampaknya dia sudah paham betul tempat tinggal si ayam dan dia yakin kalau si jago tidak ada di rumah kalau sore-sore seperti ini. Dia pun mulai mengendap-endap supaya kedatanganya tidak di ketahui si ayam betina.

Sesampai di dekat goa, Musang terhenti. Nampaknya dia sedang berfikir, karena jalan menuju goa tidak semudah yang ia bayangkan apalagi suasana hujan seperti saat itu, si musang harus menaiki sebuah batu besar yang memang satu-satunya jalan untuk menuju mulut goa tersebut, sayangnya musang tidak bisa memanjat batu itu. Memang untuk keluar masuk goa si ayam pun biasanya menggunakan tangga.

Akhirnya akal licik dan akal bulus musang muncul, ia mondar-mandir di sekitar mulut goa, lalu berteriak "Hai ayam, aku membawa pesan penting dari Tuan Singa, tolong turunkan tangga tali yang biasa kamu pakai" pinta si musang.

Rupanya si ayam betina sudah mengetahui bahwa musang sedang mengincarnya. "Ya tunggulah sebentar, akan saya turunkan tangga untukmu. Tapi sebelum itu aku juga ada pesan dari serigala sahabatku, dia punya sesuatu untuk kamu....sebentar ya..serigala...serigala...kemari sini!! Ini ada si Musang kebetulan datang!! Cepatlah kemari Serigala!" si induk ayam berteriak-teriak dari dalam goa.

Mendengar si ayam berteriak memanggil Serigala, Nyali Si musang langsung ciut dan ia pun berfikir "Wah ternyata dia sahabat serigala yang menjadi musuhku, Bahaya nih, dari dulu aku selalu babak belur dibuatnya! Sebaiknya aku pergi saja!". Si musang langsung lari terbirit-birit meninggalkan kediaman induk ayam.

Akhirnya si ayam dan telur-telurnya selamat dari akal licik si musang yang hendak memangsanya. "Bukan hanya kamu, aku saja takut dan lari kalau beneran ada serigala disini, ahihihi" tawa induk ayam sambil membetulkan posisi duduknya mengerami telur-telur kesayanganya. Tak beberapa lama, benar saja perkiraan nenek dukun ayam. Telur-telur tersebut mulai menetas dan bersamaan dengan itu ayam jago pulang dari mencari makanan di hutan. Dia membawa banyak sekali makanan untuk keluarganya. Mereka pun hidup bahagia dengan kehadiran anggota keluarga yang baru, sepuluh anak ayam telah menetas dan membuat hangat suasana di goa terpencil itu.


Pesan Moral Dongeng Fabel Ayam dan Musang adalah :

Janganlah suka berbohong kepada siapapun karena bohong itu perbuatan dosa dan tercela, apalagi jika berbohong untuk sebuah tindak kejahatan. Hendaknya kita saling menyayangi dan kasih mengasihi sesama makhluk Tuhan, karena itu adalah perbuatan mulia.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ayam jago dan jarum emas burung elang

Pada zaman dahulu kala, di hutan rimba hiduplah seekor ayam Jago dan seekor Elang. Mereka adalah sahabat baik dan hampir seperti keluarga, sering saling membantu dan menolong satu sama lain. Pada suatu hari ketika si ayam jago sedang asik mencari makan di dalam hutan, tanpa sepengetahuanya di balik semak-semak ada sekor harimau yang sedang mengintainya. Ketika ayam jago sedang asyik mengais-ngais mencari makanan, tiba-tiba harimau muncul dan ingin memangsanya. Ayam jago pun berlari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri,tapi harimau itu terus mengejarnya. Harimau yang sedang kelaparan karena sudah dua hari tidak makan itu pun tak mau kehilangan mangsa yang sudah di depan mata. Sedangkan si ayam jago berusaha berlari lebih cepat,karena ayam tidak bisa terbang, dia pun hanya berjalan dan berlari di tanah.

Ayam jago semakin terpojok, tentu saja kecepatan larinya tak bisa menandingi kecepatan harimau. Ketika keadaan semakin gawat,tiba-tiba sang elang datang menolongnya. Dia menyambar dan mematuk harimau itu bertubi-tubi. Di patuk dan di cakar dengan paruh dan kukunya yang tajam, Ahirnya harimau itupun lari kembali masuk ke dalam hutan dengan membawa luka dan rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Untungkah kamu cepat datang.... Terimakasih elang sahabat ku. Kalau tidak, mungkin aku sudah di mangsa oleh Harimau itu". Kata ayam jago dengan nafas terengah-engah. "Sama-sama kawan. Bukankah sebagai sahabat kita memang harus saling menolong".Kata elang dengan ramah. "Tapi tidak selamanya kamu bisa menolong ku, Hari ini aku termasuk beruntung karena kau tepat waktu datangnya, coba tadi telat sedikit saja. Pasti aku sudah jadi almarhum sekarang". Kata ayam jago dengan wajah murung. "Sudahlah kawan. Tak usah murung begitu. Mungkin ucapan mu memang benar.Andai saja aku bisa melakukan sesuatu untuk membuat mu bisa merasa tenang,pasti akan aku lakukan".Kata elang coba menghibur. "Yah..Mungkin memang sudah takdir kawan. Aku ini cuma seekor ayam, takdir ku hanya bisa berjalan di atas tanah. Andai saja aku bisa terbang seperti mu, pasti tak ada lagi yang bisa mengganggu ku". Kata ayam setengah mengeluh. "Hmm..Kalau itu keinginan mu, mungkin aku bisa membantu".Jawab elang. "Benarkah kawan? Bagaimana caranya?". Tanya ayam Jago penasaran. "Bangsa burung mempunyai sebuah benda pusaka berupa jarum emas. Jarum itu kami gunakan untuk menyulam sayap-sayap kami agar kami bisa terbang. Tapi... Jarum itu tak bisa di pinjamkan pada semua binatang, Karena jarum itu adalah benda pusaka bangsa kami".Jawab elang. "Wahh... benarkah? Apa kau juga tak bisa meminjamkanya pada ku? Kita kan sahabat baik, masa kau tidak percaya padaku?". Tanya ayam coba membujuk Elang.

Sesaat, Elang tampak berfikir, tapi setelah ayam terus merengek dan membujuknya...Ahirnya elangpun berjanji, Besok akan datang ke rumah ayam jago dan meminjamkan jarum emas itu. Hari sudah beranjak sore. mereka pun pulang kerumahnya masing-masing.

Keesokan harinya, ayam jago tampak sudah rapi duduk di teras rumah. Sesekali dia keluar dan melihat sekeliling. Tampaknya dia sedang menunggu kedatangan burung Elang. Tidak begitu lama, akhirnya burung elang tiba di rumah ayam Jago. Burung elang langsung duduk sambil menegluarkan sesuatu dari balik sayapnya. "Nah gunakanlah harum ini dengan bijak. Jaga baik-baik. Jangan sampai kamu hilangkan. Karena aku yang meminjamnya dari raja burung Elang. Jika sampai ada apa-apa pada jarum ini, maka bangsa elang yang akan menanggung aib dan di salahkan oleh semua bangsa burung. Dan ingat pesan ku, Setelah selesai kau pakai, simpanlah baik-baik sampai aku datang untuk mengambilnya. Jangan kau pinjamkan pada siapapun tanpa seijin ku". Kata elang berpesan pada Ayam Jago. "Aku paham kawan. Aku berjanji akan mengingat dan memenuhi semua pesanmu itu. Dan jarum ini akan ku jaga baik-baik". Jawab ayam jago Meyakinkan. "Baiklah kalau begitu. Jarum itu aku pinjamkan pada mu. Tiga hari lagi aku akan datang untuk mengambilnya kembali".Kata elang kemudian terbang tinggi ke cakrawala.

Setelah elang pergi, ayam jagopun cepat-cepat menyulam sayapnya dengan jarum emas. Dia tak sabar untuk segera dapat terbang seperti elang, kawannya. Namun baru setengah sayap yang di sulamnya, dia tak sabar untuk segera mencoba. Diapun menaruh jarum emas itu di atas batu, kemudian dia mencoba terbang naik ke atas pagar. "Ahaaa....Ahirnya aku bisa terbang sekarang !!!". Teriak ayam jago dengan bangganya. Walau hanya baru setinggi pagar, dia sudah sangat merasa bangga dan senang. Tiba-tiba si ayam betina datang. Dia sangat heran dan takjub melihat ayam jago yang bisa naik di atas pagar. "Hai ayam jago, bagaimana kau bisa naik setinggi itu?".Tanya si ayam betina penasaran. "Aku terbang untuk naik ke sini". Kata ayam jago membanggakan diri pada ayam betina. "Terbang???! Bagaimana bisa?". Tanya ayam betina semakin penasaran dan tidak percaya. "Tentu saja bisa. Aku menyulam sayap ku dengan jarum emas yang aku pinjam dari elang sahabat ku". Jawab ayam jaga sambil terus mengepakan sayapnya tanpa memperhatikan ayam betina. "Wah..Hebat. Apakah aku boleh meminjamnya juga agar aku bisa terbang sepertimu??". Kata ayam betina mencoba merayu. "Ya Tentu saja boleh. Ambilah jarum itu di atas batu di sebelah mu. Lalu cepatlah terbang ke samping ku". Kata ayam jago dengan gembira. Dia telah lupa pada janjinya pada burung Elang.

Si ayam betina pun segera menyulam sayapnya. Karena tak sabar ingin segera bisa terbang seperti ayam jago, sebentar-sebentar dia terus mencoba terbang. Begitu dia lakukan berkali-kali. Dan ahirnya..Ayam betina pun bisa terbang ke atas pagar menyusul ayam jago. Mereka berduapun sangat senang dan gembira sekali. Setelah mereka puas bertengger, merekapun kembali turun untuk meneruskan menyulam agar bisa terbang sepenuhnya. Namun, Jarum emas yang mereka gunakan telah hilang entah kemana. Mungkin karena kibasan sayap ayam betina tadi, jarum itu jatuh kesela-sela bebatuan. "Wah celaka!! Kau taruh dimana jarum emas tadi?". Tanya ayam jago mulai panik. "Aku tak tahu, aku lupa menaruhnya..".Jawab ayam betina. "Kalau sampai jarum itu hilang, elang pasti akan sangat marah pada ku. Ayo kita segera mencarinya sama-sama". Kata ayam jago makin panik.

Mereka berduapun segera mencari jarum itu, lama mereka mencari namun tetap tidak ditemukan. Mereka makin panik dan mulai mencakar-cakar tanah berharap jarum itu mereka temukan, siapa tahu jarum itu terselip dan tertimbun ke dalam tanah. Tapi sampai hari menjelang gelap, jarum itu tak mereka temukan. Dan pada esok hari merekapun kembali meneruskan pencarian. Tapi sampai hari ketiga, jarum itu tetap tidak ditemukan. Sampai pada ahirnya Elang pun datang untuk mengambil jarum itu. Tapi setelah mendengar jarum itu telah hilang, elang sangat marah. Dia sangat murka karena ayam jago sahabatnya telah melanggar janji. Ayam jago telah meminjamkan jarum emas itu tanpa seijin sang elang, hingga membuat jarum itu hilang.

"Hai ayam jago!!!.. Aku percaya pada mu, tapi kau menghianati kepercayaan ku. Apakah kau tak sadar? Karena kecerobohanmu, bangsa elang yang menanggung akibatnya. Kami akan diasingkan dan di kucilkan oleh bangsa burung. Pokoknya aku tak mau tahu, kau harus tanggung jawab. Selama kau belum menemukan jarum emas itu, anak cucu keturunan mu tidak akan aman dari ancaman bangsaku". Kata elang kemudian terbang dengan membawa amarah yang meluap-luap.

Dan sejak saat itulah, sampai sekarang elang selalu menyambar anak-anak ayam dan ayam juga selalu mencakar-cakar tanah ketika mereka mencari makan. Berharap mungkin mereka bisa menemukan jarum emas yang pernah mereka hilangkan. Dan kebiasaan itu terus berjalan sampai saat ini.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ayam Jago dan Jarum Emas Burung Elang adalah :

Jangan pernah menghiati kepercayaan yang diberikan kepada kita, karena itu akan membuat orang lain kecewa dan tak mempercayai kita lagi. Berusahalah menjadi orang yang mampu mengemban amanah. Dan Jangan pernah mengambil atau meminjamkan sesuatu tanpa seijin pemiliknya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ayam jantan dan burung merpati

Alkisah, di sebuah hutan nun jauh disana. Hiduplah beragam jenis binatang diantaranya Gajah, singa, beruang, kancil, serigala, dan Badak. Selain hewan-hewan besar disana juga hidup bernaeka binatang dari jenis unggas dan burung, diantaranya ayam Jago dan burung Merpati/Dara. Sejak dulu ayam jago memang selalu iri pada merpati. Ayam jago punya tabiat yang kurang baik, bukan hanya pada merpati, tapi juga ke semua binatang. Ia sombong dan selalu membangga-baggakan mahkota yang ada di kepalanya. Dia selalu saja mengejek burung merpati dan binatang kecil lainnya dengan ucapan yang tidak baik. Sedangkan Burung Merpati hanya menerima saja jika diejek oleh ayam jago, dia lebih baik diam daripada melayani ejekan si jago.

Suatu hari, dihutan itu akan diadakan perlombaan mengambil seikat padi yang di gantung di dahan pohon. Perlombaan itu memang di khususkan untuk kalangan burung yang bisa terbang. Merpati yang mengetahui akan ada lomba segera mendaftar pada panitia lomba. Mengetahui hal itu tentu saja Si ayam Jago tidak senang. Ia tidak ingin melihat merpati menang dalam lomba tersebut, lalu ia pun memaksakan untuk ikut lomba itu walau sebenarnya dia tidak pandai terbang. Karena memaksa, akhirnya panitia pun memperbolehkan si Jago untuk ikut mendaftar. Perlombaan itu tampaknya akan cukup ramai karena diikuti banyak bangsa burung. Diantara peserta ada sekelompok burung bagau, burung gagak, burung elang, burung pipit dan burung kakak tua. Dalam perlombaan tersebut yang mendapat perhatian paling banyak adalah ayam jago dan juga burung merpati. Karena semua hewan tahu kalau Ayam jago dan merpati memang tidak Akur.

Tepat pukul sembilan pagi perlombaan pun segera dimulai. Panitia lomba mengumumkan peraturan lomba. ternyata lomba tersebut menggunakan sistem gugur, dan di babak terakhir akan mempertemukan dua peserta saja. Giliran pertama adalah burung elang melawna burung gagak, mereka bersiap-siap di titik yang telah di tentukan. Setelah aba-aba di bunyikan, merekapun melesat terbang berebut siapa yang paling dulu mendapatkan seikat padi yang tergantung tersebut. Dan ternyata di menangkan oleh Elang. Begitu seterusnya hingga singkat cerita sampailah pada babak final. Di babak akhir bertemulah ayam jago dan burung merpati.

Ayam jago sudah bersiap-siap begitu pula dengan Merpati. Setelah terdengar aba-aba, ayam Jagi kangsung melompat tinggi sambil susah payah berusaha mengepakan sayapnya, sementara burung merpati hanya bengong melihat tingkah ayam jago. Ayam jago menyadari bahwa ia hanya bisa melompat dan tidak bisa terbang seperti burung merpati, namun burung merpati segera menyusul terbang dengan mudahnya. Pelan-pelan, ketika burung merpati berhasil melewati ayam jago untuk meraih ikatan padi, ayam jago mematuk kaki burung merpati agar burung merpati tidak berhasil mendapatkan padi itu.

Rupanya siasat licik ayam jago berhasil, kaki burung merpati terluka dan patah, tapi bukannya turun kembali, sambil menahan sakit burung merpati justru makin kencang mengepakkan sayapnya dan berhasil mendapatkan padi tersebut. Sementara itu, ayam jago yang sudah kelelahan mengepakkan sayapnya akhirnya terjun bebas dan harus mengakui kekalahannya dari burung merpati. Tak disangka oleh ayam jago, ternyata sang dewa melihat perbuatan yang telah dilakukannya dan kemudian memberi hukuman. Mahkota yang selalu dibanggakan dan kemana-mana dikenakan di kepala ayam jago, diambil paksa dan hanya disisakan sebagian saja di atas kepalanya. Sang dewa bilang, “Kau kuhukum karena tekah berbuat curang pada burung merpati, dan mahkotamu kuambil. Jika kau ingin mahkotamu kembali, panggil aku dan teriakkan penyesalanmu di setiap pagi. Mungkin mahkota ini akan kukembalikan.” Kemudian, sang dewa pun pergi, dan ia memberi hadiah kepada burung merpati berupa kesembuhan pada kakinya.

Sejak saat itu, Mahkota ayam jago tidak utuh lagi. Dan setiap pagi ayam jago pun meneriakkan penyesalannya serta memohon kepada sang dewa untuk mengembalikan mahkotanya yang telah diambil dari kepalanya.



Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ayam Jantan dan Merpati adalah :

Penyesalan selalu datang terlambat, berbuatlah jujur dan jangan pernah curang. Ketidak jujuran seringkali membawa petaka. Jika kita sudah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup kita, penyesalan tidak ada gunanya lagi.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kuda, kancil dan gajah

Di sebuah hutan, huduplah seekor Kuda dan Kancil. tentu bukan hanya mereka saja penghuni di hutan tersebut. Ada Musang, serigala, Kerbau, Gajah, Keledai, Kura-kura dan hewan lainnya. Mereka saling berbagi dan hidup rukun di dalam hutan yang sejuk nan indah dengan pepohonan hijau rindang. Walau pun mereka hidup dengan rukun, namun ada saja hewan yang punya tabiat buruk yaitu si Kuda. Sifatnya yang suka usil dan agak sombong membuatnya beda dengan hewan-hewan yang lain di hutan tersebut. Menurut rencana ketua hewan di hutan itu, Beberapa hari lagi akan diadakan perlombaan lari tingkat hewan pemakan rumput untuk memperebutkan sebuah hadiah berupa sepetak padang rumput yang hijau dan muda-muda daunnya. Siapapun yang menang, hewan lain tidak boleh memakan rumput di padang rumput tersebut tanpa seijin pemiliknya/pemenang lomba.

Suatu hari, ketika si Kancil sedang berjalan-jalan menyusuri jalanan setapak di hutan itu, tiba tiba ada si Kuda yang berlari sangat kencang mendahuluinya. “Hai Kancil jelek! ayo kejar aku kalau bisa.... kamu tidak bisa berlari.. hehehehehe!” Ejek si Kuda sambil terus berlari. Si Kancil yang kaget menghentikan langkahnya. “Dasar kuda jangan sombong, aku bisa berlari cepat kok, Besok kita buktikan di perlombaan”. Gumam Kancil. sementara si Kuda sudah tidak tampak, menghilang di sebuah kelokan.

Esok paginya, acara perlombaan pun akan segera dimulai. Tampak si Kerbau dan Si sapi sudah siap-siap dengan kostum lari kebanggaan mereka. Sementara Si Kuda asyik merumput tak jauh dari tempat panitia lomba. Dia pun sudah mengenakan kostumnya. Tak jauh dari si Kuda tampak si Kambing, Si Keledai, dan Si Kancil sedang melakukan pemanasan dengan bolak-balik berlari-lari kecil. Sementara si Jerapah sedang melakukan pendaftaran di panitia lomba. Selesai merumput, si Kuda mendekati si Kancil yang masih melakukan pemanasan. "Buat apa kamu melakukan itu semua cil, buang-buang tenaga saja!!!." Kata si Kuda meremehkan. "Ini namanya pemanasan agar otot-otot kita tidak tegang tau???" Jawab si Kancil. “Ah bohong, paling-paling kamu lagi bergaya biar dilihat sama yang lain. Aku tidak pernah pemanasan tidak pernah ototnya tegang tuh!!!” Kata Kuda lagi. "Lihat itu si Kambing dan si keledai juga tau pentingnya pemanasan, mereka melakukannya". Kata kancil sambil menunjuk ke arah Kambing dan Keledai, kemudian dia berlalu meninggalkan si Kuda yang memperhatikan Si Kambing dan keledai berlari bolak-balik tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Tepat pada pukul sepuluh pagi pertandingan pun segera akan dimulai. "Priiiiiiiiiiittttttttt !!!!!!" terdengar suara pluit panjang dari panitia pertandingan menandakan agar para peserta lomba untuk segera berkumpul. Setelah mereka berkumpul dan mendengarkan beberapa instruksi dari panitia, merekapun segera menuju lintasan lari. Aba-aba pun di bunyikan, Si Kuda langsung berlari meninggalkan si kancil dan peserta lainnya. Teman-teman si kancil berteriak memberi semangat pada kancil, sehingga ia terus berusaha berlari mengejar kuda yang sudah jauh di depan. Di belakang si kancil tampak si Kambing, Keledai dan jerapah. Sementara peserta yang lain masih jauh tertinggal di belakang. Di urutan paling depan si Kuda yang merasa sudah jauh meninggalkan peserta lain seskali menengok ke belakang dan sesekali sengaja bergaya dengan berjalan mundur. Tampak olehnya si kancil sudah mulai menyusul. Dengan cepat si kuda berlari dan menambah kecepatannya. Namun tiba-tiba dia meringkik keras sambil jatuh terduduk memegangi kakinya yang terasa kaku dan sakit. Rupanya si Kuda kejang otot gara-gara malas melakukan pemanasan. Akhirnya si kancil bisa mendahului si kuda yang sedang meringis kesakitan di lintasan. Disusul kemudian oleh si Kambing, si Keledaia dan peserta yang lain. Akhirnya si kancil itupun memenangkan lomba lari sebagai juara pertama dan disusul Kambing dan Keledai.

sementara Si kuda langsung di hampiri oleh para medis yang terdiri dari si gajah dan si badak. Si gajah yang sudah hafal benar dengan tabiat buruk si kuda yang suka mengejek binatang lain sengaja menakut-nakuti si Kuda. "Wah gawat nih, otot kaki kamu kayaknya tidak bisa pulih, lihatlah !!! ini kaku sekali seperti batang kayu" Mendengar itu si Kuda sangat ketakutan dan cemas kalau dia tidak akan bisa berlari lagi. "Jangan begitu dong pak Gajah, tolong sembuhkan sakit di kakiku ini. Apapun permintaanmu akan saya penuhi" Janji si Kuda. "Benarkah??? kamu akan memenuhi permintaan saya kalau kakimu sembuh nanti?" Tanya gajah. "Iya saya janji, sembuhkan dulu kakiku ini" Jawab si Kuda. Mendengar jawaban si Kuda, gajah lalu memoleskan ramuan ke kaki si Kuda. dengan di urut sebentar, kaki kuda pun mulai bisa digerakan dan berkurang rasa sakitnya. Sebenarnya walau kuda tidak berjanji apa-apa pun, si gajah juga akan menyembuhkan kakinya karena tugasnya sebagai para medis pertandingan. Namun sekalian menyelam minum air ibarat pepatah, maka kesempatan itu ia gunakan untuk menyadarkan si Kuda atas tabiat buruknya. "Sekarang kakimu sudah baikan, sekarang aku ingin meminta sesuatu dari kamu, Kuda". Kata gajah menagih janji. "katakanlah apa yang pak gajah inginkan dari saya, pasti saya kabulkan." kata Kuda. "Saya hanya minta kamu untuk belajar merubah sifat kamu yang kurang baik, jangan suka meremehkan binatang lain dan janganlah sombong pada sesama hewan, itu saja permintaanku padamu". Kuda terdiam dan merenungi kata-kata si Gajah, "Rupanya selama ini aku telah banyak berbuat kesalahn, telah berlaku sombong dan jahat pada teman-teman saya. Dan hari ini masih ada yang peduli dan mau mengingatkan aku atas kesalahan yang selama ini aku lakukan" Kata kuda dalam hati. Akhirnya ia pun menyadari kesalahannya. dia bersumpah tidak akan melakukan kesalah yang sama. Kuda yang sombong itu pun segera meminta maaf pada si kancil dan semua teman-temannya yang pernah dia jahati. Kini si Kuda sudah banyak mempunyai teman, tidak seperti dulu yang selalu dijauhi karena sifat buruknya. Akhirnya semua hewan di hutan itu pun hidup dengan rukun dan damai.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah adalah :

Hendaknya kita jauhi sifat sombong dan merasa paling bisa. Dan jangan suka jahil terhadap teman. Orang yang sombong, jahil dan nakal akan dijauhi teman. Perbuatan sombong adalah perbuatan yang dibenci Tuhan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Jerapah dan kelinci

Zaman dahulu, di sebuah hutan yang dipenuhi pohon besar nan subur menghijau tinggallah para hewan dengan berbagai jenis, mulai dari kupu-kupu, lebah, penyu, burung gagak, kura-kura, gajah, kancil, jerapah, singa, harimau, elang, bangau, kelinci hingga semut. Suatu hari, Singa sedang sakit tetapi tak satu pun binatang yang bisa memberikannya obat, dan hanya buah apel pelangi yang bisa menyembuhkannya. Tetapi dengan ketinggian bukit yang sangat curam, Si Srigala yang merupakan Tabib di hutan itu tidak bisa mengambilnya. Karena semua hewan yang dimintai tolong semuanya tidak ada yang berani mengambil, akhirnya Sang Singa itu mengadakan sayembara. Sayembaranya adalah “Bagi hewan yang dapat mengambil buah apel pelangi yang bisa menyembuhkan dirinya yang sedang sakit, dan dapat mengambilnya dengan tepat waktu di atas bukit di hutan tersebut. Singa akan memberikan mahkota pangeran sebagai pendamping Raja Hutan dan dua peti emas”.

Mendengar sayembara dengan hadiah yang cukup besar itu, para penghuni hutan yang tadinya takut dan tidak berani mengambil buah di lereng curam itu akhirnya menjadi sangat tertarik dan ingin mengikuti sayembara yang diberikan Singa. Tetapi dengan ketinggian bukit itu yang sangat curam, jarang ada hewan yang bisa melewatinya. Sayembara itu membuat hutan menjadi ramai dengan para hewan yang membicarakannya. “Hai teman-teman, Apakah kalian juga akan mengikuti sayembara dari raja hutan baginda Singa itu?”, tanya seekor Jerapah. “Iya, aku pasti akan mengikuti sayembara itu, karena aku ingin menjadi pangeran hutan dan kaya raya.”, jawab seekor Badak. “Bukan hanya kamu, aku pun ingin menjadi pangeran di hutan ini.” Kata seekor Keledai. “Kalau aku juga ingin mendapat sekarung emas.” Kata kancil juga. “Kalau hadiahnya sebesar itu, aku juga akan mengikuti sayembara itu, kamu sendiri bagaimana Jerapah?” tanya Kelinci pada Jerapah. “Itu sudah pasti, aku kan hewan yang paling kuat dan punya jangkauan paling tinggi di hutan ini, pasti dengan mudah buah itu akan saya dapatkan dan aku sudah pasti yang akan menjadi pangeran hutan ini.” Jerapah menjawab dengan sombongnya. “Hei, kamu jangan merasa paling bisa dulu Jerapah, kita kan belum bertanding.” Kata Gajah. “Belum bertanding saja aku sudah tau pasti kalian tidak akan kuat mendaki bukit itu.” Ketus Jerapah sambil mengibaskan kepalanya. “Jerapah, kamu tidak boleh sombong dengan kekuatanmu, dan untuk teman-teman yang lain. bertandinglah untuk menyelamatkan sang raja, bukan hanya untuk mendapatkan hadiah.”, jelas kelinci dengan sopan. “Iya kelinci, pada dasarnya aku ingin menyelamatkan raja.” Kata kura-kura. “Ah Sudahlah! Aku malas berbicara dengan kalian. Aku ingin pulang saja, dan aku ingin beristirahat supaya besok aku akan memenangkan sayembara itu.” kata Jerapah kesal. Mendengarkan pernyataan ketus Jerapah, hewan-hewan lainnya pun menjadi kesal akan sikap Jerapah yang sangat angkuh dan sombong itu. Dan mereka pun beranjak pulang untuk menyiapkan diri mengikuti sayembara besok.

Keesokkan harinya, Raja Hutan Baginda Singa menyatakan untuk memulai sayembara bagi warga hutan. “Bagi para penduduk hutan yang ingin mengikuti sayembara, segera maju ke depan. Karena sayembara akan segera dimulai.” Suara raja hutan Singa dari atas podium di depan Istana. Mendengar pernyataan itu, para hewan yang akan mengikuti sayembara segera berlari mendekati Singa yang tampak lemah karena sakitnya. Dengan berbekal semangat dan kekuatan, para hewan dengan percaya dirinya mengikuti sayembara. Para binatang pun sudah berkumpul di depan istana, raja Singa pun memberikan pengarahan kepada para binatang. “Peraturannya adalah bahwa para binatang harus memetik apel pelangi yang berada di atas bukit dan segera membawanya turun ke dalam istana, lalu memberikannya padaku.” Jelas raja Singa. “Pasti aku yang akan memenangkan sayembara ini, aku lebih kuat dan tangguh daripada kalian semua. Hai, kura-kura! Sebaiknya kamu tidak usah mengikuti sayembara ini, kamu terlalu lemah sudah pasti kamu kalah.” kata Jerapah mengejek kura-kura yang berada di sampingnya saat itu. “Kamu sombong sekali Jerapah, semua hewan berhak mengikuti sayembara ini.” kata kura-kura. “Iya itu benar, semua hewan berhak mengikuti ini, dan yang terpenting kami sudah melakukan pemanasan.” Kata Kelinci. “Terserah kalian sajalah! Kamu juga kelinci, kamu pasti akan aku kalahkan, meski aku tidak melakukan pemanasan seperti kalian, tapi aku sudah pasti menang.” Kata Jerapah dengan sombongnya. Mereka saling bicara hingga membuat gaduh. Tiba-tiba sang Raja Singa mengatakan bahwa sayembara akan segera dimulai. “Perhatian untuk semaunya, harap tenang.... Saya berpesan berhati-hatilah dalam mendaki bukit, dan Apakah kalian sudah siap?” . tanya Raja Singa. “Kami sudah siap Baginda!!” teriak para hewan yang mengikuti sayembara serentak.

“Guungggggggg…!!!!". Raja baginda Singa memukul Bende/Gong sebagai tanda sayembara telah dimulai. Semua hewan yang mengikuti sayembara pun berlarian menurut rutenya masing-masing, mereka berlari sekencang mungkin saling berlomba untuk lebih dahulu mencapai puncak bukit. Dan ketika setengah perjalanan menuju atas bukit banyak hewan yang kelelahan dan akhirnya menyerah dan terkulai lemas dengan nafas yang tersengal-sengal. Si Keledai malah sampai nyungsep karena saking capeknya. Sementara Gajah terduduk di bawah pohon sambil menjulur-julurkan belalainya dan mengibaskan telinganya untuk kipasan. Bahkan si Kambing dan Serigala sudah balik arah sebelum sampai mendekati bukit. Kini peserta yang masih bertahan tinggal menyisakan dua ekor hewan yaitu, Jerapah dan Kelinci. Awalnya Jerapah memimpin di depan, tetapi ketika hampir sampai di atas bukit, tiba-tiba saja kaki Jerapah mengalami kejang-dan keram, ia pun tidak bisa melanjutkan perjalanannya mengambil buah apel pelangi, akhirnya ia berhenti di bawah pohon yang teduh sambil meringis kesakitan memegangi kakinya. Kelinci yang awalnya berada di belakang Jerapah, sekarang ia sudah sampai di atas bukit dan segera memetik beberapa buah apel tersebut untuk diberikan pada raja hutan Baginda Singa.

Ketika ia hendak turun untuk kembali ke istana, ia melihat Jerapah yang sedang merintih kesakitan sambil berguling-guling seperti anak kecil yang minta mainan. “Jerapah, Kakimu kenapa, mengapa kamu terlentang begitu?” Tanya kelinci sambil melihat kaki jerapah yang kaku mengacung ke atas. “Kakiku sakit sekali...!!! kakiku kejang, mungkin karena aku belum melakukan pemanasan seperti kamu sebelum bertanding tadi, aku sangat sulit untuk berjalan sendiri, tolong aku kelinci!!!.” Pinta Jerapah. “Baiklah Jerapah, aku akan membantumu menuruni bukit ini, dan kita harus segera memberikan buah apel ini kepada Paduka raja Singa.” Kata Kelinci sambil membantu jerapah untuk berdiri. “Maafkan aku ya kelinci, selama ini aku sudah bersikap buruk kepada kamu dan teman-teman yang lain.” Kata Jerapah sambil menampakkan raut menyesali perbuatannya yang lalu. “Kita harus selalu bersikap baik dengan semua orang sekalipun ia sudah berbuat jahat kepada kita. Mari... kita harus segera turun ke istana.” Ucap kelinci. “Kamu bergitu mulia hatinya. saya sangat menyesal dengan telah berbuat yang tidak baik padamu”. Kata Jerapah sambil beranjak menuruni bukit.

Tidak beberapa lama kemudian Jerapah dan kelinci sampai di depan istana, kelinci yang membawa buah apel pelangi langsung memberikannya kepada Singa di dalam istana. Dengan disaksikan oleh banyak binatang lain, Baginda Singa pun segera memakan buah itu dan seketika ia pun sembuh dari sakitnya. Para hewan pun bersorak gembira dan mengucapkan selamat untuk Kelinci karena ia sudah berhasil menyembuhkan sang Raja. Raja Singa memenuhi janjinya, ia memberikan mahkota pangeran dan dua peti emas kepada Kelinci. “Kelinci, Aku sangat berterima kasih kepadamu, kamu sudah berhasil menyembuhkanku dengan buah yang kau bawa. Sekali lagi, Terima Kasih Banyak.” Kata Raja Singa. “Iya Raja, aku sangat senang bisa membantu paduka. Dan terima kasih banyak atas hadiah yang paduka berikan ini.” Kata Kelinci dengan sopan.

Tiba-tiba Jerapah menghampiri Kelinci. “Kelinci, Sekali lagi terima Kasih ya, karena tadi kamu sudah menolongku, dan selamat kamu sudah menjadi Pangeran di Hutan ini. Selamat ya teman, kamu masih tetap mau menjadi temanku kan?” Kata Jerapah sambil tersenyum dan berharap. Semua pun kaget dengan sikap Jerapah yang lembut , karena selama ini ia bersikap buruk kepada semua hewan. “Iya Jerapah, aku senang bisa membantumu dan bisa membuatmu berubah sikap menjadi baik. Iya, kamu tetap akan menjadi temanku untuk selamanya.” Kata Kelinci sambil tersenyum. Hewan-hewan yang lain pun ikut terharu dan bahagia dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Jerapah pun menjadi hewan yang baik hati, suka membantu hewan lain yang kesusahan dan tidak sombong lagi. Sementara Kelinci menjadi pangeran hutan yang selalu baik dan membantu warga hutan dan teman-temannya. Mereka pun hidup rukun damai sentausa dalam kebersamaan di Hutan itu.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Jerapah dan Kelinci adalah :

Janganlah kita merasa paling pandai dan sombong kepada orang lain. Orang yang sombong dan merasa paling pintar dan serba bisa suatu saat pasti membutuhkan bantuan orang lain, bahkan bukan tidak mungkin bantuan itu datang dari orang yang kita musuhi dan dianggap bodoh dan lemah.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Keledai cerdas

Alkisah di sebuah perkampungan, tinggalah seorang Petani dengan keledainya. Suatu hari, keledai milik petani terperosok ke dalam lubang bekas galian yang cukup dalam. Hewan itu tidak bisa keluar dari parit tersebut dan terus menangis antara takut dan kesakitan, sementara Pak Tani berusaha sebisanya mengeluarkan hewan itu dari sana. Upaya penyelamatan itu berkali-kali dilakukan namun selalu gagal. Dari dalam lubang galian itu sudah tidak terdengar lagi rengekan si keledai. Baik Pak Tani maupun si keledai sama-sama terkuras tenaganya dan merasa letih.

Dengan putus asa akhirnya, Pak Tani memutuskan untuk meninggalkan keledainya di dalam lubang itu sendirian. Dia berpikir keledainya sudah sangat tua dan tidak produktif lagi maka tidak ada ruginya jika ia ditinggalkan dan mati di dalam lubang itu.

Setelah beberapa hari, dan mengira si keledai telah mati. Pak Tani datang ke lubang bekas galian itu dengan mengajak para tetangganya untuk datang membantunya menguruk lubang bekas galian itu. Selain lubang itu berbahaya jika dibiarkan ada, dia juga bermaksud mengubur si keledai. Mereka membawa cangkul dan sekop dan mulai melemparkan tanah ke dalam lubang yang menyerupai sumur itu. Mereka pun mulai menimbun keledai itu. Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi dan menimpanya, ia menangis sedih, ternyata Pak Tani tega berbuat seperti itu padanya. Tetapi kemudian, semua orang kagum dan takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah dituangkan ke dalam lubang, si petani melihat ke dalam lubang untuk memastikan keadaan si keledai yang malang itu. Namun ia kaget dan tercengang, dia tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa bersekop-sekop tanah dan pasir, si keledai melakukan sesuatu yang diluar nalar manusia. Ia menggoyang-goyangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu ia berpijak diatas tanah itu. Sementara para tetangga Pak Tani terus menuangkan tanah dan pasir makin banyak ke atas punggung hewan itu. Si keledai terus melanjutkan menggoyangkan badannya dan melangkah naik diatas tanah yang turun dari punggungnya. Sampai akhirnya kepala si keledai bisa melihat permukaan tanah yang hampir rata menutup lubang tempatnya terjebak. Segera saja si keledai melompat keluar dari lubang dan menyepak pak petani hingga jatuh tersungkur dan lalu melarikan diri ke rerimbunan pohon di pinggiran hutan.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Keledai Yang Cerdas adalah :

Kadang sesuatu yang dianggap oleh kita sebagai sebuah derita atau hal yang tidak disukai, jika kita mampu memahami dan memanfaatkan dengan bijak maka akan berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi kita. Permasalahan dalam hidup bukanlah suatu alasan untuk kita berputus asa, belajar dari cerita keledai yang pintar kita bisa merubah suatu masalah menjadi solusi yang bisa mendewasakan dan berpengaruh baik buat kita.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Sapi dan kerbau

Pada zaman dahulu kala, di suatu tempat terdapat sebuah desa yang pemandangannya sangat indah. Tapi, di tempat itu pada siang hari matahari bersinar sangat panas. Di sawah, para petani mengairi sawah-sawah mereka secara rutin dan tidak boleh sampai lupa untuk mengairinya sebab bila lupa, sawah mereka bisa mengering seketika dan akan menyebabkan tanaman padinya mati. Tampak seekor kerbau sedang mondar mandir kepanasan mencari kubangan untuk berendam mendinginkan badan. Dari arah lain tampak seekor Sapi yang juga sedang mencari air, rupanya dia juga sedang kegerahan siang itu. Akhirnya kerbau dan sapi bertemu dan sepakat untuk mencari kubangan untuk berendam bersama-sama.

Mereka berjalan menyusuri pematang sawah yang tampak basah, rupanya pak Tani baru saja mengairi sawahnya. Si sapi berkata kepada kerbau. "Aduh hari makin panas saja. Aku serasa mau pingsan. Bagaimana ya kita bisa mendinginkan badan kita agar tidak kepanasan?" Lalu si kerbau menjawab, "Bagaimana kalau kita berendam di sawah pak petani saja, tampaknya sawahnya banyak airnya?" Lalu si sapi berkata lagi. "Tapi apakah pak petani tidak akan marah bila kita berendam di sawahnya,sedangkan disana banyak tanaman padi?" Tanya si Sapi, lalu kerbau menjawab. "Tenang saja pak petani pasti sedang beristirahat dan tidak menjaga sawahnya. Kita akan berendam hingga puas di sawah pak petani."

Kemudian mereka berduapun pergi berendam ke sawah pak petani. Sesampainya mereka disana, mereka langsung melepas baju (kulit) mereka dan segera berendam di sawah tersebut. Mereka merasa lega karena dapat berendam untuk mendinginkan badan. Si sapi berkata. "Asyikk... Akhirnya kita bisa berendam juga." Lalu kerbau berkata, "Iya. Aku juga merasa lega sekarang."

Namun, tiba-tiba tanpa di sangka-sangka pak petani datang untuk memeriksa sawahnya. Seketika kerbau dan sapi langsung mengambil baju mereka dan lari terbirit-birit. Ketika mereka sampai di rumah masing-masing, mereka memakai baju mereka dan ternyata baju mereka tertukar. Akhirnya mereka memakai baju yang ada yaitu sapi memakai baju kerbau yang sangat longgar dan kerbau memakai baju sapi yang sangat sempit. Itulah sebabnya sampai saat ini sapi bajunya longgar dan kerbau bajunya sempit.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kerbau dan Sapi adalah :

Jangan melakukan sesuatu dengan terburu-buru karena hasilnya tidak akan memuaskan, bahakan bisa merugikan diri kita. Seperti sapi dan kerbau karena terburu-buru akhirnya bajunya tertukar dan merugikan mereka sendiri.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kisah kancil, semut, dan cicak

Pada Zaman dulu, disebuah hutan tinggallah seekor kancil, cicak dan kawanan semut. Mereka hidup dengan bahagia di hutan tersebut. Hanya saja si Cicak agak nakal dan sering mengganggu teman-temannya. Suatu hari Kancil sedang bercengkrama dengan kawanan semut. Dia meloncat-loncat di sepanjang jalan setapak di hutan itu, sementara para semut berlari-lari di belakangnya sambil menari dan menyanyi.

Ketika para semut melihat segerombol buah apel merah yang ranum, mereka berteriak-teriak pada Sang Kancil untuk memetiknya. Maka Sang Kancil dengan gesit melompat dan menyundul apel-apel itu hingga jatuh ke tanah.

Tak berapa lama kemudian para semut merubungi apel-apel tersebut dan mulai memotongnya menjadi potongan kecil-kecil. Sebagian dipanggul, sebagian lagi didorong beramai-ramai. Begitulah acara bermain dihentikan sejenak setelah mereka menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati buah apel.

Namun saat para semut sedang berpesta apel, tiba-tiba muncul Cicak yang merayap cepat dan Happp!!! menangkap potongan apel yang paling besar dengan lidahnya lalu cepat-cepat kabur ke balik semak-semak. “Waaaduhhh ada pencuri! Pencuri! Pencuri!” teriak para semut dengan kagetnya.

Kancil yang sedang enak-enak berjemur sambil menikmati manisnya buah apel jadi kaget. Kemudian setelah tahu apa yang telah terjadi maklumlah dia. Rupanya ada cicak badung yang berulah menyerobot potongan apel yang di bawa para semut. Setelah berpikir sejenak, Si Kancil yang sangat bijaksana ini membisikkan suatu rencana pada para semut. Sontak setelah mendengar kata-kata yang dibisikkan, para semut serentak tertawa terpingkal-pingkal.

Sang Kancil melompat ke semak-semak dan sebentar kemudian kembali dengan membawa segenggam buah kecil berwarna merah. Para semut membawa potongan buah merah itu sambil sebentar-sebentar berhenti karena tak kuat menahan tawa. Rupanya para semut menganggap rencana mereka benar-benar sangat lucu. Pesta dimulai lagi, para semut kembali makan apel yang telah dipotong kecil-kecil. Buah merah pemberian Sang Kancil sengaja diletakkan di pinggir dan tidak dijaga oleh para semut. Mereka tertawa, bergandengan tangan, menari sambil sebentar-sebentar melirik ke tumpukan buah merah di pinggiran.

Disaat para semut sedang berpesta, tiba-tiba Cicak kembali datang dan langsung menangkap buah-buah merah yang diletakkan di pinggir lalu kabur. Anehnya bukannya marah, tapi para semut malahan tertawa terpingkal-pingkal melihat Cicak membawa lari buah-buah itu. Terdengar suara tawa para semut riuh rendah mentertawakan Cicak yang lari sambil menggondol buah merah. Cicak yang tengah berlari itu jadi bertanya-tanya mengapa para semut tertawa terbahak-bahak melihat dia mencuri buah merah. Kemudian dicicipinya buah merah itu, hhmmm rasanya manis dan enak. Tak terasa beberapa saat kemudian dia sudah tertidur kekenyangan dan lupa dengan pertanyaan yang timbul dalam benaknya.

Saat terbangun si Cicak penasaran dengan tawa para semut. Maka dia kembali mendekat dan mengintip ingin tahu apa yang aneh dengan para semut. Dilihatnya Sang Kancil sedang dikerumuni para semut sambil berbicara sesuatu. “Jadi buah merah tadi bukan cabe yah???. Percuma dong kita gagal memberi pelajaran pada si pencuri” kata seekor semut paling besar mewakili teman-temannya. Rupanya para semut tertawa terpingkal-pingkal karena menyangka buah yang mereka letakkan di pinggir adalah cabe, sehingga si pencuri akan kepedasan saat memakannya. Saat tahu buah merah itu bukan cabe mereka jadi kecewa. “Kalian terlalu tulus untuk bisa menjebak orang lain. Kalian tak bisa menahan tawa terpingkal-pingkal mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri akan curiga dan meneliti buah yang dicurinya. Saat tahu itu cabe, dia tidak akan memakan dan akan kembali untuk mencuri buah lainnya. Jadi aku ganti saja dengan buah strawberry yang banyak di sekitar sini. Biar saja dia kenyang, biar tidak mengganggu kita lagi” kata Kancil

Para semut saling berpandang-pandangan dan mengakui bahwa mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Pastilah si pencuri mendengar tawa itu dan jadi curiga. Para semut memang tidak bisa berpura-pura, mereka selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata. “Pencurinya adalah si Cicak. Biarlah nanti aku datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry dan sedikit nasehat. Biar dia tidak mencuri lagi” kata Si Kancil.

Tak terasa, Si Cicak meneteskan air mata mendengar semua kata-kata Si Kancil. Rupanya Sang Kancil mengganti cabe dengan apel bukan saja karena para semut tidak bisa menahan tawa, tapi juga karena dia sayang pada Cicak kecil. Buktinya Sang Kancil akan datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry. Diam-diam Cicak kecil merasa dirinya telah melakukan perbuatan hina dina pada makhluk-makhluk yang baik hati.


Pesan Moral Cerita Dongeng Kancil, Semut dan Cicak adalah :

Jangan kita balas kejahatan dengan kejahatan. dengan kita berbuat baik pada orang yang telah menjahati kita, maka orang tersebut akan berfikir dan kemungkinan besar akan menyadari kesalahannya. Berbuat baik adalah perbuatan mulia.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Serigala dan domba

Disebuah hutan hiduplah seekor serigala liar yang sedang kelaparan. Sudah beberapa hari ini dia tidak menemukan mangsa untuk dimakan. Hari itu dia berencana untuk mencari makanan di pinggiran hutan tersebut, karena dia tahu kalau di pinggiran hutan itu sering ada penggembala yang menggembalakan dombanya. Dan benar saja, dari kejauhan serigala melihat kawanan domba yang sedang asyik merumput. Namun langkah serigala terhenti ketika dilihatnya Pak Gembala duduk di dekat domba-domba tersebut. "Wah, kalau begini mana mungkin aku bisa memakan salah satu diantara domba-domba itu". Pikirnya.

Namun serigala memang banyak akalnya, tentu saja akal bulus dan akal licik. Hingga suatu malam, ia berhasil memangsa seekor domba milik Pak gembala. Ia tidak langsung memakannya melainkan dibawanya pulang ke hutan dan menguliti domba tersebut."Hahahaha... dengan kulit domba berbulu ini, saya pasti akan dengan mudah memangsa domba" Katanya bangga sambil memegang kulit domba yang sudah dia modifikasi menyerupai sebuah kostum hewan. Hari berikutnya, dengan memakai kulit dan bulu domba, sang Serigala menyusup masuk ke kawanan domba dan dengan mudahnya dia bisa memangsa anak domba. Hal tersebut makin membuat serigala makin bangga dengan kostum buatanya itu.

Pagi itu Serigala mencoba keampuhan kostum dombanya, ia memberanikan diri membaur dengan kawanan domba yang sedang merumput di pinggiran hutan. Penggembala yang sudah tau gerak gerik serigala diam saja dan pura-pura tidak melihatnya. Sepertinya penggembala mempunyai rencana untuk serigala itu. Pak gembala memang sudah kesal dengan kelakuan serigala yang telah memangsa dombanya akhir-akhir ini. Merasa tipu muslihatnya manjur, Serigala makin yakin dan berani. Tanpa sepengetahuan pak gembala, Pada malam harinya sang Serigala juga ikut bersama kawanan domba untuk masuk ke dalam kandang, tepat tengah malam dia memangsa anak domba lagi dan membawanya ke hutan. Pagi harinya, mengetahui anak domba peliharaanya tidak ada, pak gembala makin kesal dengan serigala. Maka dia punya rencana untuk menjebak serigala tersebut.

Hari itu Pak Gembala sudah siap menggiring domba-domba ke hutan untuk merumput, tak lama mereka pun sampai di pinggiran hutan. Serigala yang sudah dari tadi menunggu mereka akhirnya mengendap-endap membaur dengan kawanan domba. Pak Gembala tau kalau serigala sudah datang dan ada diantara mereka. Setelah para domba puas merumput, pak gembala pun menggiring mereka untuk pulang. Serigala pun ikut dalam rombongan itu, Sebelum masuk kandang satu persatu domba di cukur karena bulunya akan di jual oleh Pak Gembala. Mengetahui hal tersebut, Serigala mulai panik. Namun sudah kepalang basah, maka dia pun menurut saja ketika mendapat giliran di cukur. Pak Gembala yang sudah tau kalau itu adalah serigala lalu mengikat keempat kaki serigala dan melepaskan kulit domba yang dikenakanya. Kini terlihatlah Serigala seperti aslinya dan tanpa ampun dicukur habis oleh pak gembala hingga gundul. serigala kini tampak lucu dan semua Domba menertawakannya. Merasa di permalukan akhirnya serigala berontak dan berhasil membuat ukatan di kakinya lepas. Dia berlari kencang menuju hutan untuk menyelamatkan diri. Dia terus berlari seolah dikejar sesuatu. Naas, dia terjatuh ke jurang dan serigala pun akhirnya mati tanpa ada yang menolongnya. Perbuatan buruknya tekah menuai balasan dari yang Kuasa.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Serigala dan Domba adalah :

Orang yang berbuat jahat pasti akan ketahuan dan menerima hukuman yang setimpal. Selalu berbuat baiklah terhadap sesama dan jauhi sifat licik dan kepura-puraan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ular dan emas

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang petani miskin yang bernama Pak Joyo yang tinggal di pinggiran sebuah hutan dengan anak semata wayangnya. Suatu hari pak tani sedang mencari kayu bakar di dalam hutan, setelah berjalan cukup jauh masuk ke hutan ia bermaksud beristirahat. Pak tani lalu berteduh di bawah pohon, ia berbaring sejenak sambil menikmati semilirnya udara . Tiba-tiba dilihatnya ular berbisa yang keluar dari semak-semak di dekatnya. Saat itu dia berpkir, "Pasti ular ini adalah penjaga hutan ini dan harus dihormati." Begitulah, karena masyarakat masih percaya dengan hal-hal tahayul seperti halnya pak tani ini. Petani itupun pulang untuk mengambil sedikit makanan dari rumahnya yang berada di pinggiran hutan, ia meletakan makanan berupa air gula ke dalam mangkuk, dan menaruhnya dekat sarang ular tersebut sebagai ucapan rasa terima kasih, lalu petani itu berkata, "Wahai penjaga hutan ini, saya memberikan semangkuk air gula ini sebagai ucapan terima kasih saya kepadamu!" Setelah itu, petani tersebut pulang ke rumahnya.

Keesokan pagi saat dia datang kembali ke tempat kemarin dia menaruh mangkuk, dia melihat kepingan emas di dalam mangkuk. Dan sejak saat itu, setiap hari kejadian itu terus berulang. Pak tani setiap hari memberikan semangkuk air gula ke ular tersebut dan setiap pagi pula dia selalu mendapatkan sekeping emas.

Suatu hari petani tersebut akan pergi ke desa sebelah selama beberapa hari dan untuk itu dia memerintahkan anaknya untuk menaruh semangkuk air gula di depan sarang ular di hutan. Sang anak melakukan perintah ayahnya, membawa semangkuk air gula, lalu menaruhnya di depan sarang ular. Keesokan paginya saat dia membawa semangkuk air gula lagi, dia menemukan sekeping emas di mangkuk yang lama, dan sang Anak berpikir: "Di perut ular ini mungkin penuh dengan emas; Jika saya membunuh ularnya, saya dapat mengambil semuanya sekaligus dan saya akan cepat kaya." Keesokan hari, saat dia menaruh semangkuk makanan di depan sarang ular, dia menunggu ular tersebut keluar, dan saat sang Ular keluar dari sarang, sang Anak memukul kepala ular tersebut dengan pentungan. Tetapi ular itu masih beruntung bisa lolos dari kematian dan dalam keadaan marah, ia mematuk sang Anak dengan giginya yang tajam dan berbisa sehingga sang Anak langsung tidak bernyawa. Orang-orang sekampung yang menemukan sang Anak yang telah meninggal lalu mengubur anak tersebut dan memanggil sang Petani pulang.

Dua hari kemudian setelah sang Petani tiba di rumah dan mendapatkan penjelasan tentang kematian anaknya, sang Petani merasa sangat bersedih. Tetapi setelah beberapa hari, dia kembali mengambil semangkuk air gula dan menaruhnya di depan sarang ular. Pak Tani lalu memanggil sang Ular untuk keluar dari sarangnya. Setelah lama menanti, sang Ular akhirnya muncul dan berkata kepada sang Petani: "Keserakahan yang membawamu sekarang ke sini, keserakahan membuat kamu lupa akan kematian anakmu. Mulai saat ini, persahabatan antara kita tidak akan bisa terjalin lagi. Anakmu yang serakah itu memukul saya dengan kayu, dan Saya menggigitnya hingga meninggal. Bagaimana saya bisa melupakan pukulan dengan kayunya? dan bagaimana kamu bisa melupakan rasa duka akan kehilangan anakmu?" Setelah itu, sang Ular memberikan sebuah mutiara yang mahal kepada sang Petani dan menghilang masuk ke dalam sarang. Tetapi sebelum menghilang, sang Ular berkata: "Jangan engkau datang lagi ke sarangku." Sang Petani mengambil mutiara tersebut, pulang ke rumahnya sambil menyimpan rasa penyesalan dalam hatinya.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ular dan Emas adalah :

Janganlah kita menjadi orang yang serakah, karena sifat serakah sangat tercela dan di benci Tuhan. Keserakahan seringkali menghilangkan akal sehat manusia. berlakulah lebih bijak dalam berfikir dan bertindak.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Beruang dan lebah

Dahulu kala, hiduplah seekor beruang di sebuah hutan yang sangat subur. Siang itu dia sedang berjalan menyusuri tepian danau yang ada di hutan tersebut, rupanya dia sedang kelaparan dan bermaksud mencara makanan kegemarannya yaitu madu. Tak memerlukan banyak waktu, dia pun melihat sarang lebah yang berada di lubang pohon tumbang dekat danau. dengan berhati-hati dia mendekati sarang lebah tersebut.

Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tumbang tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Tepat pada saat itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah yang pulang tersebut, tahu akan maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang Beruang, tanpa ampun mereka menyengat pantat Beruang dengan sengatnya yang tajam. Mendapat serangan tiba-tiba, beruangpun kaget bukan kepalang. Dia mengamuk membabi buta dan menyerang balik kawanan lebah. Mendapat perlawanan dari Beruang, para lebah pun ketakutan dan lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.

Sengatan di pantat beruang rupanya cukup banyak, Beruang tersebut menjadi sangat marah dan seketika itu juga, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah membuat marah seluruh kawanan lebah yang berada dalam sarang, mereka keluar dan menyerang sang Beruang. Beruang yang sial itu akhirnya lari terbirit-birit dengan penuh benjolan bekas sengatan lebah. Para lebah terus mengejarnya, karena merasa kewalahan akhirnya beruang itu menyelamatkan dirinya dengan cara menyelam ke dalam air danau. Dia benar-benar sial hari itu, madu tidak ia dapatkan namun sengatan lebah penuh di badan.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Beruang dan Lebah adalah :

Janganlah kita mengusik kehidupan orang lain, karena perbuatan itu sangat tercela. Belajarlah mencari rejeki dengan tidak merugikan orang lain.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Sarang laba laba emas

Disebuah hutan, tinggal beraneka macam hewan. mereka hidup dengan damai. Pagi itu udara berhembus segar meniup embun di dedaunan nan subur menghijau. Matahari baru menampakan sinarnya yang hangat. Sorot cahaya menembus kerimbunan hutan kecil itu. Semua penghuni hutan itu langsung terjaga. Mereka menyambut hari baru itu dengan bersuka ria. Bunga-bunga mekar berseri. Kupu-kupu menari-nari riang. Burung-burung bernyanyi-nyanyi gembira. Cuma Laba-laba yang nampak tidak bergairah. Sepertinya laba-laba mungil itu sedang bersedih hati.

Baru beberapa hari ini Laba-laba tinggal di hutan kecil itu. Tadinya ia tinggal di sebuah gubuk kosong bekas pemburu yang letaknya tak jauh dari hutan itu. Di sana ia tinggal dengan tenang. Kemudian datanglah bencana itu. Gubuk itu dirobohkan petani untuk dijadikan kayu bakar, dan dia tidak bisa lagi bersarang di gubuk itu.

Setelah gubuk itu rata dengan tanah dan dibawa pergi, Ia kemudian terlunta-lunta. Suatu ketika Laba-laba juga hendak ditangkap oleh seekor burung, ia lari menyelamatkan diri. Ia lalu bersembunyi di hutan kecil itu. Ketika Kaba-laba menyesali nasibnya, Peri Bintang lewat di dekatnya. Agaknya Peri penguasa hutan kecil itu melihat kesedihan Si Laba-laba. "Apa yang bisa kuperbuat untuk membuatmu gembira, Laba-laba?" ujar Peri itu lembut. "Aku ingin anak-anak itu mengagumiku, Peri!" jawab Laba-laba.

Peri Bintang terdiam lama sekali. Sepertinya ia sedang berpikir. Beberapa saat terdengar ia berkata, "Baiklah! Aku akan menolongmu, Laba-laba! Tetapi, jangan salah gunakan pemberianku ini, ya!" Peri Bintang membuat ramuan. Lalu, ia menyuruh Laba-laba meminum ramuan itu. Setelah itu Laba-laba bergegas pergi ke sebuah pohon dekat rumah penduduk di pinggiran hutan. namun ia tidak berani masuk ke dalam rumah. Ia memilih tempat di sudut kebun petani. Di situ ia mulai memintal sarangnya. "Hei! Itu Lihatlah! Ada laba-laba ajaib! Sarangnya terbuat dari emas,"Tak lama terdengar suara anak-anak. Laba-laba terkejut sekali. "Oh, jadi inikah keajaiban yang diberikan Peri Bintang kepadaku," pikir Laba-laba dalam hati. "Wah! Benar-benar emas murni! Ayo kita tangkap laba-laba ini. la akan membuat kita kaya!" usul salah seorang anak. Anehnya! Laba-laba tak berusaha menghindar ketika anak-anak itu menangkapnya. Ia bahkan merasa bangga sekali.

"Aku akan membuat kalian terus mengagumiku!"janji Laba-laba. Ia kemudian ditempatkan di dalam sebuah ruangan yang mewah. "Ayo pintallah sarang emas buat kami, Laba-laba Manis! Ayo pintal lagi! Pintal lagi! Pintal lagi!" sorak anak-anak kegirangan. Sementara itu Laba-laba terus memintal dan memintal. Sampai ruangan mewah itu nyaris penuh dengan sarang emas. Celakanya! Anak-anak itu tak pernah merasa puas. Mereka menyuruh Laba-laba terus mengeluarkan benang emas sampai badan Spini terasa sangat lemas. "Ahh...! Badanku lemas sekali. Sebentar lagi pasti aku mati...." gumam Laba-laba lirih.

Laba-laba kemudian menyadari ketololannya. Ia sadar bahwa kesombonganya telah dimanfaatkan oleh manusia. Akibatnya, ia sendiri yang sengsara. Laba-laba ingin sekali melarikan diri. Tetapi, rasanya tidak ada kesempatan untuk melakukan keinginannya itu. Sebab, anak-anak itu menjaganya dengan ketat.

Untung, ada seorang Nenek yang baik hati. Nenek itu heran melihat anak-anak yang sedang bermain laba-laba. Laba-laba itu sudah tampak lemas, Setelah tahu sebabnya Nenek itu memarahi mereka. "Astaga? Kalian telah menyiksa binatang itu!" seru si Nenek. "Tetapi, Nek. Ia bisa membuat kita kaya," jawab mereka. "Kalian sungguh kejam. Tahukah kalian bahwa ketamakan kalian itu bisa membuat binatang itu binasa. Ayo segera tinggalkan tempat ini!" kata Nenek tegas.

Keempat anak itu pergi dengan wajah kecewa. Laba-laba merasa lega sekali. Ternyata, masih ada manusia yang berhati emas seperti Nenek ini, pikirnya. "Kasihan kau, Laba-laba Manis!" ujar Nenek lembut. "Mari kubebaskan kau!" Nenek itu melepaskan Laba-laba di pekarangan rumahnya. Tubuhnya yang lemah itu diletakkannya di atas rerumputan yang lembut. Andai Nenek itu bisa mengerti, Laba-laba ingin berteriak, "Terima kasih, Nek!"

Dengan tertatih-tatih Laba-laba segera menemui Peri Bintang. "Apakah anak-anak itu sangat mengagumimu, Laba-laba?"tanya Peri Bintang. "Anak-anak itu memang sangat mengagumiku. Tetapi, kekaguman mereka itu justeru membuatku sengsara, Peri. Karena ulah mereka aku nyaris mati kehabisan tenaga," jawab Laba-laba menyesal.

Laba-laba menceritakan pengalamannya dengan berlinang air mata. "Aku menyesal telah bersikap sombong. Aku ini memang sangat tolol," ujar Laba-laba setengah terisak. Peri Bintang tercenung. Ia juga merasa bersalah. Karena keajaiban yang diberikannya nyaris membuat Laba-laba celaka. "Sekarang apa yang ingin kuperbuat untukmu, Laba-laba?" tanya Peri. "Aku ingin dikembalikan ke wujud asalku, Peri. Aku ingin jadi seekor laba-laba biasa. Setelah itu aku ingin tinggal di hutan ini," ucap Laba-laba lirih. "Baik. Permintaanmu itu akan segera kukabulkan!" tukas Peri Bintang mantap.

Peri yang baik hati itu kemudian membuat ramuan lagi. "Nah! Minumlah ini," tuturnya lembut sambil menyodorkan ramuan. Laba-laba segera meminum ramuan itu. Ternyata ramuan itu sangat mujarab. Tak lama Laba-laba telah kembali berubah jadi seekor laba-laba biasa. Sarang yang dipintalnya bukan sarang emas melainkan sarang biasa. Betapa girangnya si Laba-laba! "Terima kasih, Peri. Aku berjanji tidak akan mengotori hutan ini dengan membuat sarang di sembarang tempat," ucap Laba-laba tulus.

Sejak saat itulah, Laba-laba menjadi penghuni hutan kecil itu. Setiap matahari terbit merekah di ufuk timur ia selalu menyambut hari baru itu dengan wajah cerah dan ceria.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kelinci berbulu emas

Dahulu kala, hiduplah kawanan kelinci yang tinggal di sebuah hutan yang damai. Mereka hidup dengan tentram tanpa ada hewan lain yang mengganggu. Esok pagi adalah hari pendaftaran perlombaan Bulu Terindah bagi para kelinci. Lomba ini sangat menarik bagi kalangan kelinci karena pemenangnya akan mendapatkan alat penggali tanah yang terbuat dari perunggu yang disediakan oleh pemimpin kawanan kelinci yaitu Sesepuh Kelinci Mbah Welu. Konon kelinci pemenang yang mempunyai alat ini bisa membuat liangnya sendiri dengan sangat mudah dan bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Wajar saja jika peminat yang ingin mengikuti lomba sangat banyak.

Adalah Kiki Kelinci, salah satu kelinci yang sangat ingin mendaftar lomba bulu terindah. Walau ambisinya sangat besar, tapi ia tidak yakin akan bisa menang. Bulunya sebenarnya sehat, subur dan bagus, tetapi karena tidak mengikuti nasihat induknya untuk mandi teratur, sekarang bulunya berubah menjadi kusam dan kelam. Namun ia tetap ingin sekali mendapatkan hadiah alat penggali tanah itu.

Pagi itu setelah sarapan Kiki bangun agak awal dari biasanya. Ia buru-buru ke luar liang, sementara induknya sedang membersihkan kamarnya dari sisa rumput. Sambil berjalan ia berfikir. “bagaiman ya.... pendaftaran lomba sebentar lagi sudah dimulai, kalaupun aku sekarang mandi sampai ratusan kali pun, sudah telat. Buluku tidak akan sebagus kelinci lain yang rajin mandi dan berdandan”. Kiki terus berjalan menyusuri jalanan di hutan itu. Karena Kiki berjalan kurang konsentrasi dan melamun, “Brakkkkkkk .!!!!. Aduhhhh kepalaku!” Kiki meringis kesakitan, rupanya dia menabrak sebatang pohon Mambang Gintung. Beberapa daunnya yang sudah tua terjatuh. Daun-daun yang jatuh tanpa sengaja menempel di tangan Kiki, ia duduk beristirahat di bawah pohon sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit. Tanpa sengaja dilihatnya tangan kecilnya, warna bulunya berubah menjadi keemasan. Daun-daun itu ternyata mengandung pewarna yang menyerupai emas mengkilat berkilauan. Yesss! Kiki seperti mendapatkan ide cemerlang. Segera saja Kiki mengumpulkan dedaunan yang mengandung zat pewarna itu. "Denagn daun ini, Aku akan memberikan kejutan pada semua orang saat lomba bulu terindah nanti..!!" begitu pikirnya.

Buru-buru Kiki pergi ke tempat penyelenggaraan lomba, hari sudah agak siang. dengan diliputi rasa cemas takut pendaftaran sudah ditutup, akhirnya sampai juga Kiki di tempat perlombaan. Rupanya lomba sudah hampir dimulai, semua peserta siap bergaya. Sorak sorai penonton terdengar ramai, peserta pertama beraksi. Bulunya berwarna putih bersih dan lembut seperti kapas. Pasti peserta pertama ini rajin mandi dan menyisir bulunya. Kiki mendatangi panitia lomba dan bermaksud mendaftar, untunglah panitia berbaik hati dan mau menerima pendaftaran Kiki, setelah itu ia mengambil undian dan mendapatkan nomor tiga. Kiki lalu dipersilakan duduk oleh salah satu juri. Kiki hatinya sangat senang, sambil menanti giliran tampil ia menonton peserta lain.

Kini giliran peserta kedua dipanggil dewan juri, kali ini seekor kelinci berbulu belang hitam putih. Dengan lompatan lincahnya ia naik ke panggung. Penonton riuh bertepuk tangan ketika dia memperlihatkan bulunya yang mengkilat dan bercahaya terkena sinar matahari. Akhirnya tiba juga giliran Kiki untuk naik ke panggung. Penonton penasaran saat ia naik panggung dengan memakai Topi dan Jubah. Dan ketika ia membuka jubah dan topinya, semua penonton terkejut bukan kepalang. Beberapa penonton dibarisan bangku depan bahkan sampai terjungkal saking kagetnya. Bulu Kiki berwarna kuning keemasan. Setiap terkena cahaya matahari bulunya seakan bercahaya dan menyilaukan. Semua hadirin terkagum-kagum dengan bulu Kiki. “Baru pertama kali ini aku melihat kelinci berwarna emas!!!" “Bulunya indah sekali!” teriak beberapa penonton. Semua penonton bertepuk tangan meriah saat Kiki melangkah turun dari panggung.

Setelah seluruh peserta tampil dewan juri segera menggelar rapat dewan untuk menentukan juaranya. Walaupun hari sudah mendekati sore dan cuaca mendadak agak mendung, namun para penonton tidak ada yang pulang dan seolah enggan melewatkan acara tersebut. Selesai rapat, ketua dewan juri naik ke panggung. Semua peserta tampak tegang karena ini berarti pengumuman pemenang akan segera dibacakan. Lalu ketua dewan juri berteriak, “Pemenang lomba bulu terindah dan terbaik tahun ini adalah….” mendadak sorak sorai penonton terhenti, suasan menjadi sangat hening. Semua seperti merasakan ketegangan yang teramat sangat. “Kikiiiiiiiii, si kelinci berbulu Emaaaaaaaaaaaaaasssssss!” Lanjut ketua Juri berteriak panjang.

Semua penonton bersorak dan bertepuk tangan dan berebut ingin bersalaman dengan Kiki yang sedang berjingkrak kegirangan. Ia pun segera naik ke panggung untuk menerima hadiah berupa alat penggali tanah. Saat penyerahan hadiah, tiba-tiba saja gerimis turun, tapi penonton tidak bubar. Mereka masih ingin melihat Kiki Si Kelinci Berbulu Emas. Ketika dewan juri akan menyerahkan hadiah ada seorang penonton yang berteriak. “Hei lihat, bulu kelinci emas kelihatan aneh!” Semua orang kini menatap Kiki sambil melotot. Ternyata bulu Kiki terkena air hujan gerimis, warna emas di beberapa bagian tubuhnya mulai memudar dan hilang. Yang terlihat kini bukan kelinci berbulu emas tapi kelinci berbulu belang, sebagian berwarna emas sebagian lagi hitam kusam.

Seketika penonton kembali riuh ramai, tapi kini bukan sorak sorai kekaguman, melainkan kemarahan dari para penonton dan peserta lomba yang lain. “Lihat !!! Bulunya mulai kelihatan aslinya!. Anak itu telah menipu kita! Dasar tukang curang... Licik! Ayo kita tangkap dan hukum dia!”. Teriak Beberapa peserta yang kalah dlam lomba.

Kiki sangat ketakutan dan panik, ternyata akal bulusnya mewarnai bulu ketahuan. Ia berlari tak tentu arah. Para kelinci yang ia bohongi terus mengejarnya. Kiki berlari tanpa henti meski para pengejarnya sudah tidak kelihatan. Ia merasa takut dan malu. Tanpa sadar ternyata Kiki sudah berlari sampai ke pinggiran hutan. Ia kemudian bernaksud beristirahat sambil mencari tempat untuk sembunyi. Karena ia belum memiliki alat penggali tanah ia tinggal dan bersembunyi pada liang yang dibuat hewan lain. Ia menempati lubang bekas rumah Landak. Kiki kini tinggal sendirian di rumah yang bukan miliknya, ia sangat menyesali perbuatanya, dan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahanya. Ternyata berlaku tidak jujur sangat merugikan. Bukan hanya merugikan orang lain, namun juga merugikan diri sendiri.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kelinci Berbulu Emas adalah :

Hendaknya kita percaya pada diri kita sendiri. Menjadi diri sendiri itu lebih baik dari pada menjadi orang lain. Berlaku jujur akan membawa kebaikan bagi banyak orang juga diri kita. Ketidak jujuran akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang tidak jujur akan dijauhi banyak teman.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Seekor penyu dan burung dara

Dahulu kala, Di sebuah pantai nan landai dan berpasir putih hiduplah seekor penyu dan kawanan burung dara. Siang itu udara berembus sepoi-sepoi, membuat dahan dan daun-daun nyiur melambai menari. Di atas ranting yang terjatuh oleh angin, seekor burung Dara tampak hinggap tepat di depan seekor Penyu muda yang sedang santai sambil berjemur.

“Hei, Penyu kawanku! Apakah tidak bosan kamu sepanjang hari berjemur disitu?, kemana-mana jalan pun lambat nian lah dikau heheheheh!! Lihatlah aku, bisa terbang tinggi dan bisa melihat indahnya pantai dari langit. Aku juga bisa melintasi langit diatas samudera luas, hutan, dan tempat-tempat yang tak mungkin kamu bisa lihat. Kasihan sekali nasibmu kawan! Hehehehehe,” ledek sang burung Dara sambil mengibaskan sepasang sayapnya yang berbulu putih dan indah.

“Lihat ini hai penyu!” Sang Dara terbang membubung tinggi, bermaksud menunjukkan kehebatannya pada Penyu. Sang Penyu hanya melihatnya dari bawah pohon kelapa sambil tersenyum. Walaupun sering diejek dan direndahkan oleh burung Dara, dia tak pernah menganggap burung Dara sebagai rivalnya. Dia menganggap semua binatang di dunia ini sebagai sahabat. Dia yakin, bahwa setiap binatang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Akan tetapi, tak semua binatang menyadari itu.

“Penyu... Aku mau pergi ke pulau lain. Kalau mau ikut ya silakan, tapi kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak mau menunggu kamu yang lamban,” ejek burung Dara. Dalam sekejap, burung Dara sudah hilang dari pandangan mata Penyu. Dia sudah terbang menuju pulau lain di kawasan pantai tersebut.

Sudah lama Penyu mendambakan bisa pergi ke pulau yang lain untuk menambah pengetahuannya. Kadang terasa bosan terus-terusan berada di satu pulau. Kepergian burung dara membuat Penyu semakin ingin pergi menyususl kesana. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul burung Dara. Dia ingin melihat tempat baru dan kawan baru. Barangkali aku bisa menemukan teman yang bisa diajak bermain bersama disana, kata Penyu dalam hati.

Akhirnya dengan tekat yang bulat, Penyu memberanikan diri untuk berenang menuju pulau yang ada di seberang. Dalam perjalanannya, dia bertemu sesama penyu, juga binatang-binatang lain di laut itu. Sifat Penyu yang ramah membuatnya disenangi oleh banyak binatang lain.

Penyu terus mengayuh kaki-kakinya yang pendek untuk berenang, tiba-tiba di tengah lautan luas, Penyu melihat sebuah titik terombang-ambing di tengah laut. Karena penasaran, penyu segera berenang mendekati benda itu. Betapa terkejutnya Penyu mendapati, benda itu ternyata adalah burung dara sahabatnya, rupanya dia pingsan. Sayapnya terluka. Dengan sekuat tenaga Penyu membawa tubuh kawannya ke daratan. Dengan cekatan, ia membersihkan dan merawat sayap Burung dara yang terluka.

Setelah lama pingsan, akhirnya Burung Dara mulai siuman. Dalam keadaan belum sepenuhnya siuman, tubuhnya menggigil ketakutan. Bayangan tentang tubuhnya yang terjatuh ke laut dan dihantam ombak besar berkelebat di benaknya. Burung dara menjerit dan menangis tersedu-sedu membayangkannya, lebih-lebih rasa sakit pada sayapnya yang terluka parah. “Kawan, tenang, kamu sudah selamat. Ada aku di sini untukmu.” Penyu berkata pelan kepada burung Dara. “Penyu, apakah kamu yang telah menyelamatkanku dan membawaku ke daratan?” tanya burung Dara seolah tak percaya. “Benar, Kawanku. Apa gerangan yang telah terjadi denganmu?” tanya Penyu. “Aku… aku diserang seekor Gagak Hitam. Aku tidak bisa melawan, dan terjatuh ke lautan. masih sakit sekali rasanya sayap-sayapku…Penyu” “Mungkin aku tidak akan bisa terbang lagi. Padahal selama ini, aku selalu menyombongkan diri dengan kelebihan yang aku miliki, sepasang sayap yang bisa membuatku terbang tinggi melintasi udara diatas samudera.” Burung Dara mengucapkannya dengan terbata-bata dan seolah menyesali perbuatan sombongnya.

“Tenanglah, Kawanku... setelah lukamu pulih, kamu pasti bisa terbang lagi. Aku sangat yakin itu. Istirahatlah dulu, agar kukamu cepat pulih,” kata Penyu dengan suara pelan. Mendengar ucapan Penyu, tangisan burung Dara mulai mereda. “Penyu sahabatku yang baik, terima kasih, ya, kamu telah menolongku. Dan aku ingin mohon maaf karena selama ini, aku sudah sering menghina dan menyakitimu, tapi kamu begitu sabar menerima perlakuanku yang jahat padamu.”

Penyu hanya diam sambil tersenyum, seraya menggelengkan kepala. “Tak ada yang perlu dimaafkan kawan, tersakiti, Kamu tetap temanku. dan aku adalah temanmu. Selamanya akan selalu begitu, sebagai kawan, kita tidak boleh bermusuhan.

Begitulah, sejak kejadian itu Burung Dara dan Penyu bersahabat dengan sangat baik. Kemana-mana mereka selalu bersama. Bahkan ketika Penyu sedang sakit dan tidak bisa mencari makan, Burung Dara selalu membantunya mencarikan makanan dan mengirimi makanan untuk penyu. Sebuah persahabatan yang indah.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Seekor Penyu dan Burung Dara adalah :

Janganlah kita bersifat sombong, jangan menyombongkan kelebihan yang ada pada diri kita. jangan suka mengejek orang lain yang mempunyai kekurangan. Yakinlah, bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi tidak sepantasnya kita menyombongkan diri pada orang lain.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Bangau dan kera

Zaman dahulu kala, hiduplah seekor burung bangau dan seekor kera yang tinggal di dalam sebuah hutan lebat. Sejak lama mereka telah bersahabat baik. Namun persahabatan mereka tidak saling menguntungkan. Dalam hal ini, Kera hanya sekadar memanfaatkan burung bangau untuk kepentingan dirinya sendiri.

Burung Bangau sering sekali membantu Kera mencari kutu-kutu yang menempel di tubuhnya. Selain itu, bila mereka ingin bepergian Burung Bangau selalu terbang membawa Kera di punggungnya. Sementara Kera sendiri hanya duduk manis sambil melihat pemandangan yang ada dibawahnya. Begitulah bentuk persahabatan yang dijalin keduanya yang selalu menguntungkan Sang Kera. Bahkan pernah suatu hari Kera bekerja sama dengan Bangau untuk menangkap ikan di sebuah danau. Dengan susah payah Sang Bangau mencari dan menangkap ikan yang ada di danau tersebut, sedangkan Sang Kera hanya duduk sambil mengumpulkan hasil tangkapan Bangau. Selesai penangkapan hasilnya dibagi dua. Padahal, sebelumnya Sang Kera telah menyembunyikan sebagian hasil tangkapan Sang Bangau, sehingga ketika dibagi dua hasilnya menjadi lebih sedikit lagi. Begitulah, si kera memang sangat licik.

Kelakuan licik Sang Kera tersebut dilakukan beberapa kali sampai akhirnya kesabaran Sang Bangau habis. Hal ini terjadi ketika Sang Kera mengajaknya pergi ke Pulau yang terkenal akan buah sawonya. Oleh karena Sang Bangau tidak makan buah sawo, Kera pun memperdayainya dengan mengatakan bahwa di pulau tersebut banyak terdapat belalang dan katak yang merupakan makanan kesukaan Sang Bangau. Tergiur oleh rayuan Kera, Sang Bangau segera menyetujuinya. Padahal, jarak yang harus ditempuh menuju Pulau itu lumayan jauh. Di sepanjang perjalanan, Kera selalu saja mengajak Sang Bangau Berbicara.

“Bangau sahabatku,” kata Sang Kera. “Nanti setelah sampai di Pulau aku akan membuat perahu. Jadi, engkau tidak perlu lagi membawaku terbang. Kita dapat menaiki perahu bersama-sama.” “Apakah engkau pandai membuat perahu?” tanya Sang Bangau dengan nada tidak percaya. “Aku pernah pergi ke negeri orang-orang yang pandai membuat perahu. Tetapi saat ini aku hanya bisa membuat perahu dari bahan tanah liat. Nanti tolong bantu aku mengumpulkan tanah liatnya,” kata Sang Kera.

Setelah sekian lama terbang, barulah tampak sebuah Pulau yang menghijau dari kejauhan. Sang Kera yang hanya duduk santai di atas punggung Bangau segera saja membayangkan buah-buah sawo matang yang harum serta manis rasanya. “Cepatlah sahabatku, kita sudah hampir sampai,” kata Kera tidak sabar. Namun apalah daya, Sang Bangau sudah tidak mampu terbang cepat lagi karena kelelahan akibat perjalanan jauh serta selalu diajak bercakap-cakap oleh Kera yang duduk dipunggungnya. Tetapi, dengan sisa tenaga yang dimilikinya akhirnya mereka sampai juga di pantai Pulau tersebut. Mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke tengah pulau untuk mencari “katak dan belalang”, seperti yang diceritakan Sang Kera. Padahal, tujuan sebenarnya adalah menemukan pepohonan sawo yang tengah musim berbuah.

Setelah sampai di tengah pulau yang dipenuhi pepohonan sawo, Sang Kera langsung memanjat salah satunya dan memakan buah-buah sawo matang yang bergelantungan. Ketika pohon sawo yang dipanjatnya sudah mulai habis buahnya, dia lalu meloncat ke pohon lain untuk mengambil sawo matang lainnya. Begitu seterusnya hingga perutnya kembung dan tertidur karena kekenyangan.

Sementara Sang Bangau yang masih kelelahan dan kelaparan hanya menunggu di bawahnya sambil memperhatikan sekelilingnya kalau ada katak atau belalang lewat. Maklum, selain lelah, perut Sang Bangau juga lapar seperti Kera. Tetapi makanannya bukanlah buah sawo, melainkan katak, belalang, dan berbagai macam jenis serangga lainnya. Sayangnya, makanan “pokok” Sang Bangau tersebut ternyata tidak ada, sehingga dia pun lantas membangunkan Sang Kera yang sedang tertidur pulas di atas pohon. “Hai Kera sahabatku, di bagian mana dari pulau ini yang banyak terdapat katak dan belalang seperti yang engkau katakan sebelum kita berangkat?” tanya Sang Bangau agak sedikit kesal. “Dahulu di tempat ini banyak sekali terdapat katak dan belalang. Mungkin mereka sedang bersembunyi atau telah pindah di bagian lain dari pulau ini,” kata Kera berbohong. “Kalau sampai besok tidak juga ada katak atau belalang aku akan pulang,” kata Sang Bangau mengancam. “Engkau tinggal saja di sini karena makananmu berlimpah.” “Janganlah engkau begitu, sahabatku,” kata kera merajuk. “Manalah mungkin aku hidup sendirian di sini.” “lalu aku harus makan apa?” tanya Sang Bangau kesal.

Setelah berpikir sejenak akhirnya Sang Kera berkata, “Baiklah kalau itu maumu. Besok pagi aku akan ikut pulang denganmu.” “Tubuhku masih lemah karena belum mendapat makanan. Jadi, mana mungkin aku membawamu terbang,” kata Sang Bangau bertambah kesal. “Kalau begitu tunggu saja sampai kekuatanmu pulih lalu kita pulang,” kata Kera membujuk. “Aku bisa mati kelaparan jika harus menunggumu. Lagi pula, engkau kan pandai membuat perahu? Jadi, buatlah perahu sendiri sehingga engkau bisa tinggal lebih lama dan puas memakan seluruh buah yang ada di sini,” jawab Sang Bangau.

Sang Kera terperanjat karena cerita bohongnya ternyata diingat oleh Sang Bangau. Oleh karena itu, dia lalu berkata, “aku memang pandai membuat perahu. Tetapi untuk mengumpulkan tanah liat sebagai bahan pembuatnya tidaklah mungkin dapat kukerjakan sendirian. Aku membutuhkan bantuanmu, wahai saudaraku.” Bujukan Sang Kera ternyata ampuh memengaruhi pendirian bangau, sehingga dia rela membantu Kera mengumpulkan tanah liat sebagai bahan pembuat perahu. Selain itu, Bangau juga berpikir kalau pulang menggunakan perahu pasti akan lebih meringankan bebannya karena tidak harus terbang untuk pulang ke rumah.

Singkat ceruta, Hari itu cuaca sangat terik, sementara perahu tanah liat rancangan Sang Kera pun telah jadi. Secara perlahan-lahan mereka mendorongnya ke tengah laut untuk berlayar pulang. Di tengah perjalanan sesekali perahu diterjang ombak kecil. Tentu saja hal ini membuat nyali Kera menjadi ciut dan wajahnya pucat pasi karena takut perahunya hancur. Sebaliknya, Sang Bangau malah bernyanyi riang, “Curcur mamat, curcur mamat, bila hancur saya selamat, bila hancur saya selamat.”

Nyanyian Sang Bangau itu ternyata menjadi kenyataan. Ketika perahu hampir mencapai daratan, secara tiba-tiba datanglah badai disertai guntur dan hujan lebat. Ombak lautan pun menjelma menjadi gulungan-gulungan raksasa yang dalam waktu singkat berhasil memecahkan perahu tanah liat buatan Kera.

Melihat perahu hancur berantakan, Sang Bangau langsung mengepakkan sayapnya dan terbang menuju Pulau yang telah tampak di ujung cakrawala. Sementara Sang Kera yang tidak bisa terbang, berusaha menggapai sisa-sisa sisa tanah liat bekas perahu buatannya untuk dijadikan pelampung. Namun, karena hanya terbuat dari tanah liat, dalam sekejap sisa-sisa perahu itu akhirnya larut dengan air laut. Sang Kera yang tidak begitu pandai berenang, secara perlahan-lahan tenggelam dan mati ditelan ombak.


Pesan Moral Kisah Dongeng Bangau dan Kera adalah :

Jangan suka berbohong pada siapa pun. Jangan suka memanfaatkan teman untuk kepentingan diri sendiri. Dan jauhi sifat licik, karena sifat itu sangat tercela dan dapat merusak persahabatan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil dan tikus

Zaman dahulu kala, hiduplah dua ekor kancil bersaudara yang menghuni hutan belantara yang sangat subur. Yang Tua bernama Dodo dan adiknya bernama Didi. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Didi rajin dan baik hati. Sedangkan Dodo pemalas, jahil dan suka berbohong. Suatu hari Dodo sedang mencari makanan, dia sudah sangat kelaparan, di seberang sungai kecil yang dangkal tampak rerumputan hijau tapi ia enggan menyeberang. Dodo memang sangat pemalas. Akhirnya Dodo mencuri makanan milik Didi, adiknya. Waktu ingin makan, dia terkejut karena makanan jatahnya sudah habis. Didi bertanya kepada Dodo di mana makanannya, namun Dodo bohong, ia menjawab dicuri tikus. “Ah, mana mungkin dimakan tikus!” kata Didi. “Iya! Masa sama kakaknya tidak percaya sih!” jawab Dodo dengan meyakinkan.

Mulanya Didi tidak percaya dengan omongan Dodo. Tetapi setelah Dodo mengatakannya berkali-kali akhirnya dia percaya juga. Tanpa sepengetahuan Dodo, kemudian Didi memanggil tikus ke rumahnya. Esok paginya, Tikus datang memenuhi panggilan Didi kancil. Tampak raut muka Dodo agak memucat ketika Tikus datang kerumahnya. “Tikus, apakah kamu yang kemarin mencuri makananku?” tanya Didi pada tikus. “Hah? Mencuri makananmu? Berpikir saja aku belum pernah!” jawab tikus. “Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong,” kata Dodo Kancil memojokkan. “Ya, sudahlah kalau memang kamu tidak mengambilnya! Tikus, aku minta tolong ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana, kok!” kata Didi pada Tikus.

Tikus kemudian berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki sampan untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya tikus tahu kalau Dodo lah yang telah mencuri makanan itu. Sementara itu, di bagian sungai yang lain, Dodo cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang perangkap tikus agar tikus terjebak dan tidak bisa kembali.

Ketika tikus hampir mendekati tepian sungai, tikus melihat ada perangkap yang terpasang. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Dodo Kancil. Tiba-tiba tikus mendapat ide gemilang. Tikus berpura-pura jatuh tenggelam dalam sungai. “Aduhhhhhhhhh… Dodo, tolong aku… aku hampir tenggelam, aku tidak bisa berenang!” teriak tikus. Mendengar itu Dodo segera menolong tikus. Tikus meminta Dodo mengantarkannya ke seberang sungai. Sesampai di seberang sungai tikus meminta Dodo menemaninya mengambil makanan.

Dodo sepertinya lupa terhadap perangkap tikus yang telah ia pasang, Karena tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus tersebut. Tikus yang kaget akan teriakan dodo segera datang untuk menolong. Dengan hati-hati si tikus melepaskan perangkap yang menjepit kaki kanan Dodo. Darah tampak keluar dari luka lecet dikakinya. Sambil menahan sakit, Dodo kemudian berterus terang pada Tikus, kalau dialah yang telah mencuri makanan milik Didi adiknya. Dodo pun meminta maaf pada Tikus tentang kesalahannya. Karena ulahnya kini tikus ikut susah disuruh mencari makanan. Dodo sangat menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Si Kancil dan Tikus adalah :

Jangan suka memfitnah, karena perbuatan fitnah adalah sangat tercela. Juga jangan suka mengambil barang yang bukan haknya. Mencuri sangat dilarang oleh Tuhan. Berusahalah berkata jujur kepada siapapun, jika memang salah kita akui terus terang.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Rubah dan ayam yang pandai

Di sebuah desa kecil hiduplah seorang petani dan seekor ayam betina. Suatu sore, seekor rubah mengedap-endap di samping rumah pak tani. Pak tani sedang sibuk memasukan kayu bakar ke dalam dapur. Si Rubah bersembunyi di balik pagar, dia memasang telinganya baik-baik, memperhatikan gerak-gerik Pak Tani. Kemudian pelan pelan ia berusaha merangkak masuk ke dalam kandang yang berada di samping dapur, Rubah berhenti sejenak sekali lagi untuk mendengarkan suara di sekelilingnya. Akhirnya ia berhasil masuk dengan menggali lubang di bawah kandang ayam, ia lalu memperhatikan kandang yang gelap itu sambil mengendus-endus mencari ayam kegemarannya. haru unu dia sudah sangat lapar karena sudah dua hari tidak menemukan buruan.

Dengan matanya yang tajam akhirnya bisa melihat seekor ayam betina yang sedang berdiam diri di atas tangga yang agak tinggi, jelas saja si ayam jauh dari jangkauannya. " Hai ayam yang baik!" rubah itu menyapanya dengan suara yang lembut. " Aku membawa beberapa biji bijian yang enak untukmu. Maukah kamu turun dan melihatnya?"

Tetapi ayam itu adalah ayam betina tua yang bijak. Ia telah sering melihat bagaimana ayam-ayam yang lain berhasil tertipu oleh binatang licik ini. Ia lalu berkotek, "Aku tidak sedang lapar sekarang. Terimakasih!"

Rubah, sang ayam hanya terdiam dan dia berpikir sejenak. "Ayam yang manis dan cantik," kata si rubah,"Aku mendengar bahwa kamu sedang sakit dan aku ingin tahu keadaanmu. Turunlah ke sini, akan aku periksa denyut nadimu."

Tapi ayam itu masih terlalu pintar baginya. " Betul, aku sedang sakit," ia mengakui. "Tetapi aku pasti akan mati jika aku turun dari tempat dudukku yang nyaman ini." mendengar itu si Rubah hanya melongo dan tidak percaya dengan sikap si ayam. " Wah... kenapa sekarang ayam jadi lebih cerdik ya..." Gumam si Rubah. " Baiklah ayam, kalau kamu tidak mau aku tengok sekarang mungkin besok aku akan datang lagi untuk melihat kesehatanmu ". Kata si Rubah sambil berlalu keluar kandang. Dalam hati si Rubah sangat kecewa juga malu, karena tidak berhasil memperdayai si Ayam. Ayam hanya diam dan hanya melihat si Rubah berlalu dari kandangnya.


Pesan Moral Dongeng Rubah dan Ayam Yang Pandai adalah :

Janganlah kita berbuat jahat kepada sesama, karena sekali saja kita berbuat jahat maka orang kan selalu ingat akan kejahatan yang kita lakukan. Seperti ayam yang selalu ingat akan kejahatan Rubah yang sering mencelakai kawanan ayam. Kita harus selalu hati-hati terutama dengan orang yang bermulut manis dan suka mengumbar janji, karena kadang hanya di mulut saja.



Dongeng Bahasa Sunda Rubah dan Ayam Yang Pandai

Di hiji desa alit jumeneng saurang patani sarta hiji buntut hayam betina. Hiji sonten,Robih nyumput di sinjang bumi pak tani. Pak tani haturan rarepot memasukeun kai huru ka lebet pawon. Si Robih nyumput di mulih pager,anjeunna masangkeun ceulina sae-sae,nengetan unggut-gerik Pak Tani. Saterusna anca anca manehna usaha ngorondang lebet ka lebet kandang anu aya di sinjang pawon,Robih liren sakedap kalintang deui kanggo ngadangu soanten di sakulibengna. Ahirna manehna junun lebet kalawan ngadongkar lombang handap kandang hayam,manehna kaliwat nengetan kandang anu poek pilari hayam kaseneng na. haru unu anjeunna parantos palay tuang pisan margi parantos dua dinten henteu mendak buruan.

Kalawan panonna anu seukeut ahirna iasa ningali hiji hayam betina anu haturan calik di luhur tangga anu rada luhur,tangtos wae si hayam tebih ti hontalanana. " Hai hayam anu sae! " robih eta menyapa hayam kalawan soanten anu lembut. " Kuring ngabantun sababaraha siki bijian anu raos kanggo anjeun. Dieu lungsur sarta lihatlah "

Nanging hayam eta teh hayam betina sepuh anu pinter. Manehna parantos sering ningali kumaha hayam-hayam anu sanes junun katipu ku sato licik ieu. Manehna kaliwat berkotek, " Kuring henteu haturan palay tuang ayeuna.hatur nuhun! "

Robih,sang hayam ngan ngahuleng sarta anjeunna mikir sakedap. " Hayam anu amis sarta geulis," saur si robih," Kuring ngadenge yen anjeun haturan teu damang sarta kuring palay uninga kaayaan anjeun. Turunlah dieu,bade kuring pariksa denyut nadimu . "

Nanging hayam eta kalintang keneh singer haturan na. " Leres,kuring haturan teu damang," manehna ngajirim. " Nanging kuring tangtos bade pupus lamun kuring lungsur ti tempat calik kuring anu merenah ieu. " ngadenge eta si Robih ngan molohok sarta henteu percanten kalawan daweung si hayam. " Wah... naha ayeuna hayam janten langkung cerdik nya... " Ngamanah si Robih. " Mangga hayam,menggah anjeun embung kuring tengok ayeuna manawi enjing kuring bade sumping deui kanggo ningali kasehatan anjeun " . Saur si Robih sambil langkung kajabi kandang. Dina manah si Robih kuciwa pisan oge lingsem,margi henteu junun linyok si Hayam. Hayam ngan cicing sarta ngan ningali si Robih langkung ti kandang na.


Talatah Moral Dongeng Robih sarta Hayam Anu Pinter nyaeta :

Ulah urang migawe jahat ka sasama,margi kalintang wae urang migawe jahat mangka jalmi pan sok emut bade kajahatan anu urang pigawe. Sepertos hayam anu sok emut bade kajahatan Robih anu sering migawe jahat dina hayam. Urang kedah sok manah-manah utamana kalawan jalmi anu bermulut amis sarta seneng umbar jangji,margi sakapeung ngan di baham wae.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kisah ikan dan bangau

Dongeng Fabel tentang Ikan dan Bangau. Dahulu kala, di sebuah danau/tasik/telaga yang airnya jernih dan luas, hiduplah sekelompok burung bangau yang setiap harinya memangsa ikan-ikan yang ada di danau tersebut. Semula di danau tersebut banyak sekali ikan. Namun, setelah sekelompok burung bangau mendatangi dan menetap di sekitar danau, perlahan-lahan habislah ikan-ikan yang ada di danau. Tetapi ada seekor ikan yang selalu bersembunyi di balik bebatuan yang ada di danau tersebut, sehingga ia terhindar dari ancaman para burung bangau.

Suatu ketika, karena danau itu mulai langka ikan, kawanan burung bangau tersebut ingin pergi mencari di tempat lain. Diutuslah sekelompok kecil burung bangau untuk mencari tempat baru yang masih lumayan banyak ikannya. Setelah terbang cukup lama, mereka berhasil menemukan danau lain yang ternyata masih banyak ikan yang menghuni di tempat itu. Mereka pun kemudian terbang kembali untuk memberitahukan hal tersebut kepada teman-temannya yang lain. Akhirnya mereka semua bersepakat untuk meninggalkan danau tersebut. Berbondong-bondong mereka terbang melewati banyak pulau, dan hutan-hutan. Akhirnya, sampailah mereka di danau yang sangat indah, jernih dan masih banyak ikan juga binatang lain yang bisa dijadikan santapan mereka.

Akan tetapi, tanpa mereka sadari, di danau yang lama masih tertinggal seekor burung bangau tua yang enggan meninggalkan danau tersebut. Setelah sekelompok burung bangau itu pergi, seekor ikan yang semula selalu bersembunyi mulai berani muncul dan berenang kesana kemari meskipun hatinya sedih kerena tidak ada teman seekor ikan pun, semua telah tiada dimangsa kawanan bangau. Namun ia masih berharap sebentar lagi dirinya akan segera bertelur dan setelah menetas kelak danau ini akan dipenuhi ikan-ikan lagi. Ikan tersebut terus asyik berenang kian kemari, tetapi tiba-tiba ia terkejut ketika melihat di pinggir danau masih ada seekor burung bangau yang tertinggal.

Dari kejauhan ikan pun memberanikan diri untuk menyapanya. “Hai burung bangau! Kenapa kau masih ada di sini? Bukankah kelompokmu sudah pergi jauh meninggalkan danau ini? Apakah kamu masih ingin memangsaku? Sehingga danau ini menjadi mati dan tak berpenghuni?” Tanya ikan. Burung bangaupun menjawab dengan ramah, “Hei ikan! Jangan takut denganku, aku akan tinggal di danau ini sampai akhir hayatku karena aku sudah tua. Aku tidak akan memangsamu, aku ingin memangsa yang lain yang ada disekitar danau ini, “ujar bangau.

Tanpa ia sadari, ikan tersebut meneteskan air matanya. Ia sangat berterima kasih pada burung bangau tua tersebut dan ikan pun berkata, “Burung bangau yang baik, sebentar lagi aku akan bertelur dan anak-anakku akan menetas. Aku ingin danau ini dipenuhi ikan lagi. Sehingga suatu saat nanti menjadi sebuah danau yang bisa dinikmati keindahannya oleh siapapun yang berkunjung kesini,”ujar ikan. Bangau yang mendengar perkataan ikan pun terharu dan mengerti akan sebuah kebaikan. Akhirnya, ikan pun menghilang, bersembunyi disela-sela batu. Ternyata ikan itu sedang bertelur. Sempat danau itu sepi bak tak berpenghuni, dan bangau tua itu pun sempat khawatir dengan keadaan si ikan.

Hari demi hari dilalui bangau dalam kesendirian. Sampai pada suatu saat, menetaslah semua anak ikan. Sang Bangau belum juga menyadari ada perubahan apa di dalam danau, karena ikan-ikan itu masih sangat kecil. Sebulan telah berlalu, mulailah anak-anak ikan bisa dilihat dengan mata, karena mereka sudah mulai sadar bahwa ikan yang selama ini tidak menampakkan diri ternyata sedang bertelur dan mengasuh anak-anaknya sampai mereka bisa mencari makan sendiri.

Kini induk ikan merasa senang karena di dalam danau itu mulai banyak penghuninya. Dan ia teringat pula tentang keberadaan bangau tersebut. Masih adakah? Atau sudah mati? Ternyata, di suatu pagi yang sangat cerah, ia masih dipertemukan dengan sang bangau tua itu, lalu induk ikan pun menyapanya. Dengan perasaan haru ia melihat keadaan sang bangau yang terlihat makin tua dan bungkuk. Hampir setiap hari bangau itu berdiri di atas batu di tepi danau, memandang jauh kedepan seolah hidup ini sangat melelahkan.

Akhirnya, saat berbincang dengan induk ikan, ia pun berkata, “Sahabatku ikan, aku sudah lelah menghadapi hidup ini. Jika suatu saat datang ajalku di atas batu ini, semoga pengunjung disini berminat membuat patung bangau di atas batu ini dan menguburku di tepi danau ini, agar semua orang tahu bahwa dahulu kala danau ini pernah dihuni oleh sekelompok burung bangau.”

Ternyata apa yang dikatakan burung bangau pun menjadi kenyataan, seminggu hari setelah bangau tua dan induk ikan berbincang, burung bangau tua itu menerima ajalnya tepat di atas batu. Badannya terbujur kaku, dan induk ikan yang setiap hari menemani burung bangau itu pun terkejut melihat jasad sang bangau tua itu tergolek diatas batu. Menangislah induk ikan tersebut, dikumpulkanlah anak-anaknya dan ia pun berucap pada mereka, “Anak-anakku, kau melihat apa yang ada di atas batu? Itu adalah jasad seekor burung bangau yang sangat baik hati. Ia tidak memangsaku, tetapi ia memberi kesempatan aku dan kalian untuk bisa hidup dan berkembang biak. Karena itu pengunjung yang datang bisa menikmati keindahan danau ini.”

Setelah hari beranjak siang, mulailah pengunjung mendatangi danau itu dan mereka masih sempat menyaksikan jasad burung bangau di atas batu dan mereka bersepakat untuk menguburkan burung bangau itu di tepi danau. Ternyata di antara pengunjung ada seorang seniman yang berniat membangun patung bangau di atas batu tersebut.

Setelah beberapa waktu, patung itu selesailah sudah. Legalah hati induk ikan karena apa yang diinginkan sahabatnya terwujud sudah. Akhirnya, danau itu banyak dikunjungi oleh para wisatawan dan dikenal dengan sebutan “Danau Berikan Jinak”.

Karena ikan yang ada di danau itu akrab dengan para pengunjung dan pengunjung pun tidak ada yang bermaksud menangkap atau memancingnya. Mereka membiarkan ikan-ikan itu hidup bebas dan berkembang biak.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Semut dan kupu kupu

Di sebuah hutan yang sangat lebat, tempat tinggal bermacam-macam binatang, mulai dari ulat, semut, gajah, harimau, dan sebagainya. Pada suatu hari datanglah angin topan yang sangat dahsyat. Badai topan itu datang seketika sehingga membuat panik seluruh hewan penghuni hutan itu. Semua hewan berlari ketakutan menghindari badai yang datang secara membabi buta. Keesokan harinya, badai telah berlalu dan kicauan burung sudah terdengar dengan merdu seperti biasanya, tak ada raut ketakutan di wajah para burung dan sebagian besar binatang. Namun, Seekor Kepompong sedang menangis dan bersedih akan apa yang telah terjadi, ia duduk di sebuah pohon yang sudah tumbang. "Hu..huu...betapa sedihnya kita, diterjang badai tapi tak ada tempat satupun yang aman untuk berlindung..huhu.." sedih sang Kepompong meratapi keadaan yang telah menimpanya.

Dari balik gundukan tanah, muncul seekor semut yang dengan pongah berkata "Hai kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada diatas tanah dan tidah bisa berlindung, lihat tubuhmu, kau hanya menempel di pohon yang tumbang dan tidak bisa berlindung dari badai" kata sang Semut dengan sombongnya.

Si Semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan tersebut, sampai pada suatu hari si Semut yang sedang berjalan mencari makan, tak sengaja dia terjebak diatas lumpur hidup yang bisa menelan dan menariknya kedalam lumpur tersebut. "Tolong...tolong....aku terjebak di lumpur hidup..tolong", teriak si semut. Lalu terdengar suara dari atas, "Kayaknya kamu sedang dalam kesulitan ya, semut?" si Semut menengok ke atas mencari sumber suara tadi, ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu indah yang sedang terbang melintas diatas lumpur hidup tadi.

"Siapakah kau ini, baru pertama kali aku melihatmu?" tanya si Semut. "Aku adalah kepompong yang waktu itu kau hina" jawab si Kupu-kupu. Semut merasa malu sekali dan meminta bantuan si Kupu-kupu untuk menolong dia dari lumpur yang menghisapnya. "Tolong aku kupu-kupu, aku minta maaf waktu itu aku sangat sombong sekali bisa bertahan dari badai cuma hanya karena aku berlindung dibawah tanah". Si kupu-kupu akhirnya menolong si Semut dan semut pun selamat serta berjanji ia tidak akan mengulangi kesalahanya kepada siapapun.


Pesan Moral Cerita Dongeng Semut dan Kupu-Kupu adalah :

Hendaknya kita menyayangi dan menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan. Hakikatnya, semua ciptaan Tuhan punya derajat yang sama di mata Tuhan, maka kita harus saling kasi mengasihi dan tidak boleh saling menghina.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Sahabat pak kancil

Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah keluarga Pak kancil. Dia tinggal di sebuah lembah dengan Istri dan anak-anaknya yang berjumlah tiga ekor. Rumput yang hijau menghiasi sekitar tempat tinggalnya. Tidak ada seekor binatang pun yang menganggap Pak Kancil sombong, bahkan banyak sekali binatang yang memanggil Pak Kancil sebagai sahabat terbaik mereka. Pak Kancil sangat bahagia karenanya.

Pada suatu hari yang cerah, dia ingin mencari makanan untuk istri dan ketiga anaknya. Dia bangun pagi sekali dan berjalan dengan riang di hutan, tapi tiba-tiba sebuah ranting besar jatuh menimpanya dan melukai sebelah kaki belakangnya. Lukanya tidak parah, tapi ada satu alasan yang membuatnya khawatir. Besok jika para penduduk desa datang ke hutan untuk berburu dengan membawa anjing pemburu, untuk bisa melepaskan diri dari mereka ia harus waspada dan harus bisa berlari. Dia berjalan tertatih-tatih beberapa langkah dan kemudian terduduk, ia menggaruk kepalanya, Sesuatu pasti ada yang salah, pikirnya. "Kenapa?" tanyanya sambil menggoyangkan telinganya, "Kenapa aku harus lari setiap kali bertemu anjing pemburu? Benar-benar menggelikan!" Dia menunjuk dirinya sendiri dan berkata lagi, "Dan aku akan melakukan sesuatu untuk itu!"

Dia bangkit dan berusaha berjalan, dengan terpincang-pincang akhirnya sampai juga ke sebuah lapangan rumput tempat sahabatnya Pak Kuda berada. "Selamat pagi, Pak Kuda kawanku!" katanya. "Aku sedang dalam kesulitan. Besok, kau pun tahu, adalah hari berburu. Dengan kakiku yang terluka ini, aku kesulitan melarikan diri dari kejaran anjing pemburu. Bolehkah aku naik ke punggungmu esok hari?" "Kamu tentu tahu aku akan mengijinkannya," kata Pak Kuda. "Tetapi besok aku harus kerja seharian dengan majikanku. Tapi tentunya hal itu tidak membuat orang baik sepertimu khawatir. Kamu pasti akan dapat banyak pertolongan. Aku yakin sekali!"

Pak Kancil berterimakasih padanya lalu pergi ke tempat lainnya. Kakinya sakit sekali, dan dia lega ketika akhirnya bertemu dengan Pak Kerbau. Tanpa beristirahat dulu, dengan segera ia menceritakan kisahnya. "Dengan tandukmu yang tajam itu, kamu pasti dapat menghadang sekumpulan anjing pemburu, bahkan menakuti para pemburunya sekalian," katanya. "Ya, tentu saja aku dapat melakukannya dengan mudah!" jawab Pak Kerbau. "Sayangnya, aku telah berjanji pada kawanku, aku akan mengunjungi keluarganya besok." "Aku mengerti," jawab Pak Kancil cepat. "Sudahlah, jangan dipikirkan." "Aku lihat kawanmu si Kambing gunung beberapa hari yang lalu," saran Pak Kerbau. "Dia mungkin dengan senang mau menolongmu."

Akhirnya pak Kancil berusaha mencari pak Kambing. Butuh waktu yang lama untuk menemukan Pak Kambing, tapi akhirnya Pak Kelinci berhasil menemukannya lalu mengulang lagi kisahnya. "Kamu tentu tahu bagaimana perasaanku terhadapmu," kata Pak Kambing. "Semua akan aku lakukan untuk orang baik sepertimu. Tetapi sejujurnya, aku sedang merasa tidak enak badan sehingga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sendiri tidak tahu kenapa." Dia berkata sambil mengelengkan kepalanya yang besar berbulu. "Mungkin karena sesuatu yang kumakan tadi pagi."

Sampai sore hari menjelang senja, Pak Kancil sudah mengunjungi Pak Keledai, kawan lamanya Pak Lembu, dan bahkan dia bertemu Pak Beruang yang dahulu nyawanya pernah diselamatkannya. Semuanya berkata ingin menolongnya, tetapi tampaknya mereka sedang sangat sibuk lebih dari biasanya. Pak Kancil berjalan tertatih-tatih ke rumahnya. Ketika malam tiba dia duduk di ruang tengah rumahnya, istri dan anak-anaknya yang berkumpul disekelilingnya hanya diam memandang Pak Kancil. Hari itu Pak Kancil mendapat pelajaran berharga dan sekaligus pengalaman pahit, dan ia ingin menyampaikan pada seluruh keluarganya. "Jika kalian ingin tahu teman macam apa yang kalian punya," Pak Kancil berkata pada istri dan anak-anaknya. "Cobalah meminta pertolongan dari mereka. Maka kalian akan tahu jawabannya."


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Sahabat Pak Kancil adalah :

Carilah kawan yang sejati, kawan yang bisa dipercaya dan peduli apapun keadaan kita. Kadang ada kawan yang sangat dekat dengan kita ketika kita dalam keadaan serba ada, namun ketika kita dalam keadaan susah mereka pelan-pelan meninggalkan kita. Teman sejati akan selalu ada dan siap membantu kesusahan sahabatnya, dalam suka maupun duka.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Singa yang sakit

Disebuah belantara, digemparkan oleh kabar tentang sakinya sang raja hutan Singa. Tidak ada yang tahu bagaimana berita itu bisa tersebar, tetapi semua binatang sekarang membicarakannya. Singa sedang sakit keras dan sedang terbaring lemah di rumahnya yang berupa Goa. Dia ingin semua rakyatnya menjenguknya dan mendengarkan wasiat warisan yang akan diberikannya pada mereka, jika sakitnya tidak kunjung sembuh dan dia mati nanti.

Mendengar kabar tersebut, Sang rubah, yang selalu hadir ketika ada yang diberikan cuma-cuma, cepat-cepat pergi ke sarang Singa lebih cepat daripada binatang lain. Tetapi ketika ia semakin dekat, dia berjalan lebih lambat. Dia sedang berpikir keras. Ketika ia sudah sampai di depan mulut gua tempat tinggal singa, dia tidak jadi masuk, malah bersembunyi di balik semak dan memperhatikan apa yang akan terjadi.

Dia tidak perlu menunggu lama. Satu menit kemudian datang seekor Lembu, dia berjalan cepat-cepat sepertinya tidak mau terlambat masuk ke dalam gua untuk mendengarkan wasiat dari sang raja hutan itu. Rubah itu diam dan menatap mulut gua dengan mata bulatnya yang tajam kekuningan. Dia ingin tahu hadiah warisan apa yang diperoleh si Lembu itu, atau mungkin wasiat apa yang diperolehnya dari singa yang sedang sakit itu. Ternyata dia harus menunggu lama, karena si Lembu ternyata tidak juga kembali. "Betah amat si Lembu di tempat Singa??" Pikir Rubah. Beberapa saat kemudian seekor Domba datang dan seperti si Lembu, dia juga tampak buru-buru masuk ke dalam gua. Ternyata dia juga tinggal lama di dalamnya.

Belum habis tanda tanya dalam fikiran si Rubah, tiba-tiba datang seekor Keledai, seekor Kambing, dan lima ekor Kelinci yang masuk dengan tergesa-gesa ke dalam gua, dan semuanya diamati oleh si Rubah. Selang beberapa saat dia menunggu, mereka pun tidak kunjung muncul dari mulut Goa. Si Rubah berpikir bahwa Singa itu mungkin sedang membacakan banyak wasiat untuk mereka, sehingga para tamunya tidak kunjung kembali.

Dia pun bermaksud untuk masuk ke dalam Goa tersebut. Namun di mulut Goa dia kembali berfikir, "Masa sudah hampir setengah hari mereka tidak ada satu pun yang keluar, ini tidak masuk akal". Pikir si Rubah. Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan bernaksud untuk pulang. Namun ketika ia hendak beranjak pergi, betapa terkejutnya ia ketika melihat sang Singa muncul di mulut Goa dan menyapanya dengan berwibawa. "Masuklah! Masuklah, kawanku rubah!". Singa itu memanggilnya. "Aku punya beberapa pesan dan beberapa warisan untukmu!". Rubah menggelengkan kepalanya. "Katanya singa sedang sakit keras, kenapa dia segar bugar dan tampak sehat sekali??". Fikir si Rubah. "Jika anda tidak berkeberatan tuanku!" jawabnya, "Aku akan menunggu besok saja. Dari jejak kaki yang masuk ke dalam Rumahmu, aku lihat banyak rakyatmu yang sedang mengunjungimu. Aku tidak tahan keramaian, rasanya pengap, sumpek dan saya bisa pingsan. Saya janji, sebelum mereka keluar, aku akan mengunjungimu." jawab si Rubah melanjutkan.

Mendengar jawaban itu, tampaknya singa tidak senang. Singa itu mengaum, lalu berlari ke arah Rubah, secepat kilat Rubah yang sudah ambil ancang-ancang untuk kabur segera berlari. Singa terus mengejarnya hingga beberapa lama. Tetapi singa itu tidak bisa menangkapnya. Rubah yang sudah ngos-ngosan bersembunyi di balik semak-semak sambil ketakutan. Sementara si Singa berhenti kelelahan dan berbaring seharian di semak semak dengan perut kenyang karena sudah memakan Lembu, Keledai, Kambing, Domba dan Kelinci.


Pesan Moral dari Cerita Dongeng Fabel Singa Yang Sakit adalah :

Jangan mudah percaya dengan kabar yang belum pasti kebenarannya. Hati-hatilah dengan berita atau kabar yang seolah-olah menguntungkan anda. Misal seperti kabar memperoleh undian berhadiah dan sebagainya. Cek kebenarannya melalui media yang terpercaya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kambing dan singa

Di belantara yang jauh disana, Hiduplah sekawanan binatang yang beraneka ragam jenisnya. Mulai dari Singa, Gajah, Harimau, Kelinci, Kancil, Kura-kura, Elang, dan lain sebagainya. Siang itu cuaca tampak cerah, udara berhembus pelan dengan sinar mentari yang hangat. Tampak Si kambing tua berjalan mondar-mandir mengenakan kulit singa yang dia temukan. Dia sangat bangga melihat domba-domba berlarian ketakutan ke padang rumput, sementara si tupai berlompatan naik ke dahan paling tinggi sambil menggerutu marah. Bahkan rubah bersembunyi di lubang persembunyiannya, matanya yang bulat menatapnya dengan curiga dan ketakutan. "Hahahahaha.... Mereka semua tertipu!" kata si kambing Tua terkekeh-kekeh dan terpingkal-pingkal. Dia berjalan kian kemari dengan senang. Betapa pintarnya aku, pikirnya.

Tetapi tiba-tiba ada kegemparan di hutan dan seekor singa gagah melangkah ke tepi hutan. Untuk beberapa saat, si raja hutan mengamati kelakuan si kambing tua itu, yang masih berjalan dengan berlagak, merasa sangat bangga dengan kepintarannya. Dia tidak menyadari siapa yang sekarang ada di belakangnya. Sang singa mendengus keras, rahangnya yang besar menganga lebar. Giginya tajam berkilauan. Lalu ia mengaum seperti dengan garang.

Mendengar auman di belakangnya, Si Kambing menoleh penasaran. Seketika Kambing tua itu melompat kaget menjatuhkan pakaian singanya lalu lari terbirit-birit ke dalam hutan. Semua binatang kecil tertawa terbahak-bahak dari balik semak-semak. Singa palsu itu tidak menakutkan mereka lagi ketika singa yang asli hadir.Sementara Kambing Tua bersembunyi di balik pokon sambil gemetaran menahan takut yang luar biasa. Kini dia benar-benar kapok dan menyadari kesalahanya.


Pesan Moral cerita Dongeng Fabel Si Kambing dan Singa adalah :

Janganlah kita meniru atau mengaku-aku sebagai orang lain. Tidak ada hal yang baik jika kita meniru-niru orang lain, apalagi untuk menipu dan menindas yang lebih lemah. Jadilah diri sendiri, yang asli tentu lebih baik daripada yang pura-pura atau mengaku-aku.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Rusa yang sakit dan temannya

Zaman dahulu kala, jauh di dalam hutan tropis hidup seekor Rusa Betina, ia kini sedang sakit dan hampir mati kelaparan karena tidak bisa berjalan untuk mencari makan. Ia terluka akibat tergelincir dari atas tebing. Waktu itu dia sedang berjalan mencari sumber air untuk minum, namun tanpa sengaja dia terpeleset dan akhirnya jatuh kedalam jurang terjal. Dengan tertatih dia berjalan pulang ke rumahnya, dia tinggal di lembah yang ditumbuhi rerumputan subur nan hijau.

Hampir seminggu dia diam terbaring sendirian di dalam rumahnya, hingga kabar sakitnya si Rusa Betina terdengar oleh sesama Rusa. Yang pertama datang menengok adalah Rusa Jantan dari daerah utara tempat tinggal Rusa Betina. Karena kasihan, dia sering datang menengoknya. Rusa Jantan itu bahkan memberitahukan kepada penghuni hutan yang lain tentang Rusa Betina yang terbaring di rumahnya, sakit dan kesepian. Rusa jantan ini juga menceritakan kalau di rumah Rusa Betina banyak sekali makanan Rumput yang hijau dan muda. Akhirnya semakin lama semakin banyak teman datang menjenguk.

Tentu saja hal ini sangat menyenangkan untuk Rusa Betina, dia suka ditemani. Dia menganggap bahwa teman-temannya sangat sayang dan perhatian padanya. Tetapi, ternyata yang datang menjenguknya hanya teman-teman yang tidak tulus, mereka hanya datang untuk memakan rumput-rumput hujau di rumahnya. Rumput yang muda dan hijau subur itu pun segera habis, karena dimakan oleh kawanan Rusa dan hewan-hewan lain. Mereka adalah kerbau, sapi, kelinci-kelinci dan kambing kelaparan yang memakannya sampai ke akar-akarnya. Dan ketika rerumputan itu telah habis, mereka pun tak pernah lagi datang menjenguk si Rusa Betina.

Rusa Betina sangat sedih, disaat dia tidak bisa kemana-mana lagi, makanan di rumahnya sudah ludes oleh hewan lain. Ketika rusa itu terbaring lemas, seorang petani kebetulan lewat dan mendengar rintihan si Rusa. Dia menyibakkan semak semak dan menemukannya. "Apa kesulitanmu, Rusa?" Petani itu bertanya. "Aku kelaparan!" jawab si Rusa Betina. "Kawan kawanku yang datang menjenguk telah memakan semua makanan di rumahku." "Saya akan memperingatkan mereka semua!" seru Petani. "Kamu harus memperhatikan mana kawanmu yang hanya sayang pada perut mereka, dan mana yang benar-benar sayang kepadamu!." Kemudian dia pergi mengumpulkan banyak rumput di hutan dan membawanya kembali ke tempat si Rusa Betina. "Rusa.... Ini makanlah, semoga cepat sembuh." Kata petani sambil menaruh tumpukan rumput hijau dan muda. Dengan lahap Rusa betina menghabiskan rumput itu, hari demi hari pak petani selalu datang memberinya makan dan merawat luka Rusa Betina sampai lukanya berangsur membaik. Rusa betina sangat berterimakasih pada pertolongan pak Tani.



Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Rusa Yang Sakit dan Temannya adalah :

Berhati-hatilah memilih teman, ada golongan orang yang hanya menjadikan kita teman disaat kita memiliki sesuatu yang menguntungkan mereka, namun ketika kita sudah tidak memiliki apa-apa, mereka akan menjauhi kita. Mereka hanya peduli dengan dirinya sendiri. Carilah teman yang baik yang tetap menjadi teman di saat senang dan susah.





(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Rusa yang sombong

Zaman dahulu kala, di sebuah belantara hiduplah seekor rusa. Siang itu cuaca sangat panas, maka si Rusa memutuskan untuk mencari sungai untuk mendinginkan badan sekaligus mandi. Tak beberapa lama sampailah ia di sebuah sungai yang sangat jernih dan dingin airnya. tanpa pikir panjang dia langsung menceburkan diri ke dalam sungai itu. Selain dirinya, di sungai itu rupanya ada si Kambing dan si Kerbau yang tampaknya sudah lama berada disitu, mereka juga sedang mandi dan minum. Mengetahui ada Si Kambing dan Si kerbau, Si Rusa pun beranjak ke pinggiran sungai, di pinggiran sungai ia mulai menggosokkan tanduknya di batu sambil sesekali memamerkannya pada Kerbau dan Kambing. Tanduknya nampak berkilauan keemasan diterpa cahaya matahari.

Ternyata Si rusa itu sangat sombong, ia sengaja memamerkan tanduk emasnya. "Mentang –mentang punya tanduk emas". kata si kambing dan si kerbau. "Iya ini kan tanduk emasku yang sangat kuat dan besar, dan hanya aku yang memiliki tanduk seperti ini" kata Rusa dengan sombongnya. Namun kerbau dan hanya menatap Rusa dengan heran. Rusapun meneruskan mandi di sungai yang airnya sangat segar dan jernih itu. Selesai mandi di sungai si Rusa bertemu dengan seekor burung Gagak "Hai Rusa... Tanduk emasmu bagus sekali". Kata burung Gagak . "Ohhh Sudah pasti …tanduk emasku kan paling kuat dan besar". Ucap Rusa dengan congkaknya.

Rusa itu melanjutkan perjalanannya, saking asyiknya ia tidak melihat di depannya ada sarang lebah yang menggantung tepat di jalur yang hendak dilewatinya. Tak ayal tanduknya yang berwarna emas menyentuh sarang lebah itu dan kontan saja para kawanan Lebah kaget dan berhamburan keluar sarangnya seraya mengejar si Rusa.. Melihat para Lebah yang marah, rusa lari tunggang langgang dan berteriak meminta tolong. "Tolong……… toloooong………Toloooong" teriak si Rusa. Namun tak satupun hewan di sekitarnya yang mau menolongnya. saking paniknya, Si Rusa jatuh terjerembab di kubangan yang biasa untuk mandi lumpur si Kerbau, Para Lebah pun menyengat tubuh si rusa tanpa ampun. Dengan Tubuh penuh benjolan bekas sengatan, Ia beranjak bangkit dari kubangan si kerbau. Disitu sudah berdiri si Kerbau dan si Kambing yang cengengesan, heran dengan bentuk tubuh si Rusa yang penuh benjolan. "Wahh....wahh.... rupanya selain Tanduk emas, kamu juga punya kelebihan lain ya Rusa???, kini tubuhmu unik dengan banyak benjolan kayak gitu, dan saya yakin.... hanya kamu yang punya tubuh unik dengan benjolan macam itu" Ledek si kambing dan kerbau. si rusa hanya diam saja sambil melengos pergi tanpa kata.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Rusa Yang Sombong adalah :

Janganlah suka menyombongkon diri dengan apa yang kita miliki. Dengan sifat sombong kita tidak akan mempunyai banyak teman, jika kita tidak punya banyak teman maka ketika kita sedang ada kesulitan maka . Jadilah orang yang baik hati dan menghargai sesama.





(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Burung bangau dan srigala

Suatu siang yang panas, burung Bangau sedang berjalan mencari makanan di sepanjang aliran sungai. Sayup-sayup terdengar erangan kesakitan dari balik semak belukar tak jauh dari tempatnya berdiri. perlahan Burung Bangau mendekati arah suara itu. Alangkah terkejutnya dia, ternyata ada seekor Serigala sedang merintih sambil memegangi tenggorokannya.

Burung Bangau bingung harus berbuat apa, untuk mendekat dia takut akan dimakan oleh Serigala tersebut. Dia berfikir sejenak, akhirnya perasaan ibanya pun muncul. "Kasihan Pak Serigala. Dia tersedak dan sepertinya sedang kesakitan" Pikir burung Bangau. "Tolong!, tenggorokanku sakit sekali" Srigala ternyata melihat keberadaan burung Bangau di sekitar dia berada. Ia memohon pada burung bangau berleher panjang yang sedang memperhatikannya. "Tolong! Sebuah tulang ada di tenggorokanku!" Pintanya memelas. Tetapi si burung bangau hanya menatapnya dengan curiga. "Tolonglah!" teriak Pak Serigala masih dengan suara memelas kesakitan. "Kamu pasti dapat hadiah jika kamu mau mengambilkan tulang dari tenggorokanku!" ucap Serigala itu. Dijanjikan hadiah, si burung bangau itu lalu memberanikan diri mendekat. Dengan leher dan paruhnya yang panjang, ia lalu menjulurkannya ke dalam mulut Pak Serigala untuk mengambil tulang yang tertancap. Dengan paruhnya yang panjang dia kemudian berhasil mengambil sebuah tulang. Tulang itu tertancap dalam di dalam leher serigala.

Sambil terengah-engah karena kesakitan, Pak Serigala mengambil nafas panjang. "Sudah baikan sekarang! Tadi itu benar-benar sakit!" kata pak serigala kepada Burung Bangau. "Dan mana hadiahnya?" burung bangau mengingatkannya, berdiri dengan tidak sabar di atas kakinya yang panjang. Pak Serigala malah tertawa terbahak bahak. "Burung bodoh!" dia berkata dengan suara keras. "Kamu sudah dapat hadiahmu! Bukankah sudah merupakan hadiah bagimu bahwa kepala kamu sudah masuk ke mulut serigala dan bisa keluar lagi dengan selamat?" "Tapi aku sudah berbuat baik padamu!" burung bangau itu merajuk. "Tidak!" kata Pak Serigala. "Tidak dikatakan berbuat baik jika kamu melakukannya ingin dapat imbalan!" Akhirnya Burung Bangau pun pergi dengan rasa kecewa. Dan Serigala hanya memandangnya tanpa rasa berterimakasih.


Pesan Moral Dongeng Fabel Burung Bangau dan Serigala adalah :

Jangan suka ingkar janji seperti Srigala yang menjanjikan hadiah untuk burung Bangau yang telah menolongnya. Biasakan berterimakasih kepada siapapun yang telah membantu kita berapapun kecil pertolongannya. Dan berbuat baiklah tanpa mengharapkan imbalan, jangan seperti Burung Bangau.





(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil mencuri timun

Pada Zaman dahulu kala, disebuah hutan yang tidak jauh dari pemukiman hidup seekor hewan bernama kancil, dia adalah seekor hewan yang cerdik, pintar dan cerdas, namun karena cuaca sangat cerah, angin berhembus sepoi-sepoi membuat si kancil menjadi ngantuk dan tertidur pulas. Beberapa saat kemudian ada suara hewan yang ramai berlari-larian dan berteriak-teriak sehingga membangunkan si kancil.

"Ayo cepat lari.... selamatkan diri kalian!! ada bencana datang...!!!!" suara hewan lain berteriak-teriak panik, si kancilpun kaget, kancil mendengar suara itu semakin lama semakin mendekat kearah kancil dan kemudian kancil melihat se ekor kambing dan bertanya kancil pada si kambing "hae kambing... ada apa kamu berlari-larian seperti itu?" jawab kambing "ada kebakaran hutan cil... ayo cepat lari mencari tempat yang aman".

Tanpa berfikir panjang, Kancil terus berlari dengan kencang dan mendahului rombongan hewan yang berlari lebih dulu. Setelah berlari dengan kencang, perasaan kancil tidak enak dan berhenti sejenak lalu berkata "Lho... dimana hewan-hewan yang lain..??" ternyata kancil sudah berlari sangat jauh dan terjauh dari musibah dan sampai pada suatu daerah yang tidak dikenal oleh kancil "wah... aku sekarang ada di daerah mana ya... aku kok tidak kenal daerah ini... " dengan wajah lesu dan nafas terengah-engah akhirnya kancil beristirahat. setelah hilang rasa capeknya, kancil berjalan-jalan untuk melihat situasi di sekeliling daerah yang baru di kenalnya itu.
Tak lama kemudian terdengar "krucuk... krucuk... krucuk..." dan kancil pun berhenti dan mendengarkan dengan teliti, ternyata suara itu berasal dari perut sikancil. si kancil bingung "ohhh.. ternyata itu suara dari perutku, wah.. aku harus mencari makanan nih..." si kancil pun berusaha untuk mencari makan, dan akhirnya si kancil tiba di pinggiran hutan. Disana mata kancil melotot sambil berkata dalam hati "wow...!!!!!" ternyata kancil melihat sebuah ladang dengan tanama sayur mayur yang hijau dan segar. Segera kancil mendekat kesebuah ladang itu, semakin mendekat kancil melihat ada sebuah tanaman kesukaanya yaitu mentimun, "Wah.. pucuk di cinta ulam pun tiba.." berkata kancil dalam hati. Dengan muka lesu dan perut keroncongan kancil pun segera mengambil makanan kesukaanya , "Huh.... Enak....!!!" kata kancil sambil mengelus perutnya yang kenyang.

Setelah kenyang si kancil mencari tempat yang aman untuk berteduh, karena siang itu cerah dan angin sedikit bertiup spoi-sepoi akhirnya kancil tertidur dengan di iringi daun yang bergoyang. Tak lama kemudian ada pak tani pemilik ladang sayur dan ladang mentimun itu datang lalu melihat sebagian dari ladangnya berantakan "wah... ladangku kok berantakan begini.. siapa yangmelakukan seperti ini? pasti ini ada hewan yang merusak tanamanku" pak tani terus membebahi ladangnya yang rusak sambil bergunam "awas ya... akan ku basmi siapa yang merusak tanamanku.."

Sementara itu kancil terbangun dari istirahatnya, dari tempat itukancil melihar ada se orang manusia yang tinggi besar berwajah garang "Wuih... siapa itu? orang kok klihatannya kejam buanget... wow.. takut...!!!" kancil terus saja memperhatikan pak tani dan menunggu pak tani pergi "kok lama ya... pak tani kok gak pergi-pergi... aku sudah ketagian ingin makan buah kesukaanku.."

Hari mulai beranjak sore dan pak tani meninggalkan ladangnya. sesampai dirumah pak tani membuat sebuah boneka yang terbuat dari gambut yang menyerupai manusia untuk di pasang di tengah ladangnya. Sementara pak tani meninggalkan ladangnya kancil mendatangi ladang dengan wajah yang cukup gembira karena makanan kesukaannya sudah siap dimakan lagi. "Kriuk.. kriuk.. kriuk.." suara kancil memakan ketimun, setelah kenyang kancil meninggalkan ladang dan mencari tempat untuk beristirahat dimalam hari. Dini hari pak tani datang ke ladang membawa boneka yang dibuatyna tadi sore, pak tani menaruh bonekanya tepat di tengah ladang itu dan di sekitar boneka itu ada sebuah jebakan kurungan untuk menangkap hewan yang merusak tanamannya. Setelah terpasang bonekanya pak tani pulang dan ber istirahat dirumah.

Pagi pun datang, matari yang merah sudah terlihat, suara burung-burung berkicau dan hewan lain mulai bergemruh membangunkan si kancil dari mimpi yang indah diladang mentimun "Huammmm... ternyata sudah pagi...!!!. Kemudian kancil berjalan-jalan, kancil merasa lapar.. dan kembali lagi ke ladang pak tani untuk mencari makan. Setelah hampir sampai kancil berhenti sejenak lalu tercengung....!!! "Siapa itu? itu bukan pak tani yang kemarin.. ah.. tunggu dulu sampai tidak ada orang.." akhirnya si kancil menunggu untuk menunda sarapan paginya. Sudah lama sekali kancil menuggu ternyata pak tani kok tetap ada di ladang "Ternyata pak Tani enggan pulang, tumben dia betah disini" sikancil bergerutu dalam hati.

Setelah luama buanget si kancil menunggu paktani pergi, ternyata tetap saja pak tani tidak pergi juga, akhirnya si kancil tidak tahan lagi dan sikancilpun memutuskan untuk pergi keladang "ah... masa bodoh kebetulan pak tani gak pergi-pergi, daripada mati kelaparan aku datangi saja pak tani sekalian meminta maaf... siapa tahu nanti setelah minta maaf aku di kasih mentimun satu ladang ini hahahaha..." kancil sedang berhayal rupanya.

Kancil mulai berjalan dan mendekati boneka pak tani, kancil memanggil pak tani dengan suara yang keras "pak tani.... " kancil bengong, "pak tani kok diam saja ya... apa pak tani marah dengan aku karena kemarin sudah mencuri ketimunnya.." di panggil lagi sama kancil "pak tani..." kancil bengong lagi "wah iya.. aku langsung minta maaf saja sama pak tani" kancil bersuara dalam hati. akhirnya kancil meminta maaf pada pak tani "pak tani.. aku minta maaf sudah mencuri dan merusak tanaman pak tani," si kancil bengong lagi.. dalam hati berkata "pak tani kok diam saja ya..." anggapan kancil pak tani sudah memaafkan perbuatannya itu, akhirnya kancil bertanya pada pak tani "pak tani aku boleh ya mengambilnya lagi aku dari tadi belum makan.." kancil bengong lagi dan berkata dalam hati "pak tani kok diam ya... berarti pak tani membolehkan makan tanamannya saya makan" dan si kancil menoleh kanan kiri dan akhirnya melihat tumpukan mentimun dan berkata lagi dalam hati "wah ternyata pak tani sudah memaafkan, buktinya aku sudah di siapkan makanan yang segar untuk aku makan".

Tak lama kemudian perut si kancil semakin lama semakin keroncongan, dengan gembira dan tidak sabar kancil pun langsung menuju tumpukan mentimun dan buah-buah segar, Ternyata si kancil tidak tahu kalau itu adalah jebakan. Dengan tergesa-gesa kancil datang ke jebakan pak tani, karena tidak hati-hati si kancil melewati tali jebakan sehingga si kancil masuk kedalam perangkap pak tani.

"Tolong... tolong... tolong..!!!" kancil terus berteriak meminta tolong, tak ada satupun yang bisa menolong kancil. sampai sore hari pak tani datang untuk melihat jebakannya. Ternyata pak tani berhasil. dengan wajah yang kesal "Ohhh.. ini toh yang merusak tanamanku dan mencuri mentimunku setiap hari???, baiklah nanti malam kamu akan kujadikan menu makan malam yang lezat" kancil pun takut dan berteriak "ampun... ampun... ampun... Pak Tani... aku jangan dijadikan menu makan malammu pak tani.. kasihanilah aku" sikancilpun akhirnya menyesali perbuatannya itu dan dia mulai jera dengan perbuatannya, Namun pak tani tanpa pandang bulu langsung membawa pulang si kancil.

Setelah sesampai dirumah pak tani istirahat. pada saat istirahat sikancil ditaruh di dekat anjing milik pak tani. kancil merasa takut dan resah karena dia akan tamat riwayatnya dengan menu makan malam pak tani. akhirnya kancil berfikir dan mngotak atik pikiran "Bagaimana ya bisa keluar dari kurungan ini?" Tak lama berselang kemudian kancil melihat si anjing milik pak tani sedang berjalan-jalan di sekitar rumah pak tani dan dipanggil anjing itu oleh kancil "Hai.. anjing.." si anjing berhenti berjalan dan mejawab "Heh.. kamu siapa? aku kok baru melihatmu disini?" "aku kancil... aku memang baru datang disini" jawab kanci. Anjing bertanya lagi "ada apa kamu disini?" kancil menjawab "Anjing... ayo kesini pelan-pelan jangan keras-keras bicaranya" Anjing akhirnya mendatangi si kancil "ada apa cil?" Si kancil mejawab "begini ceritanya.. nanti malam ada acara yang hebat njing.." Anjing berkata "acara hebat bagaimana?" Si kancil berbicara "lho.. apa kamu tidak tahu? nanti malam aku akan di ajak pak tani untuk menghadiri sebuah pesta yang meriah, tapi aku tidak mau sebenarnya, kalau kamu mau aku bisa bilang pada pak tani agar kamu yang menggantikan aku dan aku akan menggantikanmu menjaga rumah, bagaimana menurutmu?" si anjing berfikir dan berkata "ah.. kamu pasti bohong, seumur-umur aku disini aku tidak pernah diajak pak tani pergi ke pesta tp kamu baru disini saja sudah diajak pergi ke pesta" si kancil "lha.. maka dari itu mumpung aku tidak mau kamu gantikan saja aku, nanti aku akan bilang sama pak tani, aku kan teman dekat pak tani" Akhirnya si anjing termakan bujuk rayu kancil. "baiklah.. tapi bagaimana caranya cil..." kata si anjing. "Sekarang... kamu buka pintu kurungan dari depan dan kurungan akan terbuka, saat terbuka aku akan keluar dan kamu segera masuk dalam kurungan ini" Jawab si Kancil. "ok.. aku paham cil maksudmu, mari kita lakukan.." kata si Anjing semangat. Akhirnya anjing melakukan instruksi dari kancil dan akhirnya kurungan terbuka dan segera sikancil keluar dan si anjing segera menggantikan posisi si kancil."Ok.. bagus banget ini, oh ya anjing, kamu tunggu sebentar disini ya? aku akan pergi menemui pak tani dan akan aku bilang bahwa kamu siap menggantikan aku" kata si kancil."baiklah cil.. jagan lama-lama soalnya aku sudah tidak sabar lagi untuk pergi kepesta" Pinta si Anjing. si kancil langsung menjawab "iye.. nyante saja broww.." Akhirnya kancil pergi meninggalkan anjing dalam kurungan dan tidak kembali lagi. Tak beberapa lama, pak tani datang membawa pisau potong untuk memotong Si Kancil. Alangkah terkejutnya pak Tani ketika melihat yang di dalam kurungan ternyata Anjing kesayangannya. Si Anjing ternyata telah diperdaya oleh kecerdikan si Kancil. Akhirnya, malam itu pak Tani batal makan daging kancil yang empuk.


Pesan Moral Dongeng Si Kancil Mencuri Timun adalah :

Jangan mengambil barang yang bukan haknya (mencuri), karena mencuri adalah perbuatan yang tercela. selain merugikan orang lain, mencuri juga merugikan diri sendiri.





(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Pak tani dan burung bangau

Matahari bersinar dengan cerahnya, Padi yang sudah menguning menambah indah pemandangan pagi itu. pagi ini Pak Tani berencana memanen padinya. Rumah pak Tani yang tidak begitu jauh dari persawahan tampak mencolok dengan bentangan tenda yang disiapkan untuk menampung panenan padinya.

Pintu rumah terbuka lebar, dan Pak Tani melangkah keluar. Dia membawa peralatan dan berjalan ke sawah untuk memeriksa jaring yang dia pasang pada malam harinya. Dia ingin menangkap burung-burung yang suka memakan bulir padinya. Betapa terkejutnya dia, ketika dia menemukan burung bangau yang besar terperangkap di jaringnya. Burung itu berteriak-teriak ketika melihat Pak Tani datang.

"Aku tidak bersalah, Pak Tani yang baik!" teriaknya memohon. "Aku tidak memakan bulir padimu! Aku hanya terbang bersama-sama dengan burung-burung yang lain. Dan sekarang tidak sengaja aku terjerat jaringmu ini!" "Semua itu mungkin benar," jawab Pak Tani. "Tetapi kamu tertangkap gara-gara kamu terbang bersama para pencuri! Dan akibatnya kamu harus menanggung kesalahan para pencuri itu!" Pak Tani kemudian berkata bijak,"Kita dikenal karena teman teman kita. Bertemanlah dengan teman yang baik".

Kemudian pak Tani melepaskan kaki Burung Bangau dari jeratan jaring yang melilitnya. Pak tani melepaskan burung itu, "terimakasih pak tani yang baik, Saya akan selalu ingat nasihat dadi pak tani. saya kan mencari teman yang baik". Burung bangau pun terbang bebas meninggalkan pak tani.


Pesan Moral Dongeng Pak Tani dan Burung Bangau adalah :

Kita harus pandai memilih teman. Teman yang baik akan membawa kebaikan bagi diri kita, teman yang buruk akan mengakibatkan keburukan bagi diri kita. Tapi, memilih teman bukan berdasarkan kekayaanya, kecantikannya, atau kegagahannya. kita tidak boleh membeda-bedakan dalam mencari teman hanya dari yang tampak oleh mata. Baik atau buruknya paras rupa bukanlah ukuran, tapi kebaikan hati itu yang utama. Carilah teman yang baik hatinya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Pak tani dan seekor keledai

Di pagi yang cerah, berjalan Pak Tani, anaknya, dan seekor keledai, nereka hendak pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Tak jauh di belakang mereka bertiga, berjalan rombongan Pemuda yang nampaknya juga hendak pergi ke pasar. Anak anak itu segera menyusul langkah Pak Tani, dan ketika mereka sudah dekat terdengar mereka sedang menertawakannya. Salah seorang anak itu berteriak dengan kasar padanya,"Lihat orang orang dungu itu! Mereka berjalan kaki sedangkan mereka bisa saja naik keledai!" Anak anak itu terus berlalu mendahului pak Tani dan anaknya. "Mereka benar, Anakku!" kata Pak Tani. "Kita orang orang bodoh." Dia lalu menaikkan anaknya di atas punggung keledai, mereka lalu melanjutkan perjalanan.

Tak berapa lama mereka berpapasan dengan beberapa orang Pedagang. "Lihat!" kata seorang di antara mereka sambil menunjuk keledai dan anak yang menumpanginya. "Itulah yang baru saja kukatakan! Anak muda sekarang tidak peduli pada orangtuanya. Lihat lah anak itu, dia enak-enakan naik keledai sedangkan bapaknya harus berjalan kaki!" Ketika para lelaki itu telah lewat, Pak Tani berkata, "Turunlah anakku, sekarang bapak yang akan naik keledai."

Pak Tani kemudian duduk di punggung keledai dan mereka berjalan lagi menaiki jalanan yang agak menanjak. Kemudian mereka bertemu seorang nenek tua. Dia memegang erat erat syal yang membungkus bahunya yang kurus. "Bagaimana mungkin kamu membiarkan anakmu berlari kelelahan di belakangmu sedangkan kamu enak naik keledai!" sambil lewat wanita itu mencela Pak Tani. Pak Tani dengan malu lalu mengangkat anaknya naik bersama di atas keledai.

Baru saja mereka hendak memulai perjalanan, menyusul beberapa orang lelaki. "Cukup jelas!" tuduh seorang di antara mereka. "Keledai itu pasti bukan punyamu! Kalau punyamu, pasti kamu tidak akan membiarkan binatang itu dinaiki dua orang. Punggungnya bisa patah!" Sekarang Pak Tani mulai bingung. Dia menurunkan anaknya, lalu mengikat kaki keledai dan lalu menggendong keledai itu di punggungnya. Si keledai melenguh dan meronta ronta tidak nyaman. Ketika mereka melewati sebuah jembatan, keledai itu lepas dari gendongan lalu jatuh tercebur ke dalam sungai. Dengan cepat keledai itu berenang ke pinggir sungai lalu lari cepat-cepat ke padang rumput. Pak Tani mencoba menyenangkan semua orang, tapi dia bahkan dia tidak bisa menyenangkan keledainya.


Pesan Moral Dongeng Kisah Pak Tani dan Seekor Keledai adalah :

Jangan berkata kasar pada orang tua, seperti yang dilakukan para pemuda pada pak Tani. Tidak mudah untuk bisa menyenangkan semua orang, walaupun kita sudah berbuat yang benar. Dengarkan nasihat yang baik yang akan membawa kebaikan untuk kita juga semua orang.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Keledai dan kuda

Disuatu siang yang terik, Pak pedagang berjalan menyusuri perbukitan hendak pulang dari pasar. Di belakangnya berjalan seekor Keledai dan seekor Kuda peliharaannya. Mereka memang biasa diajak ke pasar untuk mengangkut dagangan atau belanjaan dari pasar.

Tampak si Keledai sudah kelelahan, dia berjalan sangat pelan karena di punggungnya penuh dengan barang bawaan yang tampaknya cukup berat baginya. "Kuda..!!! Tolong.... gantian bawakan barang ini, saya sudah sangat lelah dan tidak kuat lagi". keluh si Keledai kepada si Kuda. "Tidak!" kata si Kuda dengan tegas, dia menghentak-hentakkan kakinya sambil terus berjalan seolah mengejek. "Tolonglah!" pinta si Keledai, ia tersungkur karena kelelahan. Ia berusaha untuk berdiri dengan barang bawaan yang berat di punggungnya. "Tolong ambil beberapa bebanku saja, atau aku bisa mati karena beban yang terlalu berat ini." Si kuda menjawab dengan meledek, "Itu bukan tugasku, kenapa aku harus mengangkat barang bawaanmu itu?"

Mereka lalu tetap berjalan, berbaris di jalan kecil yang naik turun di atas pegunungan. Si kuda berjalan dengan nyaman sambil memakan rumput-rumput yang menghijau. Tetapi si Keledai berjalan dengan kepala tertunduk, ekornya bergoyang-goyang mengusir kumpulan lalat yang mengganggunya. Terengah-engah ia berusaha berjalan dengan beban yang begitu berat di punggungnya. Tiba-tiba keledai itu jatuh tersungkur untuk yang kedua kalinya. Lututnya terluka, tertindih di bawah tubuhnya yang terjerembab di tanah.

Pak Pedagang yang berjalan beberapa langkah di belakangnya, melihat apa yang terjadi dan dengan cepat menghampiri Keledai itu. Ia melonggarkan tali yang mengikat beban si Keledai dan dengan cepat meletakkannya di atas punggung si Kuda. Ia lalu mengikat kaki-kaki keledai yang jatuh itu menjadi satu dan lalu menaikkan keledai di atas punggung si Kuda. "Benar-benar Apes saya!" si kuda terengah-engah sambil menggerutu. "Aku tidak kuat lagi mengangkat beban dan tubuh keledai sekaligus! Jika aku tahu bakal begini jadinya, aku tadi pasti menolongnya... Mengangkat barang bawaan saja tanpa ditambah tubuh si jelek Keledai ini.... Huuuhhh...!! Tapi bagaimana aku bisa tahu akan begini jadinya?"


Pesan Moral Dongeng Kisah Keledai dan Kuda adalah :

Penyesalan selalu datang terlambat, Berbuat baik tidak akan merugikan kita. dengan berbuat baik, bBisa jadi kita bisa memperoleh kebaikan yang lain atau bisa jadi kita terhindar dari hal buruk. Menunda kebaikan bisa jadi akan mendatangkan hal buruk pada kita. Seperti halnya si Kuda, ia tidak mau menolong si keledai akibatnya dia bukan hanya harus mengangkut barang bawaan si keledai, tapi dia juga harus mengangkut tubuh si keledai diatas punggungnya karena si keledai sudah tidak bisa berjalan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Anjing pembohong yang serakah

Zaman dahulu di sebuah desa terpencil hiduplah seorang petani dengan dua hewan peliharaanya. seekor ayam, dan seekor anjing yang mempunyai sifat kurang baik, walaupun didepan pak tani selalu bersikap hormat dan setia. Namun di belakang dia suka berbohong pada majikannya. Pagi itu pak tani hendak berladang, dia menitipkan ayam satu-satunya untuk dijaga oleh anjingnya. "saya mau menengok tanaman di ladang sebentar, kamu saya tugasi untuk menjaga ayam dengan baik, awasi jangan sampai ada musang yang datang mendekatinya". Pinta pak tani kepada anjing. "Siap tuan, hamba akan laksanakan tugas itu dengan baik". jawab anjing. Tentu saja tugas itu disanggupi oleh si anjing demi menutupi sifat buruknya.

Pak Tani berlalu meninggalkan anjing, sementara si ayam masih di kandangnya. Dalam hati si anjing berkata "Hmmmm... Ini kesempatan paling baik untuk aku menyingkirkan si ayam, akan saya makan dan jika pak tani nanti tanya, akan saya katakan kalau ayam pergi tanpa pamit padaku, kan beres urusan". dengan hati-hati si anjing mendekati sia ayam yang sedang mengais makanan di samping gubuk pak tani. Tanpa banyak bicara, disergapnya ayam itu dari belakang. si ayam yang tidak tahu akan ada serangan dari anjing tentu tak sempat menghindar. hanya dengan sekali gigit, matilah si ayam oleh anjing itu. dengan lahap dia memakan habis tubuh si ayam. dibersihkannya ceceran darah dan bulu-bulu yang berserakan agar pak tani tidak curiga.

Hari menjelang sore, pak tani yang baru pulang langsung menanyakan keadaan si yam kesayanganya. denga wajah yang dibuat-buat seolah sedih, anjing berlutut sambil minta ampun kepada pak tani. "Ampun tuanku, hamba tidak becus mkenjadi penjaga yang baik, hamba yang salah. hamba tak bisa mencegah kemauan ayam. Dia minggat tuanku !". kata anjing sambil terus berlutut. "Apa!!! Minggat??? bagaimana bisa si ayam kan sangat saya sayang dan tiap hari saya beri makan seperti halnya kamu? bagaimana mungkin dia minggat begitu saja?". Pak tani masih tidak percaya. namun dengan kelicikan si Anjing, akhirnya pak tani percaya pap yang diceritakan anjingnya itu. "baiklah, mungkin ayam memang sudah tidak kerasan tinggal digubuk ini. mungkin di luar sana dia akan lebih bahagia". kata pak Tani. mendengar ucapan pak tani, Anjing merasa telah menang dan bisa mengelabui pak tani. "hehehee..... ternyata mudah sekali pak tani dibohongi". Anjing berkata dalam hati.

Malam itu pak tani masih kepikiran soal si ayam yang tiba-tiba kabur dari rumah, sebenarnya dia tidak sepenuhnya percaya pada omongan anjingnya. Dia duduk di emperan gubuk ditemani anjingnya. "saya masih tidak percaya kalau si ayam benar-benar pergi tanpa sebab" gumam pak tani. "Besok ada undangan dari desa seberang, akan ada acara kenduri. Kau ikutlah temani saya besok". kata pak tani kepada anjing. "baik Tuanku....hamba pasti akan ikut dengan tuanku.." Jawab si anjing dengan gembira. Dia membayangkan kalau kenduri pasti banyak makanan enak dan dia akan kenyang sekali.

Pagi-pagi sekali pak tani berangkat dengan didampingi anjingnya. hampir setengah jam mereka tiba di tempat kenduri. banyak sekali makanan dari daging tersedia di acara tersebut. Si anjing yang berdiri diluar hanya bisa menciun aroma daging panggang yang ada di dalam ruangan kenduri. Air liurnya meleleh ingin sekali ikut makan di dalam acara tersebut. Namun sayang, dia hanya boleh ikut hanya sampai di halaman.

Setelah acara kenduri selesai, pak tani pun keluar. Ia memberikan si Anjing sepotong tulang berukuran besar, anjing sangat gembira, saking senangnya sampai si anjing lupa dengan pak tani yang telah memberinya Tulang. Dia pun berlari kencang pulang meninggalkan pak Tani. si anjing sudah sampai di tepian hutan dekat kampung pak tani. Dia sangat merasa haus. Ketika dia melewati sebuah sungai, buru-buru dia membungkukkan badannya untuk minum. Dia kaget, di melihat bayangan dirinya terpantul dari air. Anjing yang serakah itu mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya. Tanpa fikir panjang ia menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai untuk merebut bayangan tulang itu. air yang deras menghanyutkannya. Dan Anjing yang serakah tersebut akhirnya mati terbawa arus sungai. Dia mati tanpa pernah tau dan menyadari betapa bodoh dan jahatnya dirinya.


Pesan Moral Dongeng Anjing Pembohong Yang Serakah adalah :

Ketika kita dipercaya dan diberi amanah olah siapapun, hendaknya kita bisa menjaga kepercayaan itu dengan baik, jangan pernah berkhianat dan berbohong apalagi kepada orang yang telah banyak berjasa kepada kita. Jauhi sifat tamak, rakus dan serakah, karena sifat tersebuta mat tercela dan sangat di benci Tuhan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kisah singa, gajah dan rubah

Di sebuah hutan belantara. hiduplah sekawanan binatang. Ada singa, harimau, kancil, rubah, gajah, kupu-kupu dan lain-lain. Tidak ada satupun pun di hutan itu yang ingat sejak kapan singa menjadi raja mereka. Dia memang lebih kuat dan lebih berani dan tentu saja lebih tampan daripada semua rakyat binatang di kerajaan belantara tersebut, bahkan harimau pun tidak disebut sebagai raja hutan disana. Para binatang seolah berlomba ingin merebut perhatian sang singa, Banyak sekali binatang yang mau memberikan apa saja agar sang Raja Hutan mau menjadi kawan akrabnya. Akan tetapi dia sudah lebih dulu memiliki sahabat karib, kawan yang selalu bersamanya, yaitu gajah tua.

Setiap kali singa menjelajah hutan, Gajah selalu menemaninya, dan walaupun makanan mereka berbeda tapi mereka selalu makan bersama. Kenapa singa menghabiskan banyak waktunya yang berharga dengan gajah? Tak ada seekor binatang pun yang tahu, dan banyak yang iri dengan gajah, terutama si Rubah.

Suatu hari, singa mengajak gajah untuk menemaninya berburu ketengah hutan. Kepergian mereka menjadi hot topik bagi kawanan binatang penghuni hutan itu. Mereka berkumpul untuk membicarakan hal itu di kediaman si Rubah.

Si Rubah, yang yakin dia paling pintar dan cerdik di antara semua binatang, memulai pembicaraan. "Jangan pikir aku iri pada si gajah yang lamban dan bego itu!" katanya. "Apa yang dilihat singa darinya? Jika si gajah memiliki ekor mengkilat yang indah seperti diriku, aku baru mengerti kenapa ia yang dipilih menjadi kawan akrabnya!" Dia mengibaskan ekornya sambil bergaya untuk memperlihatkan kepada binatang yang lain apa yang ia bicarakan, rubah selesai berbicara dan kemudian duduk. Si Harimau hanya mendengarkan sekenanya saja pembicaraan rubah, ia lalu berdiri dan menggelengkan kepalanya. Pembicaraan tentang gaya si Rubah membuatnya jengkel dan muak. "Jika si gajah memiliki cakar yang tajam dan panjang sepertiku, baru aku mengerti kenapa singa suka padanya!" dia berkata pada mereka bermaksud mengejek si Rubah. "Atau jika dia punya tanduk yang menjulang seperti punyaku!" Banteng memotong pembicaraan. "Aku tidak akan menyalahkan singa untuk menyukainya!" "Hahahahah..... Jangan buat aku tertawa!" kata si kura-kura. "Semua hal ini sudah jelas, singa suka pada gajah karena telinganya yang lebar. Itu saja!" "Lihat binatang binatang itu suka menyombongkan dirinya sendiri!" kata si bebek kepada istrinya. "Mereka bisanya hanya iri dan menjelek-jelekan Gajah tanpa mau tahu apa kekurangan mereka, sehingga Singa tidak memilih mereka". "Ah.... sudahlah pak, jangan ikut membicarakan mereka. Nanti kita sama saja dengan mereka" kata istri bebek kepada suaminya.


Pesan Moral Dongeng Singa Gajah dan Rubah adalah :

Kita tidak boleh iri dengan keberuntungan orang lain, kita tidak boleh menyombongkan kelebihan diri sendiri seperti Rubah yang menganggap dialah yang paling pintar. belajarlah mengetagui dan memperbaiki kekurangan kita, agar lebih baik.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Rubah muda dan ekornya

Di suatu pagi yang cerah, Tampak seekor rubah muda berjalan gontai tanpa tujuan. Dia sangat terkejut ketika tiba-tiba ekornya terjepit perangkap pemburu. Rubak itu berusaha melepaskan ekornya sekuat tenaga, tapi semakin ia mencoba, semakin kuat perangkap itu menjepit ekornya. Hari sudah hampir sore, sayup-sayup dia mendengar suara anjing pemburu di kejauhan. Semakin lama, semakin yakin ia mendengar suara anjing, dan dia tahu bahwa pemburu sedang mendekat untuk melihat hasil tangkapan perangkap yang ia pasang.

Rubah yang naas itu berpikir cepat. Dia harus memilih, apakah ia akan mati ditangan pemburu itu atau ia harus kehilangan ekornya. Dengan cepat ia menarik ekornya sekuat tenaga hingga akhirnya ia berhasil melepaskan diri, Ia harus rela meninggalkan ekornya yang indah dalam perangkap. Tepat sebelum anjing-anjing pemburu itu tiba, ia berlari terbirit-birit masuk ke dalam hutan. Dia berlari melintasi sungai agar jejaknya tidak diikuti oleh mereka.

Rubah itu sangat bersyukur karena telah selamat dari perangkap pemburu sehingga untuk beberapa lama ia tidak begitu merasa kehilangan ekornya yang indah. Tetapi ketika ia sedang minum di sungai yang jernih, ia menatap dirinya dan menyadari kenyataan pahit. Ekornya yang indah telah hilang. Betapa aneh dan jeleknya ia sekarang. Dia sangat sedih, membayangkan betapa binatang lain, terutama sesama rubah, akan menertawakannya. Dia lalu berlari ke hutan yang sepi dan bersembunyi di balik semak-semak yang rimbun.

Tetapi seperti layaknya seekor rubah, ia punya banyak akal. Setelah lama berpikir, ia merasa mendapatkan ide yang gemilang. Ia sangat yakin dengan idenya itu.

Pagi sekali ia sudah berada diantara sekumpulan rubah, Dan sebelum mereka sempat menanyakan apa yang terjadi dengan ekornya, ia lalu berpidato. "Kalian tentu tidak bisa membayangkan bagaimana enaknya dan bebasnya kita tanpa punya ekor," katanya meyakinkan. "Aku tidak tahu kenapa aku bisa tahan dengan ekor yang panjang dan berat itu selama ini. Sekarang aku merasa sangat bebas dan ringan tanpanya. Benar-benar sensasi yang luar biasa dan baru kali ini aku merasakannya!" "Tapi apa yang terjadi dengan ekormu?" tanya seekor rubah dengan terkejut. "Apa yang terjadi?" ulang si rubah muda itu. "Tentu saja aku memotongnya! Ekor itu terlalu panjang dan terlalu berat, dan selalu terseret seret di tanah dan kotor. Aku untuk pertama kalinya merasa sangat nyaman, dan aku menyarankan agar semua mengikutiku membuang ekor konyol itu sekarang juga, untuk selamanya!" "Dan kamu mengira kita semua percaya bahwa kamu benar-benar memotongnya?" seekor rubah tua bertanya dengan pelan, dan tampaknya dia tidak mudah percaya. "Kenapa tidak?" jawab si rubah muda dengan nada tinggi dan meyakinkan. "Benda yang mengganggu itu selalu saja tersangkut pada sesuatu, dan ..." Pada saat itu nenek rubah yang sudah tua tertawa terbahak-bahak. Dan dengan sekejap semua rubah yang lain tertawa bersamanya, semakin keras dan semakin keras. Rubah muda itu tidak tahan lagi, dia berlari masuk ke dalam hutan menahan rasa malu juga jengkel. "Kita harus mengasihani anak itu, dia sudah sangat menderita" kata seekor rubah jantan tua yang bijak, walaupun yang lain masih tertawa terbahak-bahak dan tidak mendengarnya.



Pesan Moral Dongeng Fabel Rubah Muda dan Ekornya adalah :

Janganlah berbohong hanya untuk menutupi kekurangan kita. Dan jangan menjerumuskan orang lain untuk mengikuti kesalahan yang telah kita lakukan. Akan lebih bijak jika kita mengingatkan orang lain agar tidak mengikuti kesalahan yang sama, seperti yang pernah kita lakukan. Jadikan pengalaman pahit kita sebagai pelajaran yang bermanfaat untuk orang lain.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Bangau dan rubah makan bersama

Hari itu suasana sangat cerah. Bangau sudah berdandan rapi, dia sudah bersiap untuk memenuhi undangan makan dari pak Rubah sahabatnya. Sepanjang perjalanan dia terus membayangkan masakan yang kan dihidangkan oleh sahabatnya itu. "Hmmmm... alangkah senangnya aku hari ini. pas kebetulan makanan di rumah lagi habis, pas ada undangan makan pula". Tidak begitu lama, sampailah dia di kediaman Pak Rubah. Rupanya pak Rubah sudah menunggu kedatangannya, buktunya pak Rubah sudah berdiri di depan pintu sambil melambaikan tangan. "Hai Pak Bangau, cepat kemari. lama sekali sampainya, habis mapir kemana saja?". tanya pak Rubah. "Aku tidak mampir kemana-mana, hanya saja tadi saya sesekali terbang pelan untuk melihat-lihat suasana kampung ini, sangat cerah hari ini". Jawab pak Bangau.

Mereka pun segera masuk ke dalam rumah pak Rubah. Rubah dan burung Bangau duduk bersama di ruang makan, mereka bermaksud makan bersama dalam rangka sarapan bareng. Pagi itu pak Rubah memasak sup kesukaan pak Bangau, Pak Rubah makan dengan lahap yang disajikannya di sebuah mangkok. Bangau duduk dengan sopan menatap sang Rubah, ia hanya diam memperhatikan. Kelihatannya dia tidak lapar. Sesekali dia mencelupkan paruhnya yang panjang ke dalam mangkok, tetapi dia cuma bisa menelan beberapa tetes sup saja. Sementara Pak Rubah menghabiskan supnya dengan lahap, dia menjilat mangkuknya sampai bersih mengkilat. Dia berkata pada kawan makannya, "Sarapan yang lezat bukan!" Dia mendecak-decakkan lidahnya dengan nikmat. "Benar-benar nikmat! Sayangnya kamu tidak makan banyak! Bukankag ini sup kegemaranmu??"

Pak Bangau diam saja. Dia kemusian berencana untuk mengajari Pak Rubah agar tau caranya menghormati tamu. Dia kemudian mengundang pak Rubah untuk mengunjunginya makan malam besok. pak Rubah tentu saja menerima dengan senang hati undangan itu. Esoknya ia datang lagi ke tempat pak Bangau. Di meja makan pak Bangau tersaji makanan kesukaan pak Rubah, potongan-potongan daging yang nikmat itu disajikan dalam kendi berleher panjang! Pak Bangau dengan paruhnya yang panjang dengan mudah mengambil makanan dari dasar kendi, sedangkan pak Rubah hanya bisa menelan ludahnya setiap kali melihat sang Bangau menelan daging yang kelihatan empuk dan enak itu. Yang bisa dia dapatkan hanya beberapa kerat kecil daging yang menempel di mulut kendi. pak Bangau sadar kalau pak Rubah memang tidak akan bisa memakan hidangan yang ia sajikan. "Kenapa makanya cuman sedikait sekali, apakah masih kenyang pak Rubah?". Tanya pak bangau pura-pura tidak tau masalahnya. pak Rubah hanya diam. "Kemarilah pak Rubah, kemarin saya waktu berada di rumahmu saya juga lapar, saya sangat ingin makan sampai habis hidangan sup yang kamu sajikan. Tapi tempat makan yang kamu sajikan untukku tidak tepat untuk saya, mangkuk itu terlalu datar. Saya tidak bisa memakannya dengan paruhku yang panjang ini". Kata pak Bangau menjelaskan alasanya kenapa kemarin dia tidak makan. "Ini... saya sudah siapkan potongan daging kesukaanmu diatas piring, wadah itu tepat untuk kamu, silakan dinikmati hidanganya". Kata pak Bangau sambil menyodorkan Piring berisi penuh potongan daging panggang. dengan lahap pak rubah menghabiskan daging tersebut. "Lezat sekali masaknmu Pak bangau, saya mohon maaf kemarin saya tidak memikirkan keperluanmu waktu makan di tempatku. Lain kali akan saya hidangkan masakanku untukmu dalam sebuah kendi seperti milikmu itu. Agar kamu bisa leluasa memakannya". Ucap pak Rubah malu-malu.

Akhirnya kini pak Rubah bisa belajar, bagaimana caranya menghormati tamu. keadaan yang berbeda-beda. tentu tidak bisa disamaratakan dalam perlakuan. Dia merasa berterimakasih pada bangau yang telah menyadarkan atas kekeliruanya.


Pesan Moral Dongeng Bangau dan Rubah Makan Bersama adalah :

Hormatilah tamu dengan baik, keadaan seseorang dengan keterbatasanya, membuat kita harus memperlakukannya dengan khusus pula. Jangan samakan keperluan kita dengan keperluan orang lain, karena apa yang kita bisa lakukan belum tentu bisa dilakukan oleh orang lain dengan keterbatasannya (Misal untuk orang dengan keterbatasan fisik dan orang yang berkebutuhan Khusus).


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Tikus dan lonceng kucing

Di sebuah rumah yang besar, tinggalah sekawanan tikus dan seekor kucing. para tikus mendiami dapur rumah itu. sementara sang kucing tinggal seruangan dengan majikannya. Karena tikus sering mencuri dan merusak barang-barang di rumah tersebut, maka antara tikus dan kucing tidak pernah akur. Kucing sangat setia pada majikannya. Kucing sering diperintah untuk memburu para tikus jika dia melihatnya berkeliaran di rumah tersebut. Sementara para kawanan tikus terus mencari siasat untuk bisa selamat dari incaran kucing.

Sudah lama sekali tikus-tikus yang tinggal di dapur kekurangan stok makanan. Tiap kali mereka menampakkan lubang hidungnya dari lubang, selalu ada sang kucing yang melihat dan mengayunkan cakarnya. Bahkan ketika tikus sudah terlanjur keluar lubang, kucing tidak segan-segan untuk mengejar mereka. Akhirnya mereka menjadi ketakutan untuk keluar lubang bahkan untuk mencari makanan.

Keadaan mereka makin memperihatinkan. Mereka makin lemah, perutnya kempis. Kini mereka dilanda kelaparan. Hal ini membuat Ketua Tikus berfikir dan merencanakan sesuatu untuk mengatasi situasi tersebut. Suatu malam mereka sepakat untuk melakukan pertemuan rahasia. Tikus-tikus berembuk, banyak yang diucapkan, tetapi kebanyakan hanya menyalahkan si Kucing daripada menawarkan pemecahan untuk masalah mereka. Tapi akhirnya, seekor tikus betina mengusulkan sebuah ide yang cemerlang.

"Pak ketua, bagmana jika kita gantungkan sebuah lonceng di leher kucing jahat itu!" usulnya, ekornya bergetar saking semangatnya. "Dengan begitu, Kita akan tahu di mana dia berada, kapan pun itu!" Mereka semua menyorakinya dengan bersemangat, gagasan itu benar benar cemerlang dan dapat diterima akal. Mereka kemudian bermusyawarah dan sepakat untuk melakukannya. Tapi ketika keriuhan berhenti, seekor tikus tua berbicara. Dia lebih tua dari semua tikus lain, semua tikus mendengarkan dengan hormat. "Gagasan itu benar-benar cemerlang," dia berkata. "Aku bangga ada yang memikirkan ide yang bagus itu."

Kumis si tikus yang mengusulkan ide tersebut bergoyang-goyang senang, tapi dia menggaruk telinganya kebingungan. "Tetapi siapa yang sukarela mau memasangkan lonceng di leher si kucing?" Tikus tua melanjutkan bicaranya. Mendadak suasana kembali riuh, mereka saling berbicara. Mereka saling bertanya kira-kira siapa yang mau memasangkan Lonceng itu di leher si Kucing. Tikus Tua kembali bicara "Hayo.... apakah diantara kita ada yang berani memasangnya, atau kita undi untuk menentukan siapa yang harus memasangkannya?". Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Semua tikus terdiam, mereka tampak ketakutan dan menunjukan rasa tidak setuju dengan ide Tikus Tua. Tak ada satu pun mau menjawabnya! Mereka langsung berlarian ketakutan masuk ke lubang masing masing. Tinggalah Tikus Tua yang diam terpaku sesaat, sebelum akhirnya dia pun berlari mengikuti yang lain.


Pesan Moral Dongeng Kisah Tikus dan Lonceng Kucing adalah :

Rencana yang baik dan cemerlang tidak akan berguna jika kita tidak berani untuk berusaha mengerjakannya. Ide yang gemilang tidak boleh disimpan di dalam kepala tapi harus direalisasikan menjadi kerja nyata untuk bisa menjadi lebih baik.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Angsa bertelur emas

Suatu hari, terjadi kehebohan di sebuah pasar kampung. Orang orang berkerumun di depan sebuah toko penjual telur. Yang berada di luar ingin maju masuk ke dalam, sedangkan yang di dalam ingin lebih dekat lagi ke depan meja. Mereka datang dari seluruh penjuru negeri karena mendengar ada seekor angsa yang bisa bertelur emas, mereka ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dan akhirnya, di depan mereka semua, hal ajaib itu terjadi persis seperti yang mereka dengar. Di atas meja, berkilauan sebuah telur angsa emas!

Mereka berebutan ingin membeli telur itu. Namun si Pedagang hanya bisa menjual satu butir telur emas sehari. Yang lain terpaksa menunggu karena si Angsa hanya bisa bertelur satu butir sehari. Si Pedagang benar-benar tidak puas dengan hal itu, dia ingin segera punya banyak uang. Lalu terlintas ide di pikirannya. Pedagang yang rakus itu akan memotong si Angsa ajaib. Dia berfikiran kakau angsa tersebut di bunug dan perutnya dibelah pasti di dalamnya terdapat banyak telur emas. Ia akan mengambil semua telur yang ada di dalam tubuhnya sekaligus. Dia sudah tidak sabar ingin segera cepat kaya.

Para pembeli bersorak gembira ketika si Pedagang mengumumkan ide hebatnya itu pada mereka. Kemudian dengan hati-hati ia mengeluarkan sebuah pisau tajam dan membelah dada angsa ajaib itu. Orang-orang menahan nafasnya. Darah si Angsa menetes merah membasahi bulu bulunya yang putih bersih. "Dia membunuh angsa peliharaanya" orang-orang riuh bersorak sorai.

Lalu tiba-tiba datang seorang kakek tua dan berkata dengan bijak,"Ya, dan dia telah melakukan kesalahan yang amat besar! Kamu semua akan lihat, angsa itu sekarang hanya seekor burung biasa. Tentu saja karena ia sudah mati. Kamu terlalu serakah ! sehingga tidak bisa berfikir dengan jernih !"

Apa yang di katakan okeh kakek itu memang benar. Di sana terbaring seekor angsa yang cantik, dadanya terbelah lebar, tapi tak ada sebutir telur pun ada di dalam tubuhnya. Sekarang angsa itu hanya berguna untuk jadi angsa panggang. "Dia sudah membunuh angsa yang memberinya telur emas!" seorang petani tua berkata sedih. Orang-orang pun meninggalkan toko dan berjalan pulang dengan gontai dan kecewa. sementara si pemilik angsa hanya bisa diam menyesali keserakahan dan perbuatan bodohnya.


Pesan Moral Dongeng Angsa Ajaib dan Telur Emas adalah :

Sebagai manusia kita tidak boleh rakus, tamak, dan serakah. Karena keserakahan sering kali membuat kita berbuat bodoh tanpa berfikir jangka panjang. Keserakahan, tamak dan loba adalah perbuatan yang sangat tercela.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Induk burung gagak dan anaknya

Dikisahkan, suatu hari seekor gagak muda mencuri makanan dari rumah Pak Tani dan membawanya pulang. Alih-alih menasihatinya, ibu gagak malah mengepakkan sayapnya dengan senang dan memujinya sebagai anak yang baik, karena membawa pulang makanan enak untuk ibunya yang telah bekerja keras. "Kamu anak pintar sekali, Nak!" serunya. "Ibu bangga padamu. Lain kali kamu harus membawa pulang daging, atau sesuatu yang lebih berharga, seperti emas, sendok perak atau cincin."

Gagak muda bahagia karena pujian ibunya, dia kemudian mulai mengambil barang lain dengan sungguh-sungguh. Tidak berapa lama dia sudah membawa pulang banyak sekali barang berharga seperti kalung emas, cincin, dan barang barang kecil lain sehingga keluarganya bisa saja membuka sebuah toko emas. Ibunya berkaok dengan senang dan memberitahukan semua kawan-kawannya, dalam hati induk gagak berkata " Sungguh memalukan... anak mereka tidak sepintar anak saya."

Setelah beberapa bulan lamanya, gagak muda yang selalu sibuk itu bosan mencuri dari orang-orang. Hal itu terlalu mudah baginya, sehingga tidak menyenangkan lagi. Ia lalu mencuri di sarang burung yang lain, lagipula ibunya masih selalu bilang padanya bahwa ia ada burung yang terbaik yang pernah ditetaskan seekor gagak. Perbuatannya itu berbahaya sekali, dan ia harus lebih cerdik. Tetapi pikirnya, bagaimana burung lamban seperti jalak atau bahkan elang bisa menangkapnya? Tapi, ternyata itulah yang terjadi. Dia tertangkap basah, dan dua ekor burung elang yang galak menjaganya untuk dihukum. '' Tentunya kamu harus mengerti, bahwa mencuri dari burung yang lain adalah kejahatan berat!" kata ketua burung Elang.

Setengah burung-burung hutan berkumpul pagi itu untuk menentukan nasibnya. Walaupun para burung gagak membelanya dengan usaha keras, mereka tidak bisa menyelamatkannya dari hukuman. Akhirnya ia minta satu permintaan, yaitu untuk bisa berbicara pada ibunya. Tidak ada yang bisa menolak permintaan yang menyentuh itu, dan semua burung di hutan itu terdiam menyaksikan ia dan ibunya berdiri berdampingan.

Kemudian..., tanpa basa basi, gagak muda itu mencakari dan mematuki ibunya dengan kasar sampai burung lain dengan ketakutan memisahkan mereka. Akhirnya dengan babak belur, si gagak muda itu berhasil meyakinkan mereka untuk mendengarkannya. "Kalian pikir aku adalah makhluk yang jahat dan kasar," dia bilang. "Dan mungkin memang itulah aku. Tetapi kesalahan bukan semua milikku. Aku tidak akan berada di sini sekarang jika ibuku mengajariku untuk berbuat baik. Malah, ia meyakinkanku bahwa perbuatanku itu adalah perbuatan baik. Jika kalian adil, kalian akan menghukumnya juga. Itulah perkataanku. Sekarang lakukan yang kalian mau!" Tentu saja cerita si gagak muda itu tidak meringankan hukumannya walaupun semua yang dikatakannya itu benar. Mereka kemudian mengikatnya di sebuah pohon, sebagai contoh bagi semua burung yang ingin mencuri dari sesamanya.



Pesan Moral Dongeng Induk Burung Gagak dan Anaknya adalah:

Perilaku anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita, terutama lingkungan terdekat yaitu keluarga. Didiklah anak kita dengan contoh dan perkataan yang mulia. sebagai orang tua, kita harus bisa menjadi tauladan yang baik buat anak-anak kita.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Gajah dan kura kura pembohong

Dahulu kala di sebuah negeri binatang, puncak musim kemarau sedang melanda. Banyak air sumur, air sungai bahkan mata air yang sudah mengering. Air kubangan tempat hewan-hewan minum juga sudah mengering. Beberapa hewan banyak yang mati kehausan. Tidak jauh dari kubangan air yang sudah mengering ada seekor kura-kura yang terperosok ke dalam lubang. Lubang itu sangat dalam. " Aduh..., kenapa aku bisa terperosok di sini?" kata si kura-kura sambil berusaha merangkak keluar dari lubang tersebut. Namun, usahanya selalu gagal. Setiap kali ia berhasil melompat ke sebuah batu sebagai tumpuan akhir agar ia bisa keluar dari lobang, tubuhnya selalu terjatuh masuk ke dasar lubang lagi. "Wah, gawat kalau sampai malam hari aku masih terjebak di dalam lubang ini," pikir si kura-kura. "Kalau mengharapkan bantuan teman-teman rasanya mustahil. Bukankah mereka sudah banyak yang mati kehausan." Akhirnya si kura-kura pasrah. Ia duduk bersandar di pinggir lobang sambil terus berdo'a, mudah-mudahan ada teman yang datang membantu mengeluarkannya dari dalam lubang.

Dan tidak berapa lama, ada gajah yang melintas. Dia mendengar sesuatu dari dalam lobang yang mirip sumur tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian dia melongokkan kepalanya kedalam sumur tersebut. Namun betapa terkejutnya ia, karena ternyata ada kura-kura yang sedang mengais-ngais tanah yang nampak berair. "Aneh," pikir si Gajah. "Kenapa si kura-kura berada di dalam lubang ini? Apa yang dikerjakannya di dalam lubang?" Kemudian si Gajah berusaha menyapa temannya itu. " Hai kawan," kata si Gajah. "Kenapa kamu ada di situ?" Si kura-kura sebenarnya sudah mengetahui kedatangan si Gajah. Akan tetapi, ia berusaha menyembunyikan kesedihannya karena tidak bisa keluar dari dalam lobang. Ia pura-pura menggali tanah, lalu membasahi tanah tersebut dengan air kencingnya sendiri. "Hai juga, Gajah," jawab si kura-kura. "Aku lagi sibuk, nih." lanjut kura-kura sambil terus pura-pura menggali tanah di sekitarnya. Si Gajah terus memperhatikan si kura-kura. "Iya, kamu lagi ngapain di dalam sana?" Si kura-kura merasa senang sebab si gajah mulai penasaran dengan aktifitasnya. Ia berpikir keras agar dirinya bisa keluar dari lubang. "Begini, Gajah," kata si kura-kura. "Aku ada di dalam lubang untuk menggali sumur. Aku kasihan melihat banyak teman kita yang mati kehausan. Aku berpikir bahwa hanya dengan menggali sumur inilah salah satu cara untuk bisa menyelamatkan teman-teman kita dari bencana kekeringan." "Tapi....bukankah sumber mata air kita tidak keluar airnya. Lalu, mana mungkin di lubang ini ada airnya?" tanya si Gajah. "Eitssss...jangan bilang begitu, teman," kata si kura-kura mulai menyusun siasat mengelabui si gajah. "Tidakkah engkau lihat tanah yang kuinjak sekarang ini mulai basah. Itu artinya, aku telah menemukan sumber mata air. Sepertinya jumlah air di dalamnya cukup banyak. Dan tidak lama lagi aku akan memiliki cadangan air yang banyak" lanjut si kura-kura sambil menari dan menyanyi kegirangan.

Si gajah rupanya tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan si kura-kura hanyalah pura-pura saja. "Hoi, kura-kura. Bolehkah kita bekerjasama mendapatkan sumber air tersebut?" "Apa maksudmu, gajah?" "Hemmm....aku ingin membantumu mengeluarkan mata air itu...asalkan aku nanti mendapat jatah air juga." Si kura-kura berpura-pura berpikir. Dia berjalan mondar-mandir sambil mengangguk-anggukan kelapa. Kemudian ia berteriak dan menyetujui usulan si Gajah. "Baiklah, Gajah," kata si kura-kura. "Begini kawan, sumber mata air itu ada di bawah batu yang kuinjak ini. Aku hanya perlu sedikit air agar batu ini bisa tenggelam. Nah, biasanya kamu khan menyimpan cadangan air di mulutmu. Bolehkah kamu keluarkan air tersebut untuk menenggelamkan batu itu? Nah... kalau batu itu terlepas maka sumber mata air akan terbuka dan kita bisa memiliki banyak cadangan air." Sebenarnya si Gajah mulai ragu dengan rencana si kura-kura. Dia keberatan apabila harus mengeluarkan cadangan air dari mulutnya. Sebab cadangan air tersebut akan diberikan kepada anak-anaknya. "Tapi....benarkah di dalam sana ada sumber air? Kalau tidak ada bagaimana, kura-kura?" tanya si gajah. "Wah ...kamu kok jadi ragu begitu? Ya sudahlah...tidak usah bekerjasama denganku. Biarlah sumber air ini aku miliki sendiri saja..."

Si gajah semakin bingung. Kalau ia menyetujui rencana si kura-kura maka cadangan air untuk anak-anaknya akan hilang. Bila ternyata sumber air itu tidak ada tentu anak-anaknya akan kehausan karena tidak mendapatkan air minum. Namun, bila ia menolak rencana si kura-kura maka ia akan lebih menderita karena si kura-kura tidak akan memberikan jatah airnya. Dan ia harus berjalan jauh untuk mendapatkan air minum.

"Iya dech...aku setuju dengan rencanamu , kura-kura," kata si gajah. Lalu dia menyemprotkan cadangan air minumnya ke dalam lobang. Serrrrrrrrrrrtttttttt.....!!!!. Si kura-kura merasa senang, sebab rencananya berhasil. Air yang disemprotkan si gajah cukup banyak. Ketika air telah mencapai permukaan, tiba-tiba si kura-kura secepatnya berenang. Lalu, dengan sekali lompatan ia telah berhasil keluar dari dalam lubang. Kemudian, tanpa memperhatikan si gajah ia berlari sekencang-kencangnya masuk ke semak-semak dan menghilang.

Si Gajah terkejut. Ia segera menghentikan menyemprotkan air. Rupanya ia sadar bahwa si kura-kura telah menipu dirinya. "Hai....mau lari kemana penipu !!!" teriak si gajah sambil mengejar si kura-kura yang telah menghilang di balik semak-semak yang sudah mengering. Dia terus berusaha mencari ke sana kemari, namun si kura-kura telah menghilang. Si gajah akhirnya pulang sambil menahan kekecewaan. Dia sadar telah ditipu kura-kura. Dia seharusnya tidak menghambur-hamburkan air minum di saat musim kemarau datang. Dia seharusnya tidak mudah tertipu dengan janji si kura-kura.


Pesan Moral Dongeng Buat Adik-adik:

Jangan mudah percaya dengan janji manis seseorang, dan janganlah suka menipu sesama karena itu adalah perbuatan tercela dan dibenci Tuhan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Srigala dan 7 anak kambing

Pada zaman dahulu hiduplah seekor ibu kambing yang tinggal di tepian hutan bersama ketujuh anaknya. Setiap hari ibu kambing keluar untuk mencari makanan di hutan yang berada disekitar rumah mereka.

Seperti biasa sebelum keluar ibu kambing akan memberitahu anak anaknya supaya berjaga-jaga,”Serigala sangat licik dan jahat, jadi apabila kamu mendengar suara dan melihat empat kuku hitamnya, jangan buka pintu ini.”

Pada suatu hari seekor serigala yang kebetulan sedang menghendap ke arah kandang mereka berasa begitu gembira apabila melihat ibu kambing telah meninggalkan kadang mereka. Ia pun mengetuk pintu dengan kuat,”Cepat buka pintu, ini ibu sudah balik!” Tetapi anak anak kambing berkata,”Ini bukan suara ibu, suara ibu sangat lembut dan halus.”

Serigala tidak putus asa dia mengambil kapur dan memakannya, kononnya untuk melembutkan suaranya. Hasilnya, suaranya telah menjadi lembut. Kemudian ia pergi mengetuk pintu kandang kambing.”Cepat buka pintu, ibu sudah balik dan membawa banyak makanan yang enak untuk kalian” Walaupun suara serigala telah menjadi lembut, tetapi anak-anak kambing melihat kuku hitam dan tajam itu,lalu berkata,”Kamu bukan ibu kami. Kamu adalah serigala kerana kamu ada kuku yang hitam lagi tajam.”

Serigala mendapat akal. Dia mengecat kuku hitamnya menjadi menyerupai kuku induk kambing. Serigala sekali lagi mengetuk pintu kandang kambing. Anak anak kambing melihat kuku putih itu dan menyangkakan ibu mereka telah balik dan terus membuak pintu. Setelah anak anak kambing membukakan pintu,serigala terus menerkam dan menelan enam ekor anak kambing sekaligus. Seekor anak kambing yang selamat sempat bersembunyi di bawah tumpukan tempat rumput. Setelah kenyang, serigala tertidur di bawah pohon.

Tak begitu lama, ibu kambing pun tiba dirumah, tapi ia tak mendapati anaknya. Ia terus mencari anak-anaknya. akhirnya Ibu kambing menjumpai anaknya yang bersembunyi di bawah tempat rumput sedang ketakutan. Anak kambing yang selamat itu memberitahu ibunya apa yang telah terjadi. Ibu kambing berasa begitu sedih dan berkata,”Serigala sudah kekenyangan, mesti ia tidak pergi jauh dari sini. Mari kita pergi mencarinya sekarang juga!”

Akhirnya ibu kambing dan anaknya menjumpai serigala yang sedang tidur itu. Ibu kambing terlihat ada sesuatu yang bergerak di dalam perut serigala dan percaya itu adalah anak anaknya yang berada dalam perut serigala. Tanpa membuang waktu ibu kambing pun menyuruh anaknya balik ke rumah mengambil gunting dan jarum.

Dengan hati-hati ibu kambing terus membelah perut serigala dengan gunting dan berhasil mengeluarkan dan menyelamatkan keenam ekor anaknya. Anak anak kambing tidak mengalami luka. Ini kerana serigala hanya menelan dan tidak mengunyah mereka. Melihat anak anaknya masih hidup, ia merasa begitu gembira.

Ibu kambing menyuruh anak anak mencari batu batu untuk diisi ke dalam perut serigala. Setelah memasukkan batu batu sehingga penuh,ibu kambing menjahit kembali perut serigala. Tak lama serigala pun terjaga, ia masih kekenyangan dan merasa sangat haus. Serigala berjalan ke tebing sungai tetapi tidak dapat berjalan cepat kerana perutnya berat. Ia tidak menyadari bahwa perutnya telah diisi penuh dengan batu.

Karena perutnya terlalu berat, ketika serigala membungkuk untuk meminum air, ia terjatuh ke dalam sungai dan tenggelam dan tidak dapat menyelamatkan dirinya. Ibu kambing dan anak anaknya berasa sangat gembira melihat serigala telah mati lemas. Semenjak hari itu mereka tidak lagi terganggu ketakutan. Hiduplah mereka dengan aman dan damai.


Hikmah dan Pesan Moral :

Jangan mudah percaya dengan bujuk rayu yang manis, dan selalu patuhi segala nasihat orang tua. Karena nasihat orang tua pasti untuk kebaikan anak-anaknya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kambing yang keras kepala

Di suatu hari yang cerah di tepian hutan, Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di atas lembah yang curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing.

Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong, gengsi dan keras kepala mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.

Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.


Pesan Moral :

Segala-sesuatu yang dilakukan dengan ceroboh, dan mementingkan gengsi., akan membawa kesialan dalam hidup. Ada baiknya kita mengalah untuk sesuatu kebaikan bersama, daripada kita saling memaksakan kehendak dan akhirnya merugikan kita dan orang lain.


Dongeng Bahasa Sunda

Di hiji dinten anu cerah di tepian leuweung,Dua buntut embe mapan kalawan kuat na ti arah anu papalimpang di luhur landeuh anu nangtawing,waktos eta sacara kaleresan maranehanana sacara babarengan sewang-sewang anjog di sisi jurang anu di handap na ngocor cai walungan anu deras pisan. Hiji tangkal anu rubuh,parantos dijadikeun jembatan kanggo menyebrangi jurang kasebat. Tangkal kasebat alit pisan ku kituna henteu iasa diliwatan sacara babarengan ku dua buntut bajing kalawan wilujeng,sumawonten ku dua buntut embe.

Jembatan anu alit pisan eta bade midamel jalmi anu nu mawi wantun oge bade barobah kaayaan sieun. Nanging kadua embe kasebat henteu rumaos sieun. Rasa songong,gengsi sarta bahula maranehanana henteu ngantep maranehanana kanggo ngelehan sarta mikeun jalan leuwih tiheula ka embe lianna.

Waktos salah sahiji embe menapakkeun sukuna ka jembatan eta,embe anu lianna oge embung ngelehan sarta oge menapakkeun sukuna ka jembatan kasebat. Ahirna duanana patepang di keur-keur jembatan. Duanana henteu keneh palay ngelehan sarta malahan silih nyorong kalawan tanduk maranehanana ku kituna kadua embe kasebat ahirna geubis ka lebet jurang sarta tersapu ku aliran cai anu deras pisan di handap na.

Talatah Moral : Saniskanten-hiji hal anu dipigawe kalawan ceroboh,sarta mementingkeun gengsi.,bade ngabantun kesialan dina jumeneng. Aya alusna urang ngelehan kanggo hiji hal kebaikan sareng,batan urang silih maksakeun kahayang sarta ahirna ngarugikeun urang sarta batur.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Monyet sombong dan kuda

Dikisahkan, hari itu matahari sangat terik. Di tepi sebuah hutan, ada sekawanan monyet sedang bergerombol diatas pohon. Rupanya mereka sedang melihat pasukan berkuda yang melintas di jalan setapak tepat di bawah pohon tempat mereka berada. Menyaksikan kegagahan para prajurit berkendara di atas pelana kuda, seekor monyet pun menyombongkan diri bahwa menunggang kuda itu masalah mudah, dan dia kan membuktikannya!

Monyet yang lain tertawa dan tidak percaya apa yang dikatakan oleh monyet yang sombong itu. "Hahahahah.... mana mungkin kamu bisa naik kuda, mendekati kuda saja kamu sudah takut". Ucap salah satu dari mereka. "Lihat saja nanti!". Kata monyet sombong kepada kawannya. Saat itu, kebetulan ada seorang dari pasukan berkuda yang sedang istirahat minum di bawah pohon tempat monyet-monyet berada. saat pasukan berkuda istirahat. Untuk membuktikan perkataannya itu si monyet sombong mengendap-endap mendekati seekor kuda yang tidak jauh dari pohon. Hup! Dengan lincah, si monyet naik ke atas punggung kuda dan bergaya di depan pada teman-temanya yang menyaksikan cemas dari atas pohon. dengan spontan monyet menarik tali kekang sekuat tenaganya. Kuda yang merasakan hentakan berat di atas punggungnya, terkejut. Ia juga merasa kesakitan karena tarikan erat pada surainya. Maka, ia pun segera meringkik, berlari kencang, sambil menggoyangkan liar badannya ke kiri dan ke kanan dan keatas bawah seolah kegelian. Monyet yang tidak bisa mempertahankan keseimbangan badannya, terlempar, terpelanting dan jatuh ke tanah dengan keras.

Dari atas pohon, teman-teman si monyet ramai menertawakan kebodohan si monyet sombong. Monyet pun tertunduk malu sambil menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Ternyata menunggang kuda tidak semudah yang ia kira! Katanya, "Kapok dah. Cukup sekali saja aku menunggang kuda! Ternyata tidak sehebat dan seenak yang aku bayangkan, apalagi tadi kuda itu sangat sukar dikendalikan macam kuda Rodeo. Memang sudah menjadi nasibku, aku tidak akan menunggang kuda lagi seumur hidupku. Aku tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang sama."

Saat itu, monyet yang tertua di kelompoknya menjawab, "Jatuh memang menyakitkan, tetapi bukan berarti di kemudian hari kamu tidak akan jatuh lagi, entah dari pohon dan darimana pun. Yang perlu ketahui dan dipelajari adalah mengapa kamu jatuh? Jika kita mau belajar untuk tahu kenapa bisa jatuh, maka kita tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari."


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Monyet Sombong dan Kuda adalah :

Janganlah sombong, dan jangan sok pintar dan merasa bisa pada sesuatu hal jika kita tidak benar-benar menguasainya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Monyet dan buaya

Dahulu kala, di sebuah hutan rimba hiduplah seekor monyet di sebatang pohon jamblang di tepi sungai. Ia bahagia walaupun tinggal sendiri . Pohon itu sangat ranum dengan buah yang manis dan memberinya tempat untuk berteduh pada saat hari panas atau hujan, tempat tinggal yang sangat edeal bagi si Monyet.

Pada suatu hari seekor buaya naik ke tepian sungai dan hendak beristirahat di bawah pohon tempat tinggal Monyet. Sang monyet yang ramah menyapanya, “Hai Buaya, apa kabar?.” “Hai juga monyet, kabar saya baik. Cuman saya sedang ada masalah dengan bahan makanan disini,” jawab buaya. “Apakah kau tahu dimana aku dapat menemukan makanan? Tampaknya sudah tidak ada ikan lagi di sungai ini.” “Aku tidak tahu dimana ada ikan, tapi aku mempunyai banyak buah jamblang yang masak di pohon ini. Ini, cobalah... rasanya sangat manis!” kata monyet sambil memetik beberapa buah jamblang dan melemparkannya kepada buaya yang ada di bawahnya. Buaya memakan semua buah yang diberikan monyet. Ia suka rasanya yang manis. Ia minta monyet memetik buah jamblang lagi untuknya.

Sejak saat itu buaya datang setiap hari. Mereka pun menjadi sahabat. Mereka mengobrol sambil makan buah jamblang. Pada suatu hari buaya bercerita tentang isteri dan keluarganya.”Mengapa baru sekarang kau bilang bahwa kau punya isteri? Bawalah jamblang ini untuk isterimu.” Isteri buaya menyukai buah jamblang pemberian si Monyet. Ia belum pernah makan sesuatu yang begitu manis. Ia berpikir betapa manisnya daging monyet yang sepanjang hidupnya makan buah jamblang setiap hari. Air liurnya menetes membayangkan daging si Monyet sahabat suaminya.

“Suamiku,” kata isteri buaya, “ajaklah monyet kemari untuk makan malam.Lalu kita makan dia. Pasti dagungnya lezat dan manis.” Buaya terperanjat. Bagaimana ia dapat memakan sahabatnya? Ia menjelaskan kepada isterinya, “Monyet satu-satunya temanku disini, “ katanya. Sang buaya tetap menolak membawa monyet kepada isterinya. Sementara isterinya pun tetap membujuknya. Ketika buaya tetap tidak mau menuruti keinginannya, isteri buaya pura-pura sakit keras. “Suamiku,” katanya, “Hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkanku. Kalau kau mencintaiku, kau ajak monyet temanmu kemari. Setelah makan jantungnya aku pasti segera sembuh.”

Buaya kebingungan, di satu sisi monyet adalah sahabatnya yang baik hati. Namun di sisi lain, bila isterinya tidak memakan jantung monyet, mungkin ia akan meninggal. Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa monyet kepada isterinya untuk dijadikan obat.

“Teman,” kata buaya kepada monyet. “Isteriku sangat berterima kasih dengan buah jamblang yang kaukirimkan tiap hari. Sekarang ia ingin mengundangmu makan malam. Ikutlah denganku ke rumah kami.” Monyet sangat gembira dengan undangan itu namun ia berkata bahwa ia tak mungkin ikut karena ia tak dapat berenang. “Aku akan menggendongmu di atas punggungku. Kau tak usah khawatir,” kata buaya. Monyet pun melompat ke punggung buaya dan berangkatlah mereka. Ketika mereka sudah cukup jauh dari pohon jamblang, buaya berkata,”Isteriku sakit parah, hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkannya.” Monyet ketakutan. Ia berpikir keras, bagaimana ia dapat menyelamatkan diri. “Buaya temanku, kasihan isterimu. Namun kau tak perlu cemas. Aku senang bisa menolong isterimu dengan jantungku. Masalahnya, aku tadi meninggalkan jantungku di atas dahan pohon jamblang. Ayo kita kembali dan mengambilnya.”

Buaya percaya kepada monyet. Ia berbalik dan berenang kembali ke pohon jamblang. Monyet segera melompat turun dari punggung buaya dan segera naik ke dahan pohon. “Temanku yang bodoh. Tidak tahukah kau, bahwa kita selalu membawa-bawa jantung kita? Aku tak akan mempercayaimu lagi. Pergilah dan jangan pernah kembali ke sini lagi.” Monyet pun membalikkan badannya, tak mau lagi melihat sang buaya. Buaya sangat menyesal. Ia kehilangan satu-satunya sahabatnya. Ia juga tak akan dapat makan buah jamblang yang manis itu lagi. Monyet lolos dari bahaya karena berpikir dengan cepat dan cerdik. Ia menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin berteman. Buaya lebih suka makan monyet daripada berteman dengannya.


Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Monyet dan Buaya adalah :

Jangan nodai persahabatan dengan perbuatan yang tidak baik. Menuruti orang yang kita sayang adalah mulia, namun jangan merugikan orang lain.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Bangau dan kepiting

Di dalam telaga juga hidup bermacam-macam ikan dan hewan lain seperti kepiting dan katak. Burung bangau sangat suka tinggal di kawasan telaga itu kerana senang mendapat makan. Hari silih berganti, burung bangau semakin tua dan tidak lagi sekuat dulu untuk menangkap ikan. Ada kalanya si bangau terpaksa berpuasa seharian kerana tidak memperoleh tangkapan apa pun. Ia berfikir di dalam hati, “Kalau begini keadaanya, aku akan mati kelaparan kerana tidak bisa lagi menangkap ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperoleh makanan dengan mudah”.

Setelah berfikir keras, Si bangau kemudian mendapat akal. Dia berpura-pura duduk termenung dan bersedih di tepi telaga. Seekor katak yang kebetulan berada di situ tampak memperhatikan bangau yang sangat murung dan sedih. Ia lalu bertanya “Kenapa aku lihat akhir-akhir ini kamu asyik termenung wahai bangau?”. Bangau menjawab ” Aku sedang memikirkan keadaan nasib kita.”

“Apa yang membuatmu pusing, sedangkan kita hidup di sini sudah sekian lama tidak menghadapi banyak masalah.” Jawab katak. “Aku sering terbang ke sana ke mari dan mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kemarau yang akan menimpa kawasan ini. Kau lihat sajalah sejak akhir-akhir ini hari panas dan hujan pun sudah lama tidak turun”. Bangau menyambung lagi “Aku cemas telaga ini akan kering dan semua penghuni di telaga ini akan mati.” Katak mengangguk-ngangukkan tanda setuju. Tanpa membuang waktu si katak terus melompat ke dalam telaga untuk mengabarkan berita itu kepada kawan-kawan yang lain. Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh telaga begitu cepat dan semua penghuni telaga berkumpul ditepi sungai dimana bangau berada. Masing-masing riuh rendah menanyakan pada bangau akan berita tersebut.

Seekor ikan bertanya kepada bangau “Apa yang harus kita lakukan?” Si bangau berkata “Aku ada satu ide, tetapi aku cemas kalian semua tidak setuju.” “Apa idemu, bangau?” tanya ikan seolah-olah tidak sabar untuk mendengarnya. Bangau berkata “Tidak jauh dari sini ada sebuah telaga yang besar dan airnya dalam, aku percaya telaga tersebut tidak akan kering walaupun terjadi kemarau yang panjang.” “Bolehkah engkau membawa kami ke sana” pinta si kepiting dan di sambung oleh hewan-hewan lainya.. “Aku bisa membawa kalian satu demi satu karena aku sudah tua dan tidak bisa membawa kalian lebih dari itu” kata burung bangau lagi. Mereka pun setuju dengan ide si bangau.

Si bangau mulai mengangkut seekor demi seekor hewan dari telaga tersebut, tetapi bukan untuk dipindahkan ke telaga lain, melainkan untuk dimakan. Begitulah perbuatanya sehingga sampai kepada giliran seekor kepiting, sementara yang lain masih banyak yang mengantre di belakang kepiting. Sambil diterbangkan oleh si bangau, si kepiting memandang ke bawah lalu terlihat olehnya tulang-tulang ikan berserakan di atas batu besar, dan kemudian si bangau mendarat di atas batu besar itu. Melihat keadaan tersebut, kepiting mulai ketakutan dan berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh bangau.” Si kepiting berkata “Dimanakah telaga yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?” Bangau ketawa terbahak-bahak lalu menjawab “Kali ini tiba waktunya engkau menjadi makananku, hai kepiting!!.”

Dengan perasaan marah kepiting mencapit leher si bangau dengan sekuat-kuatnya hingga si bangau tak bisa bernafas. bangau berteriak minta tolong namun kepiting tetap mencekik leher bangau dengan capitnya. karena tidak bisa bernafas akhirnya bangau mati lemas diatas batu besar itu.

Dengan perasaan gembira karena selamat dari ancaman si bangau, si kepiting berjalan kembali ke telaga. Sampai saja di telaga si kepiting pun menceritakan kisah yang telah dialaminya. Semua penghuni telaga tersebut merasa gembira dan bersyukur karena mereka selamat dan tidak menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucapkan terima kasih kepada si kepiting karena telah menyelamatkan mereka semua.




(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Srigala dan kambing muda

Suatu sore ketika gerombolan kambing mulai pulang ke peternakan kembali dan ibunya sudah memanggilnya, anak kambing tersebut tidak memperhatikan dan memperdulikan panggilan ibunya.

Dia tetap tinggal di lapangan rumput tersebut dan mengunyah rumput-rumput yang halus disekelilingnya. Beberapa saat kemudian ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat gerombolan kambing termasuk ibunya sudah tidak ada lagi.

Sekarang dia tinggal sendirian. Matahari sudah terbenam. Bayangan panjang mulai menutupi tanah. Angin dingin mulai datang bertiup dan membuat suara yang menakutkan. Anak kambing tersebut mulai gemetar karena takut dia akan bertemu dengan serigala.

Kemudian dia mulai lari sekencang-kencangnya melewati lapangan rumput untuk pulang ke peternakan, sambil mengembik-embik memanggil ibunya. Tetapi di tengah jalan, dekat pohon perdu, apa yang ditakutkan benar-benar terjadi, seekor serigala telah berdiri di sana memandangnya dengan wajah lapar.

Kambing kecil itu tahu bahwa kecil harapan untuk dia bisa lolos dari sergapan serigala tersebut. "Tolonglah, tuan Serigala," katanya dengan gemetar, "Saya tahu kamu akan memakan saya. Tetapi pertama kali, nyanyikanlah saya sebuah lagu dengan suling mu, karena saya ingin menari dan bergembira selama saya bisa." Serigala tersebut menyukai gagasan dari kambing kecil tadi, bermain musik sebelum makan, jadi serigala itu mengeluarkan serulingnya dan mulai memainkan lagu gembira dan kambing kecil itu meloncat-loncat menari bergembira.

Sementara gerombolan kambing tadi bergerak pulang ke peternakan, di keheningan sore yang mulai beranjak gelap, suara seruling dari serigala sayup-sayup terdengar. Anjing-anjing gembala yang menjaga gerombolan kambing tersebut langsung menajamkan telinganya dan mengenali lagu yang dimainkan oleh serigala, dan dengan cepat anjing-anjing gembala tersebut lari ke arah serigala tersebut dan menyelamatkan kambing kecil yang sedang menari-nari.

Serigala yang hendak memakan kambing kecil tadi akhirnya lari dikejar-kejar oleh anjing gembala, dan berpikir betapa bodohnya dia, memainkan lagu dengan seruling untuk si kambing kecil pada saat dia seharusnya sudah menerkamnya langsung.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kisah raja kodok

Dahulu kala, di sebuah kolam di tepi hutan. Hiduplah ratusan ekor kodok yang bisa bicara. Mereka sedang memberbicarakan tentang raja mereka yang telah meninggal dunia. Kodok kodok itu berkumpul di tepian kolam untuk memilih raja Kodok yang baru agar ada yang bisa memimpin dan melindungi mereka dari bahaya. Namun diantara mereka tidak ada satupun yang mau untuk dijadikan raja bagi kawanan Kodok tersebut. Alasanya macam-macam, ada yang beralasan karena dia tidak bisa berkelahi sehingga tidak mampu melindungi rakyatnya. Ada pula yang beralasan lebih suka jadi rakyat biasa agar tidak pusing memikirkan rakyat, dll. Tak ayal acara pemilihan Raja itu pun menemui jalan buntu. Lalu kodok Tua maju ke depan dan berkata, "Saudara-saudara sekalian, pemilihan Raja kali ini saya rasa sudah tidak bisa kita lanjutkan. Semua sudah menyatakan tidak bersedia untuk dipilih". Kodok Tua diam beberapa saat lalu melanjutkan bicaranya, "Bagaimana jika kita memintanya langsung kepada Tuhan, siapa tahu akan didatangkan raja yang baik, bijak dalam memerintah dan kuat untuk melindungi kita". Kawanan Kodok serempak menjawab, "Setujuuuu...!!!". Lalu mereka berdoa dengan suara nyaring bersahut-sahutan agar mereka dipilihkan seorang raja oleh Tuhan.

Tiba tiba sebatang batang pohon jatuh dari langit. Batang pohon itu tercebur ke dalam kolam, air terciprat ke semua arah, menghujani ratusan kodok yang masih berkumpul di pinggir kolam. Diatas kayu yang jatuh tadi, tampak seekor Kodok muda belia. "Apakah itu rupa Raja baru kita?". Tanya seekor Kodok yang ada di tepian kolam pada rekannya. "Mungkin iya, tapi apa mungkin Raja kita masih muda seperti itu?" dia balik bertanya. Sehari semalam kodok-kodok itu bersembunyi di bawah daun teratai yang mengapung di tepian kolam, tidak satu pun berani melangkah terlalu dekat dengan raja baru mereka. Seekor kodok yang paling berani di antara mereka lalu keluar dari tempat persembunyiannya. Dia mendekat dengan hati hati dan mengamati sang raja Muda itu. Akhirnya yang lain ikut maju dan berenang hati hati di sekeliling batang pohon yang mengapung itu. "Raja kita kok lucu ya?," ucap seekor kodok meledek. Mereka akhirnya menyadari sang raja tidak bisa menolong atau memerintah mereka. Segera mereka berdoa lagi bersahut sahutan meminta raja yang lain.

Tak berapa lama, seekor burung bangau yang besar hinggap di tepi kolam. Sebuah mahkota emas berkilauan tampak di kepalanya. "Wahai para kodok, saya adalah raja kalian yang baru!" seru sang bangau dengan suara keras. Sebelum para kodok berekasi, sang Bangau berjalan cepat ke dalam kolam dan dengan cepat ia menelan para kodok itu. Para kodok berlompatan ketakutan, mereka berusaha menyelamatkan diri dari serangan si Bangau, tapi kali ini mereka tidak bisa menghindari kecepatan paruh sang bangau. "Oh kenapa, kenapa kita tidak berusaha menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri saja?" ucap seekor kodok bersedih dan menyesali kesalahannya. Sang bangau yang sudah kenyang lalu terbang pergi. Tapi para kodok itu sekarang tak bisa berbicara karena begitu ketakutan. Mulai saat itu yang bisa mereka lakukan hanyalah mengeluarkan suara Kroook ..Kroook...dododok...Krookk.


Pesan Moral Dongeng Kisah Raja Kodok adalah :

Kita jangan terlalu tergantung pada orang lain, jadilah pribadi yang mandiri, yang bisa memimpin dirinya sendiri. Kita juga harus bisa mensyukuri tiap karunia yang diberikan oleh Tuhan


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Petani yang baik hati

Di suatu desa terpencil di tepian belantara, hiduplah seorang petani yang sudah renta. Petani ini hidup seorang diri dan sangat miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu. Musim dingin sudah tiba, Pak Petani tidak punya makanan , juga tidak mempunyai kayu bakar untuk menghangatkan diri, jadi hari ini Pak Petani hendak pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah.

Dengan hati-hati dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah. Pak Petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja. Pak Petani membuat telur itu menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur Burung Nuri, mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih hangat. Pak Petani merawat Burung Nuri kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu membagi setiap makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus meninggalkan Burung Nuri itu sendirian, Pak Petani akan meletakkannya di dalam kardus dan menyalakan perapian agar Burung Nuri tetap hangat.

Hari-hari berlalu, Burung Nuri kecil tumbuh semakin besar. Pak Petani sadar, Burung Nuri ini tidak selamanya akan tinggal bersama dirinya. Dengan berlinang air mata, Pak Petani melepaskan Burung Nuri itu di tengah hutan dan mencari tempat yang selalu terkena matahari agar burung Nuri selalu merasa hangat.

Suatu hari, Pak Petani terbaring sakit karena kedinginan, dia tidak punya uang untuk membeli obat, kayu bakar dan makanan. Toktok..tok., terdengar suara dari pintu rumah Pak Petani. Ternyata Burung Nuri itu kembali, diparuhnya terdapat benih tanaman.

Pak Petani heran Burung Nuri itu masih mengingatnya, dibiarkannya Burung Nuri itu masuk dan memberinya minum. Sambil memandang benih yang dibawa oleh burung Nuri, Pak Petani bertanya-tanya benih apakah ini ? dapatkah aku menanamnya di tengah musim dingin ini ? tanyanya dalam hati. Burung Nuri keluar dari rumah Pak Petani, membuat lubang di halaman rumah Pak Petani lalu menanam benih itu . Ketika hari menjelang senja Burung Nuri itu pergi meninggalkan Pak Petani. Esok harinya, keajaiban terjadi, benih yang ditanam Burung Nuri tumbuh menjadi Pohon lengkap dengan buahnya hanya dalam sehari !!!! Pak Petani sangat terkejut melihatnya.

Karena lapar, Pak Petani memakan buah pohon itu. Ajaib, tubuhnya menjadi kuat dan dia tidak merasa sakit. Karena Keajaibannya, Pak Petani menamakan Pohon itu Pohon Ajaib, karena buahnya dapat membuat Pak Petani menjadi sehat kembali dalam seketika.

Pak Petani merawat pohon itu dengan baik. Meskipun musim dingin, pohon itu terus berbuah dan tidak menjadi kering. Pak Petani menjual buah itu dan mendapatkan banyak uang, dia bisa membeli sepasang kerbau dan bisa menggarap sepetak sawah dari hasil menjual hasil pohon buah Ajaib pemberian Burung Nuri. Sekarang Pak Petani tidak lagi kedinginan dan kelaparan. Meskipun demikian , Pak Petani tetap murah hati, dia ingat bahwa apa yang diterimanya sekarang adalah buah dari ketulusannya menolong sesama makhluk hidup.



Hikmah dan Pesan Moral Dongeng :

Ketika kita melakukan sesuatu dengan tulus ikhlas dan sabar, kita pasti akan mendapat balasan yang indah melalui jalan yang tidak pernah kita sangka-sangka.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Semeut dan kepompong

Pada zaman dahulu kala di sebuah hutan belantara yang sangat lebat, tinggalah sekawanan hewan, mereka hidup dalam damai dan bahagia, diantara mereka ada dari kawanan semut, gajah, harimau, singa, burung, ular dan sebagainya. Pada suatu hari datanglah badai yang sangat dahsyat melanda hutan. Badai itu datang seketika sehingga membuat panik seluruh hewan penghuni hutan itu. Semua hewan berlari ketakutan berusaha menyelamatkan diri dan menghindari badai yang datang tersebut.

Keesokan harinya, matahari muncul dengan sangat hangatnya dan kicauan burung terdengar dengan merdunya, namun apa yang terjadi? banyak pohon di hutan tersebut tumbang berserakan sehingga membuat hutan tersebut menjadi hutan yang berantakan.

Seekor Kepompong sedang menangis dan bersedih akan apa yang telah terjadi di sebuah pohon yang sudah tumbang. “Hu..huu…betapa sedihnya kita, diterjang badai tapi tak ada tempat satupun yang aman untuk berlindung..huhu..” sedih sang Kepompong meratapi keadaan.

Dari dalam lubang tanah, muncul seekor semut yang dengan sombongnya berkata “Hai kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada diatas tanah, lihat tubuhmu, kau hanya menempel di pohon yang tumbang dan tidak bisa berlindung dari badai” kata sang Semut dengan sombongnya.

Si Semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan tersebut, sampai pada suatu hari si Semut berjalan diatas lumpur hidup. Si Semut tidak tahu kalau ia berjalan diatas lumpur hidup yang bisa menelan dan menariknya kedalam lumpur tersebut.

“Tolong…tolong….aku terjebak di lumpur hidup..tolong”, teriak si semut. Lalu terdengar suara dari atas, “Kayaknya kamu lagi sedang kesulitan ya, semut?” si Semut menengok ke atas mencari sumber suara tadi, ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu yang sedang terbang diatas lumpur hidup tadi.

“Siapa kau?” tanya si Semut galau. “Aku adalah kepompong yang waktu itu kau hina” jawab si Kupu-kupu. Semut merasa malu sekali dan meminta bantuan si Kupu-kupu untuk menolong dia dari lumpur yang menghisapnya. “Tolong aku kupu-kupu, aku minta maaf waktu itu aku sangat sombong sekali bisa bertahan dari badai cuma hanya karena aku berlindung dibawah tanah”. Si kupu-kupu akhirnya menolong si Semut dan semutpun selamat serta berjanji ia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di hutan tersebut.


Pesan Moral dan Hikmah Dongeng:

Sebagai sesama makhluk, kita harus menyayangi dan menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan. Intinya semua ciptaan Tuhan harus kita kasihi dan tidak boleh kita menghina makhluk yang lain.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Sikancil dan raja singa

Tersebutlah sebuah desa kecil tempat para binatang yang bernama Alas Roban. Di desa itu dihuni oleh beberapa keluarga binatang. Dan salah satunya adalah keluarga pak Kancil, dia hidup bersama isterinya. Pada waktu itu istri pak kancil tengah hamil tua. Dan pada hari yang di sudah tunggu-tunggu oleh keluarga kecil itu,ahirnya lahirlah seekor bayi laki-laki yang melengkapi kebahagiaan keluarga kecil itu.

"Kita kasih nama siapa bu?".Tanya pak kancil. "Bagaimana kalau kita beri nama Kancil Junior saja pak?".Jawab bu istrinya. "Lho? Apa tidak terlalu aneh?".Kata pak kancil heran. "Hahaha..Kenapa harus heran pak? Nama adalah sebuah do'a.. Dan ku harap dengan memberi anak kita nama Kancil Junior, suatu saat nanti dia bisa menjadi orang besar dan cerdik seperti bapaknya.. "Hehehe..Benar juga kata mu bu. Aku setuju dengan nama itu..Yah,moga-moga saja ketika dia besar nanti dia mewarisi kecerdasan ibunya juga ".Kata pak kancil. "Dan juga kelincahan dan kegesitan bapaknya.. ".Sambung bu istrinya menimpali.

Dan sejak saat itu,di mulailah kehidupan si kancil kecil yang di didik dengan kasih sayang oleh keluarganya. Dia tumbuh menjadi kancil yang cerdas dan lincah,dan di desa kecil itu pun si kancil selalu terlihat menonjol di antara anak-anak binatang lain. Bahkan di sekolah pun si kancil terkenal sebagai anak yang cerdas,bahkan dia selalu mendapat ranking satu. Yah..Walau tak dapat di pungkiri dia juga sedikit nakal dan bandel karena terlalu ceroboh dan mudah penasaran.

Pada suatu hari, si kancil mengajak teman-temanya untuk berjalan-jalan keluar desa. Dia sangat penasaran dengal hal apa saja yang ada di luar desanya. Si kelinci dan si tupai yang selalu menjadi teman setianya mengikutinya dari belakang.

"Cil..Apa kita tak terlalu jauh dari desa?Yuk kita pulang saja yuk..Aku takut..".Kata si kelinci. "iya cil..Kata ibu ku,area di luar desa tidak aman. Daerah ini di kuasai oleh para bandit yang di juluki the Lion". Kata tupai menimpali. "Halah..Kalian gak usah takut,kan ada aku..Emangnya ada apa dengan para Lion itu?".Tanya kancil. "Mereka itu adalah kelompok singa yang suka memakan bangsa lain, kadang mereka juga masuk ke desa kita. Pimpinan mereka sangat menyeramkan,bertubuh besar dan bercakar serta bertaring tajam. Itulah yang membuatnya sangat di takuti dan di segani,karena sangat jarang yang bisa lolos dari pemburu hidup-hidup..".Kata tupai menjelaskan. "Ah..Masa? Kalo cuma lolos dari pemburu saja..Itu urusan kecil..". "Jaga mulut mu bocah..Kau tak tahu di mana kau berada. Ini daerah kekuasaan ku".Tiba-tiba sebuah suara memotong perkataan kancil. Dalam sekejap tempat itu telah di kepung para Singa, mereka menghampiri kancil dan kawan-kawan.

"Sungguh anak kecil yang pemberani tapi ceroboh..Kau berani menghina ku di daerah kekuasaan ku..".Kata pemimpin Singa itu. "Lho..Memang kau ini siapa? Emang hutan ini milik bapak mu?".Jawab kancil santai, sementara kedua temanya menggigil ketakutan di belakangnya. "Lancang sekali kau bocah..!! Lihat baik-baik diri ku.. Dengan tubuh yang besar dan kuat. Nama ku melegenda..Akulah hewan terkuat di wilayah ini, akulah satu-satunya hewan yang mampu lepas dari para pemburu..Akulah pimpinan the Lion". Jawab Singa itu dengan penuh gaya..

"Huuaahmmmm.....Sampai ngantuk aku dengernya..Udah ngocehnya? Terus kalau kamu pimpinan Lion, emangnya kenapa? Terus kalo kamu punya nama the king kong raja kera emang kenapa? Terus kalo kamu pernah bebas dari para pemburu aku harus apa? Harus bilang "Wooww..!!" gitu? Sudahlah paman,paman singa gak usah sok nakut-nakuti aku. Lagian semua kisah tentang paman juga belum ada buktinya..Kalo cuma kabur dari pemburu saja aku juga bisa paman. Jangankan cuma di tangkap,di bawa sampai rumah mereka saja aku juga masih bisa pulang..".Raja Singa sangat terkejut mendengar jawaban kancil itu, bahkan semua singa dan kedua teman kancil ikut melongo di buatnya.

"Hmm..Besar juga mulut mu bocah..Kalau begitu,bagaimana kalau kita bertaruh untuk membuktikan ocehan mu..".Kata raja Singa. "Boleh..Emang taruhan paman apa kalau aku menang? Dan pastinya sih aku bakal menang.. ".Jawab kancil enteng. "hahaha..Aku suka gayamu bocah.. Sangat percaya diri dan bersemangat..Tapi juga sangat ceroboh.. Baiklah..Apapun yang kau minta katakan pada ku..". "Oke..Aku gak minta yang aneh-aneh.. Aku cuma minta kalau aku menang, paman dan para gerombolan paman tidak boleh jadi bandit lagi. Dan tentunya tidak boleh menjarah barang yang bukan haknya, mulailah hidup dengan baik.. Dan yang kedua..Jika aku berhasil lolos, paman dan para gerombolan paman..Harus menceritakan kisah tentang diri ku kesemua penjuru Alas roban ini. Agar semua tahu tentang kisah ku.. Bagaimana paman Singa? Setuju?".Tanya kancil. "Hahaha..Dasar kau bocah yang aneh.. Kau mempertaruhkan nyawa mu hanya untuk hal sebodoh itu? Kau tak berminat jadi raja menggantikan ku?". "Tidak paman..Cuma itu aja.. Lagian aku juga gak minat jadi raja..Kebanyakan mikir,takut botak. Dan lagi takut gendut karena kebanyakan makan, contohnya seperti perut paman..Hehehe".Kata kancil.

"Huahahahaha..Gue suka gaya loe bocah..Baru kali ini aku bertemu bocah bernyali besar seperti mu..Baiklah,aku sanggupi permintaan mu.. Sekarang buktikan semua ocehan mu barusan..Atau kau akan menyesal karena telah berani mempermainkan aku..".Ancam Raja Singa. "Oke..Siapa takut..Sekarang antar aku di mana tempat perangkap para pemburu..".Kata kancil menyanggupi.

"Cil..Kamu yakin mau melakukan ini? Itu sangat berbahaya lho cil, sama saja kamu mengantar nyawa. Lebih baik kita lari saja dan pulang ke desa".Bisik kelinci dan tupai pada kancil. "kalian tenang saja kawan-kawan..Aku pasti baik-baik saja. Aku punya seribu satu rencana,kalian tak usah hawatir. Kalian tunggu saja aku di sini..".Kata kancil menenangkan kedua temanya.

Akhirnya dengan di pandu seekor singa anak buah raja Singa, si kancil berjalan menuju tempat perangkap berada. Perjalanan yang lumayan jauh,karena letak perangkap itu berada di pinggiran hutan. "Nah..Kita sudah sampai, aku hanya bisa mengantarmu sampai sini saja. Itu dia letak perangkapnya..Kamu lihat daun-daun kering itu? Jika kamu menginjaknya..Maka sebuah akan menjerat kaki mu hingga kau akan terperangkap.. Aku akan mengawasi mu dari sini untuk memastikan kamu benar-benar terperangkap oleh tali itu, kemudian aku akan pergi menghadap raja untuk melapor".Kata singa pemandu itu menjelaskan.

"Ok..Cuma hal yang simpel.. Baiklah,kamu tunggu di sini. Aku akan menuju ke arah perangkap itu..Gitu aja kok repot".Kata si kancil sambil berlalu.

Kemudian si kancilpun menuju ke arah perangkap itu dan menginjaknya,hingga kakinya terjerat dan terikat terbalik di atas pohon. Setelah memastikan si kancil benar-benar terjebak dan tak dapat lepas, singa pemandu pun kembali untuk melapor ke rajanya. "hmm..Jadi bocah itu benar-benar melakukanya?". Tanya raja. "Benar paduka..".Jawab singa pemandu. "Benar-benar bocah yang bernyali besar,aku salut dan akan berkabung untuk kematianya sebagai ungkapan rasa penghormatan ku..".Kata raja Singa.

Sementara si kelinci dan Tupai hanya bisa menangisi nasib yang menimpa kancil. Mereka tak mengira si kancil akan mati dengan cara yang mengenaskan. Sementara itu di tempat lain..Si kancil masih tergelantung di atas perangkap. Sudah berkali-kali dia berusaha melepaskan diri, tapi tetap tak berhasil melepaskan kakinya dari jerat tali itu. "Ternyata tali ini benar-benar erat.. Aku tak mampu lepas sendiri.Wah..Bisa-bisa aku benar-benar tertangkap pemburu nih.. Aku harus cepat-cepat cari akal..".Gumam kancil. Ketika si kancil sedang berfikir keras,tiba-tiba tiga ekor elang hinggap di pohon itu. "Kamu sedang apa cil? Kenapa kamu bisa ada di tempat ini?Ini kan sudah terlalu jauh dari desa..".Tanya ketiga merpati itu serentak.

Kancil seperti mengenali suara itu,itu seperti suara teman lamanya. Lalu dia pun melihat ke atas pohon.. "Elang?! Kenapa kamu bisa ada di sini?".Kata kancil senang sekaligus terkejut. "Aku sedang cari makan, lalu aku melihat mu tergelantung. Memangnya ceritanya gimana kok sampai kamu bisa terjebak di perangkap ini?".Tanya si Elang.

Lalu kancil pun menceritakan semua hal yang dia alami kepada elang itu. "Nah..Kamu sudah tahu ceritanya. Sekarang aku membutuhkan bantuanmu sebelum para pemburu datang..".Pinta kancil. "Apa yang bisa saya lakukan untukmu cil?".Tanya Elang. "Kamu buanglah kotoran di tubuhku sebanyak-banyaknya,kalau bisa lumuri seluruh tubuh ku dengan kotoran kamu. Kalian tak usah tanya alasanya apa, yang penting lakukan saja. Dan setelah itu,cepat-cepat kalian pergi sebelum para pemburu datang..".Perintah kancil. Elang pun segera melakukan perintah si kancil,setelah semua selesai dan di rasa cukup..Dia kemudian terbang meninggalkan si kancil.

Tak lama setelah elang pergi, para pemburu datang. Mereka melihat tubuh si kancil yang tergantung terkena perangkap mereka. "Hei lihat apa yang kita tangkap..Seekor kancil..".Kata pemburu 1. "hmm..Tapi sepertinya kancil itu sudah membusuk,mungkin sudah beberapa hari dia terjebak dan mati kelaparan. Kita kan sudah hampir satu minggu tidak melihat perangkap gara-gara kita pergi ke kota menjual hasil panen. Lihat saja..Tubuhnya sudah berbau busuk dan di kerubungi banyak lalat..".Kata pemburu 2.

"Wah..Sepertinya benar kak..Lalu mau kita apakan bangkai ini?".Tanya pemburu 1. "Ya kita turunkan lalu kita buang ke hutan biar di makan harimau, memangnya bangkai busuk mau kita apakan lagi? Setelah itu kita pasang lagi perangkapnya..".Jawab pemburu 2. "Baik kak..".Kata pemburu 1 kemudian melepaskan tali perangkap yang menjerat si kancil. Kemudian tubuh si kancil mereka gotong dan di buang ke hutan kemudian mereka tinggalkan. Setelah memastikan para pemburu sudah pergi,si kancil yang dari tadi pura-pura mati segera bangun. Dia merasa lega karena rencananya benar-benar berhasil. Si kancilpun kemudian membersihkan diri di sungai dan pulang menemui raja kong untuk menagih taruhan mereka.

Kontan saja para Singa dan kedua temanya di buat terkejut dengan kembalinya si kancil,lebih-lebih raja Singa. Dia hampir tak percaya dengan apa yang di lihatnya,bahkan sikancil bisa pulang tanpa ada luka sedikit pun..

"Hai paman Singa.. Sekarang tepati janji mu..Lihat,aku menang taruhan seperti yang ku katakan..Hehehe ".Kata kancil. "Ba..Ba..Bagaimana kau bisa lolos? Sungguh di luar duga'an..Tak masuk akal..".Tanya raja Singa tergagap tak percaya. "hehehe..Sudah..Tak perlu aku jelaskan.Sekarang yang penting aku sudah membuktikan omongan ku dan sekarang paman harus menepati janji paman..". Jawab kancil.

"Hahahaha..Kau memang punya banyak kejutan bocah..Sebagai raja,aku akan menepati janji ku. Aku dan semua rakyat ku tidak akan menjarah lagi..Dan aku akan menyebarkan semua kisah mu keseluruh pelosok hutan, agar mereka mengalmu dan mengetahui akan kehebatanmu. Tapi bocah..Aku belum tahu siapa nama mu..Dan harus ku panggil apa diri mu dalam cerita ku?".Tanya raja Singa. "Sebut saja nama ku..Kancil Junior.. Lalu setelah kejadian itu, kancilpun mengajak kedua temanya kembali ke desa. Sungguh petualangan yang melelahkan.




(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kera licik dan kura kura

Pada suatu sore seekor kera yang rakus serta licik mencari makanan ke sebuah perkebunan, dia melompat dari pohon ke pohon dan sampailah ke sebuah perkebunan pisang, pohon-pohon itu telah berbuah dan sudah banyak buahnya yang ranum matang sang kera dengan senangnya duduk di dahan pohon buah manggis sambil memakan buah pisang yang rasanya manis, ketika sedang asik-asiknya makan, sebuah batu yang ukurannya lumayan besar sebesar kepalan tangan sang kera menghantam kepala sang kera dengan sangat keras hingga sang kera merasa pusing, batu itu berkali-kali melesat kearah dirinya dan untuk menghindari batu itu sang kera melompat kesana kemari dan keluar dari perkebunan pisang itu.

Setelah dia keluar dari perkebunan itu dia melihat seorang petani melesatkan batu itu menggunakan ketapel. Kepalanya masih terasa sakit karena batu tersebut. Sambil melompat lompat terdengar dari kejauhan bahwa jika sang kera memasuki perkebunan pisang lagi bukan sebuah batu yang akan dia lesatkan tapi sebuah anak panah yang akan bersarang di badanmu.

Sang kera merinding mendengar ancaman tersebut dari seorang petani, kini sang kera berpikir di sebuah dahan pohon bagaimana caranya untuk mendapatkan makanan tanpa mendapatkan resiko yang mampu membunuhnya, dia berpikir dengan keras hingga timbulah sebuah ide dari sang kera. Sang kera langsung menuju tepian sungai, dia menyusuri sungai itu dengan perlahan sambil memanggil temannya yakni seekor kura-kura.

Tidak lama kemudian sang kura-kura keluar dari sungai lalu menghampiri sang kera “ada apa kau memanggilku ke tepian.” kata sang kura-kura “aku sangat butuh bantuanmu kura-kura yang bijaksana.” kata sang kera “bantuan seperti apa wahai kera?” Tanya sang kura-kura “aku ingin menanam sebuah pohon pepaya bersamamu dan setelah pohon itu dipenuhi buahnya yang matang kita akan memakannya bersama-sama.” jawab sang kera sangat meyakinkan.

Sang kura-kura setuju dengan usulan sang kera untuk menanam sebuah pohon pepaya lalu merekapun menanam pohon pepaya itu di sebuah tempat terbuka yang tidak jauh tempatnya dari sungai, setelah menanam beberapa pohon pepaya sang kura-kura kembali ke sungai dan sang kera kembali memanjat pohon. Setelah beberapa bulan kemudian sang kura-kura keluar dari sungai dan mencari sang kera, mereka berdua bertemu di tempat mereka menanam pohon pepaya beberapa pohon pepaya telah berbuah dan buahnya sudah matang tanpa banyak basa-basi sang kera memanjat pohon pepaya itu lau memakannya di atas pohon, sang kura-kura berkata “aku menagih janji kita.” namun sang kera menjawabnya “jika kau bisa memanjat panjatlah dan jangan menyuruhku untuk memberimu makanan”. Sang kura-kura kecewa dengan sikap sang kera kepadanya. Sang kura-kura pergi meninggalkan sang kera dan kembali menyelam ke dalam sungai.

Di atas pohon sang kera memakan pepaya itu dengan rakusnya hingga tubuhnya kembung kekenyangan karena terlalu banyak memakan pepaya hingga akhirnya dia jatuh karena tidak mampu menahan badannya yang berat.


Pesan moral dari Cerita Fabel Kera Licik dan Seekor Kura - Kura:

Kera Licik dan Seekor Kura - kura adalah sifat licik dan serakah merupakan sifat yang buruk. Kelak dikemudian hari kedua sifat ini akan mencelakakan manusia yang memiliki sifat-sifat serakah dan tamak seperti monyet.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Gajah yang baik hati

Suatu hari ada seekor Gajah. Tubuhnya tinggi, besar dan gemuk. Belalainya sangat panjang dan kuat. Sepasang gading yang besar dan kokoh. Gajah itu sangat baik hati. Ia selalu memberikan makanan kepada binatang-binatang yang kelaparan. Dan ia pun selalu memberikan pertolongan kepada mereka yang kesusahan. Baik binatang yang besar maupun binatang kecil seperti tikus dan semut.

Pada suatu hari. Gajah mengadakan perjalanan jauh, ia berkeliling hutan dan bertemu dengan Harimau yang sedang kesakitan. Karena terkena pohon yang yang jatuh. ‘’Aduhhhh.... Gajah… gajah…., tolong aku!’’ kata Harimau menahan rasa sakit. Mendengar teriakan Harimau. Gajah itu langsung mengangkat pohon yang menghimpit tubuh Harimau dengan belalainya. ‘’Terima kasih kawan!’’ ucap Harimau ‘’Seandainya kamu tidak segera datang menolongku, mungkin aku sudah mati karena tertindih pohon yang sangat besar. Sekali lagi terima kasih Gajah.’’ ‘’Kamu harus bersyukur karna masih bisa selamat dan hanya mengalami luka ringan.’’ Kata Gajah. ‘’Ya kamu benar Gajah. Rasanya tidak mungki ada binatang lain yang sanggup menolongku untuk mengangkat pohon sebesar itu. Selain kau.’’ ‘’Sudahlah kita hidup harus saling tolong menolong.’’

Meskipun Gajah memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh binatang lain tetapi Gajah tetap rendah hati. Tidak menyombongkan diri. Gajah pun pergi meneruskan perjalanannya. Tidak jauh dari tempat Harimau. Gajah bertemu seekor Kancil yang sedang asyik menikmati mentimun di kebun Pak Tani. ‘’Perutku sekarang sudah kenyang. Aku harus segera mencari air untuk minum.’’ Si Kancil segera meninggalkan kebun itu. Ia berjalan kearah sungai untuk minum. Setelah berjalan sampai disungai, ia tidak mendapatkan air sedikitpun. Air sungai kering sehingga tidak ada air yang dapat ia minum untuk membasahi tenggorokannya yang mulai kering.

Kancil berkeliling hutan untuk mencari air minum. Kancil merasa kecewa karena pada saat tiba di pinggir rawa dan tepi danau tidak mendapatkan air sedikitpun. Satu-satunya yang belum ia kunjungi adalah sebuah kolam besar yang berada di tengah hutan.’’Sekarang aku harus segera pergi ke kolam yang besar itu. Mungkin saja disana masih banyak air yang bisa ku minum. Mungkin disana aku mendapatkan air minum yang segar!’’katanya dalam hati. Setelah beberapa saat si Kancil berjalan melewati pohon-pohon jati. Sampailah di kolam itu. ‘’Ternyata benar dugaanku. Masih ada air di kolam ini’’ gumam si Kancil.

Sebenarnya kolam itu sangat kecil dan cukup dalam ketika musim hujan. Tetapi karena musim kemarau air kolam tersebut tinggal separo sehingga terlihat seperti kolam yang besar. Tanpa berpikir panjang si Kancil langsung terjun kedalam kolam. Ia merasa sangat gembira karena mendapatkan air minum. Ia minum dengan sepuas-puasnya. Tenggorokkanya sudah basah dan tenaganya sudah pulih kembali. Badanya kini menjadi segar.

Tindakkan Kancil masuk kedalam itu merupakan tindakan yang sangat ceroboh. Ia tidak berpikir bagaimana caranya ia naik ke atas bila sudah berada di dalam kolam tersebut. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak bisa sampai ke atas. ‘’Tolong.’’ Toloooonggggg..!’’ Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh sang Gajah yang kebetulan sedang berjalan melewati tempat itu. ‘’Hai, siapa yang ada di kolam itu?’’ “Aku… tolong aku..! jawab si Kancil. “Siapa kau?’’ Tanya Gajah. ‘’Aku.. si Kancil sahabatmu.’’ ‘’Kenapa kamu bisa di dalam kolam ini? Dan berteriak meminta tolong.’’

Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya. ‘’Tolong aku mengangkat ikan ini.’’ “Yang benar kau mendapat ikan?’’ ‘’Bener..benar ! aku mendapatkan ikan yang sangat besar.’’ ‘’Tapi bagaimana caranya aku turun kebawah.’’ ‘’Sebaiknya kamu langsung turun saja kebawah. Sebab jika tidak cepat-cepat ikan ini bisa lepas.!’’

Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah tetapi bagaimana jika naiknya nanti. ‘’Cil. Mana ikan yang kau dapatkan ?’’ ‘’Ada di sepasang kakiku.’’ Kata Kancil. ‘’Kalau aku menolongmu. Lalu bagaimana caranya aku naik dari kolam ini.?’’

Kini Kancil terdiam. Ia tidak menyangka gajah dapat berpikir sejauh itu. Tidak seperti dirinya, karena kehausan langsung terjun kedalam kolam. Tanpa berpikir akibatbya. ‘’Kau mau memanfaatkanku ya Cil?’’ kau akan menipuku untuk kepentingan dan keselamatanmu sendiri?’’ Tanya Gajah. Kancil hanya terdiam. ‘’Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran.’’ kata Gajah sambil meninggalkan tempat itu. ‘’Waduh.. Pak Gajah. Aku mohon tolonggggg….!’’

Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus asa. Semakin lama berada di tempat itu Kancil mulai merasa kedinginan. ‘’Toolongg.. tolongggg.’’ Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya. ‘’Aduh gawat! Aku benar-benar akan mati kaku di tempat ini.’’ Kancil mulai membayangkan akhir hidupnya ditempat ini. Lalu Kancil berteriak dengan keras.’’ Wahai langit dan bumi! Dan seluruh binatang yang berasa di hutan. Aku bersumpah tidak akan menipu untuk kepentinganku dan keselamatanku sendiri, kecuali……! Ketika Kancil mengucapkan kata kecuali, Kancil sengaja mengecilkan suaranya sehingga hampir tidak terdengar lagi. Tak di sangka ternyata Gajah tiba-tiba muncul di tepi kolam. Ternyata Gajah tidak benar-benar meninggalkan Kancil sendirian dan sengaja menyembunyikan dirinya. Ia penasaran mendengar ucapan kancil yang terakhir. “Kecuali apa?’’ tanya Gajah penasaran. Kancil terkejut mendengar suara Gajah. ‘’Pak Gajah? Kau kembali lagi?’’ ‘’Jawab pertanyaanku Cil. Kecuali apa?’’ ‘’Hmm. Kecuali terpaksa untuk menyelamatkan diri. Karena aku hewan kecil yang serimg terancam oleh Harimau, Singa, Srigala, dan binatang lainnya yang jahat.’’ ‘’Oh begitu..?’’ sahut Pak Gajah. ‘’Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan perbuatan yang merugikan binatang lain?’’ ‘’Benar Pak Gajah.’’ ‘’Betul?’’ Betul Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.’’ ‘’Baiklah sekarang aku akan menolonhmu Cil.’’ Kata Gajah.

Gajah menjulurkan belalainya yang sangat panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas. Begitu sampai di atas Kancil berkata. ‘’Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini.’’

Sejak itu Kancil menjadi binatang yang baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti dulu yang pernah ia lakukan pada beruang dan binatang-binatang yang lainya


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ikan mas ajaib

Pada zaman dahulu kala, di sebuah pulau tinggalah sepasang kakek dan nenek yang sangat miskin. Pekerjaan si Kakek adalah mencari ikan di laut. Meski hampir setiap hari kakek pergi menjala ikan, namun hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Suatu hari ketika si Kakek sedang menjala ikan, tiba-tiba jalanya terasa sangat berat. Seperti ada ikan raksasa yang terperangkap di dalamnya. “Ah, pasti ikan yang sangat besar,” pikir si Kakek. Dengan sekuat tenaga si Kakek menarik jalanya. Namun ternyata tidak ada apapun kecuali seekor ikan kecil yang tersangkut di jalanya. Rupanya ikan kecil itu bukan ikan biasa, badannya berkilau seperti emas dan bisa berbicara seperti layaknya manusia. “Kakek, tolong lepaskan aku. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!” kata si Ikan Emas.

Si kakek berpikir sejenak, lalu katanya, “Aku tidak memerlukan apapun darimu, tapi aku akan melepaskanmu. Pergilah!” Kakek melepaskan ikan emas itu kembali ke laut, lalu dia pun kembali pulang. Sesampainya di rumah, Nenek menanyakan hasil tangkapan Kakek. “Hari ini aku hanya mendapatkan satu ekor ikan emas, dan itu pun sudah aku lepas kembali,” kata Kakek, “aku yakin kalau itu adalah ikan ajaib, karena dia bisa berbicara. Katanya dia akan memberiku imbalan jika aku mau melepaskannya.” “Lalu apa yang kau minta,” tanya Nenek. “Tidak ada,” kata Kakek. “Oh, alangkah bodohnya!” seru Nenek. “Setidaknya kau bisa meminta roti untuk kita makan. Pergilah dan minta padanya!”

Maka dengan segan kakek kembali ke tepi pantai dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!” Tiba-tiba si Ikan Emas muncul di permukaan laut. “Apa yang kau inginkan, kek?” katanya. “Istriku marah padaku, berikan aku roti untuk makan malam, maka dia akan memaafkanku!” pinta si Kakek. “Pulanglah! Aku telah mengirimkan roti yang banyak ke rumahmu,” kata si Ikan. Maka pulanglah si kakek. Setibanya di rumah, didapatinya meja makan telah penuh dengan roti. Tapi istrinya masih tampak marah padanya, katanya: “Kita telah punya banyak roti, tapi wastafel kita rusak, aku tidak bisa mencuci piring. Pergilah kembali ke laut, dan mintalah ikan ajaib memberikan kita wastafel yang baru!” kata Nenek. Terpaksa si Kakek kembali ke tepi laut dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari…. Kabulkan keinginan kami! “Ups!” Ikan Emas muncul, “Apa lagi yang kau inginkan, Kek?” “Nenek menyuruhku memintamu agar memberikan kami wastafel yang baru,” pinta Kakek. “Baiklah,” kata Ikan. “Kau boleh memiliki wastafel baru juga.”, Si Kakek pun kembali pulang. Belum lagi menginjak halaman, si Nenek sudah menghadangnya. “Pergilah lagi! Mintalah pada si Ikan Emas untuk membuatkan kita sebuah rumah baru. Kita tidak bisa tinggal di sini terus, rumah ini sudah hampir roboh.”

Maka si Kakek pun kembali ke tepi laut dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!” Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si Kakek, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?” “Buatkanlah kami rumah baru!” pinta Kakek, “istriku sangat marah, dia tidak ingin tinggal di rumah kami yang lama karena rumah itu sudah hampir roboh.” “Tenanglah, Kek! Pulanglah! Keinginanmu sudah kukabulkan.”

Kakek pun pulang. Sesampainya di rumah, dilihatnya bahwa rumahnya telah menjadi baru. Rumah yang indah dan terbuat dari kayu yang kuat. Dan di depan pintu rumah itu, Nenek sedang menunggunya dengan wajah yang tampak jauh lebih marah dari sebelumnya. “Dasar Kakek bodoh! Jangan kira aku akan merasa puas hanya dengan membuatkanku rumah baru ini. Pergilah kembali, dan mintalah pada Ikan Emas itu bahwa aku tidak mau menjadi istri nelayan. Aku ingin menjadi nyonya bangsawan. Sehingga orang lain akan menuruti keinginanku dan menghormatiku!” Untuk kesekian kalinya, si Kakek kembali ke tepi laut dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!”

Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?” “Istriku tidak bisa membuatku tenang. Dia bahkan semakin marah. Katanya dia sudah lelah menjadi istri nelayan dan ingin menjadi nyonya bangsawan,” pinta Kakek. “Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata Ikan Emas.

Alangkah terkejutnya si Kakek ketika kembali ternyata kini rumahnya telah berubah menjadi sebuah rumah yang megah. Terbuat dari batu yang kuat, tiga lantai tingginya, dengan banyak sekali pelayan di dalamnya. Si Kakek melihat istrinya sedang duduk di sebuah kursi tinggi sibuk memberi perintah kepada para pelayan. “Halo istriku,” sapa si Kakek. “Betapa tidak sopannya,” kata si Nenek. “Berani sekali kau mengaku sebagai suamiku. Pelayan! Bawa dia ke gudang dan beri dia 40 cambukan!”

Segera saja beberapa pelayan menyeret si Kakek ke gudang dan mencambuknya sampai si Kakek hampir tidak bisa berdiri. Hari berikutnya istrinya memerintahkan Kakek untuk bekerja sebagai tukang kebun. Tugasnya adalah menyapu halaman dan merawat kebun. “Dasar perempuan jahat!” pikir si kakek. “Aku sudah memberikan dia keberuntungan tapi dia bahkan tidak mau mengakuiku sebagai suaminya.”

Lama kelamaan si Nenek bosan menjadi nyonya bangsawan, maka dia kembali memanggil si Kakek: “Hai lelaki tua, pergilah kembali kepada ikan emasmu dan katakan ini padanya: aku tidak mau lagi menjadi nyonya bangsawan, aku mau menjadi ratu.” Maka kembalilah si kakek ke tepi laut dan berseru: “Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!” Dalam sekejap Ikan Emas itu muncul di hadapan si Kakek, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?” “Istriku semakin keterlaluan. Dia tidak ingin lagi menjadi nyonya bangsawan, tapi ingin menjadi ratu.” “Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata ikan emas.

Sesampainya kakek di tempat dulu rumahnya berdiri, kini tampak olehnya sebuah istana beratap emas dengan para penjaga berlalu lalang. Istrinya yang kini berpakainan layaknya seorang ratu berdiri di balkon dikelilingi para jenderal dan gubernur. Dan begitu dia mengangkat tangannya, drum akan berbunyi diiringi musik dan para tentara akan bersorak-sorai.

Setelah sekian lama, si nenek kembali bosan menjadi seorang ratu. Maka dia memerintahkan para jenderal untuk menemukan si Kakek dan membawanya ke hadapannya. Seluruh istana sibuk mencari si Kakek. Akhirnya mereka menemukan Kakek di kebun dan membawanya menghadap ratu. “Dengar lelaki tua! Kau harus pergi menemui ikan emasmu! Katakan padanya bahwa aku tidak mau lagi menjadi ratu. Aku mau menjadi dewi laut sehingga semua laut dan ikan-ikan di seluruh dunia menuruti perintahku.” Kakek terkejut mendengar permintaan istrinya, dia mencoba menolaknya. Tapi apa daya nyawanya adalah taruhannya, maka dia terpaksa kembali ke tepi laut dan berseru: Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!

Kali ini si Ikan Emas tidak muncul di hadapannya. Kakek mencoba memanggil lagi, namun si ikan emas tetap tidak mau muncul di hadapannya. Dia mencoba memanggil untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba laut mulai bergolak dan bergemuruh. Dan ketika mulai mereda muncullah si Ikan Emas, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?” “Istriku benar-benar telah menjadi gila,” kata Kakek. “Dia tidak mau lagi menjadi ratu tapi ingin menjadi dewi laut yang bisa mengatur lautan dan memerintah semua ikan.” Si Ikan Emas terdiam dan tanpa mengatakan apapun dia kembali menghilang ke dalam laut.

Si Kakek pun terpaksa kembali pulang. Dia hampir tidak percaya pada penglihatannya ketika menyadari bahwa istana yang megah dan semua isinya telah hilang. Kini di tempat itu, berdiri sebuah gubuk reyot yang dulu ditinggalinya. Dan di dalamnya duduklah si Nenek dengan pakaiannya yang compang-camping. Mereka kembali hidup seperti dulu. Kakek kembali melaut. Namun seberapa kerasnya pun dia bekerja. hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Selesai.




(SELESAI)



(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ayam dan monyet

Pada suatu zaman di tengah hutan belantara, hiduplah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor monyet. Si Yayam dan si Momon namanya. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si Momon yang suka semena-mena dengan binatang lain. Hingga, pada suatu petang si Momon mengajak Yayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang, si Momon mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Yamyam dan mulai mencabuti bulunya. Yayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. “Lepaskan aku, mengapa kau ingin memakan sahabatmu?” teriak si Yamyam. Akhirnya Yayam, dapat meloloskan diri.

Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. si Kepiting merupakan teman Yayam dari dulu dan selalu baik padanya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang rumah si Kepiting. Di sana ia disambut dengan gembira. Lalu Yayam menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Momon.

Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Momon. Ia berkata, “Mari kita beri pelajaran si Momon yang tidak tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Momon. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Momon untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.

Kemudian si Yayam mengundang si Momon untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Momon segera menyetujui ajakan itu karena ia berpikir akan mendapatkan banyak makanan dan buah-buahan di pulau seberang. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai di tengah laut, Yayam dan kepiting berpantun. Si Yayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”

Setiap kali berkata begitu maka si Yayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut, sedangkan Si Yayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Momon yang berteriak minta tolong karena tidak bisa berenang. Akhirnya ia pun tenggelam bersama perahu tersebut.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Semut dan belalang malas

Di sebuah hutan, tinggalah sekelompok semut Rang Rang. Mereka bekerja keras siang dan malam dengan rajin dan tanpa kenal lelah. Saling menolong dan bergantian satu sama lain, itu semua mereka lakukan demi kesejahteraan kelompok mereka. Di tepi hutan itu juga tingal berbagai serangga lainya. Mereka juga bekerja dengan giat sebagai mana pekerjaan masing-masing.

Ada si Kemangga seekor laba-laba yang berprofesi sebagai penenun yang handal. Dia menenun berbagai kain sutera yang indah dengan jaringnya untuk di jual dan dapat di gunakan sebagai mantel oleh para serangga lain. Lalu ada si Lipan si kaki seribu, dia bekerja mengantar para serangga ke tempat tujuan mereka dengan cepat. Dan masih banyak lagi serangga-serangga lain dengan pekerjaan yang beragam. Tapi ada satu serangga yang sangat malas. Dia adalah Cengcorang si belalang sembah. Dia memiliki keinginan dan cita-cita yang tinggi. Tapi dia hanya suka berhayal dan bermimpi tanpa mau bekerja keras dan berusaha. Dia sangat yakin akan kemampuanya, dan yakin akan berhasil. Sehingga pekerjaanya sehari-hari hanya berhayal dan mencoba menulis lirik-lirik lagu dan bernyanyi dengan biolanya. Tentu saja karena dia bercita-cita menjadi seekor belalang pemusik yang terkenal. Tapi terkadang, keyakinan yang dia miliki tak di imbangi dengan bakat yang cukup dan tak mau menerima masukan dari orang lain. Dia merasa tak ada yang lebih tau akan musik atau masa depanya, sehingga dia tak pernah mau menerima nasehat dari binatang lain.

Waktupun terus berlalu dan musim terus berganti. Tak terasa musim gugur telah hampir usai dan mendekati musim dingin. Para semut dan binatang lain tengah giat bekerja keras untuk menyiapkan makanan sebagai persiapan di musim dingin. Tak terkecuali para semut. Para semut memang terkenal serangga yang paling rajin. Meski pekerjaan mereka hanya sebagai pengangku barang, mereka sangat giat bekerja dan selalu saling tolong menolong. Sedangkan si belalang masih saja asik dengan biolanya tanpa satu lagupun yang dapat dia ciptakan.

“Hai belalang, apakah kau tidak bekerja untuk persiapan di musim dingin?’. Tanya seekor semut pada suatu hari. “Apa yang kau tahu? Kau itu tak sepintar aku. Aku ini adalah serangga yang memiliki bakat dan di takdirkan sebagai musisi besar. Tak seperti semut seperti mu yang di takdirkan sebagai kuli dan orang kecil. Dasar tak berguna.. hahaha”. Kata belalang dengan sombongnya. “Tapi tanpa persiapan, kau akan kesulitan menghadapi musim dingin. Musim dingin sebentar lagi dating. Jika kau kurang persiapan, kau bisa kelaparan dfan bias mati. Aku hanya mencoba untuk menasehati mu kawan”. Kata semut itu dengan sabar.

“Jangan kau panggil aku dengan sebutan kawan, karena aku tak sudi berkawan dengan kasta rendah seperti mu. Dan calon orang besar seperti ku, juga tak butuh nasehat dari semut seperti mu. Sekarang pergi kau..!! Kau mengganggu konsentrasi ku dalam menciptakan lagu”. Dengan nada kasar si belalang mengusir semut yang baik hati itu. Semut itupun kemudian meninggalkan si belalang dengan hati yang sangat kecewa. Nasehat baiknya sama sekali tak di anggap. Malah di caci dan di hina dengan semena-mena. Hingga semut itupun merasa sakit hati.

Akhirnya musim dingin tiba. Para serangga dan hewan-hewan lain tengah berhenti dari pekerjaanya dan tinggal di rumah mereka dengan nyaman. Dengan perbekalan yang cukup, mereka tak hawatir lagi dalam melalui musim dingin yang cukup panjang. Tapi nasib sebaliknya di alami oleh si belalang. Dia kelaparan dan mengemis makanan dari satu tempat ke tempat lain untuk bertahan hidup. Dia juga tak memiliki tempat tinggal sehingga dia harus tidur di sembarang tempat dan melawan hawa dingin yang menusuk tulang.

Hingga pada suatu hari, sampailah dia di rumah si semut yang dulu dia hina dan dia ejek. “Hai semut sahabat ku, aku kelaparan. Maukah kau berbagi sedikit makanan untuk ku?”. Kata si belalang memelas. “Ma’af, aku tak punya sahabat seorang pengemis seperti mu. Makanan ku hanya cukup untuk keluarga ku sendiri. Memang makanan mu di mana kok sampai kau mengemis?”. Tanya si semut. Sebenarnya dia mengenali belalang itu. Tapin karena rasa sakit hatinya, dia acuh dan pura-pura tak mengenalnya.

“Ma’af sahabat ku.. selama musim dingin dan musim gugur, aku sibuk menulis lagu. Sehingga aku tak sempat mencari bekal makanan”. Jawab si belalang. “Apa kau sudah bias menulis lagu mu?”. Tanya si semut lagi. “Aku sudah menghasilkan sebuah lagu..”. jawab si belalang dengan tersenyum dan sedikit bangga. “Nah, kalau begitu.. waktunya sekarang kamu memainkan lagu ciptaan mu dan menari-nari dengan riang. Semoga saja lagu itu bisa membuat mu kenyang”. Kata si semut sambil menutup pintu rumahnya.

Si belalang hanya dapat berdiri tertegun di depan pintu. Dia menyesal dengan segala perbuatan dan sifat buruknya di masa lalu. Dia sangat menyesal dulu dia sangat angkuh, sombong, dan suka merendahkan orang lain. Kini giliran baginya untuk di rendahkan oleh orang yang dulu pernah dia hina. Tapi dia sadar, penyesalan kemudian tiada berguna. Dan mulai saat itu, si belalang belajar banyak hal. Dan dia berjanji akan berusaha menjadi lebih baik dan memperbaiki sifat-sifat buruknya dan akan giat bekerja daripada banyak berhayal


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

si kancil dan gigi singa

Pada suatu pagi yang cerah, si kancil sedang asik berlari-lari pagi.Udara yang segar dan langit yang cerah sangat menyenangkan untuk di nikmati,jarang bisa melihat langit yang biru dan luas di tengah-tengah hutan yang lebat di desanya. Mentari sudah mulai tinggi bertengger di cakrawala. Tanda bagi si kancil untuk segera pulang ke rumah. Si kancilpun berlari-lari kecil dan masuk ke dalam hutan. Sesekali dia berhenti untuk memakan daun-daun muda yang dia lewati. Tiba-tiba dia di kejutkan oleh suara auman yang sangat keras dan menyeramkan. Hingga seluruh tubuhnya gemetar di buatnya. Dan di lihatnya seekor harimau yang besar dan gagah telah menyeringai di depanya. Perasaan terkejut dan takut meliputi hati si kancil. Dia tahu..Bahwa tubuh dengan corak belang-belang,kuku yang panjang,dan taring yang tajam di depanya adalah king Loreng. Dia adalah raja penguasa seluruh hutan yang terkenal lalim dan kejam,serta suka bertindak semena-mena. Kancil sadar kalau hidupnya dalam bahaya,tapi bukan si kancil kalau sampai dia kehabisan akal. Maka si kancilpun tidak berusaha lari. Dia tetap berjalan santai dengan pura-pura berjalan pincang mengangkat salah satu kaki belakangnya.

"Hai kancil..!! Apa kau tak mengenal aku?".Teriak harimau. "Hamba mengenal anda paduka. Tentunya dengan tubuh gagah, kuku, taring,d an tubuh bercorak khas, tak ada yang tak mengenali paduka..Raja Hutan ini" Jawab kancil merendah. "Berarti kamu tahu nyawa mu dalam bahaya,kenapa kau tak coba lari?".Tanya harimau penasaran. "Secepat dan segesit apapun hamba lari,hamba tahu tak akan bisa mengalahkan kecepatan dan kegesitan paduka. Dan ahirnya hamba pasti tertangkap juga..Apa lagi dengan keadaan kaki hamba yang pincang ini..".Kata kancil.

"Hahahaha..Benar..Benar..Kau tak mungkin bisa mengalahkan kecepatan ku. Tapi..Tak asik kalau kita tak main kejar-kejaran dulu,aku mau kamu lari..Dan nanti aku akan mengejar mu..Kalo cuma begini saja,gak ada tantanganya sama sekali..".Pinta harimau. "Kalau itu memang keinginan paduka,hamba akan turuti. Tapi sebelumnya..Jika boleh hamba minta satu permintaan..".Kata kancil. "Oh..Iya..Iya..Silahkan..Aku tak akan menolak permintaan hewan seperti mu yang sebentar lagi akan mati jadi sarapan ku. Memangnya kamu minta apa..?".Tanya harimau. "Hamba hanya minta tolong..Tolong paduka cabutkan duri yang menancap di kaki belakang hamba,agar hamba bisa berlari dengan normal..".Pinta si kancil. "Hahaha..Cuma itu? Baiklah..Akan ku cabutkan duri dari kaki mu".

Harimau pun kemudian menundukan kepalanya di belakang kancil,untuk melihat duri yang menancap di kaki belakangnya. Tapi ketika harimau itu sudah menunduk sangat rendah,tiba-tiba si kancil menendang dengan sekuat tenaga. Karena kejadian itu,si harimau pun berteriak kesakitan karena satu giginya patah. Dan si kancil tidak menyianyaiakan kesempatan itu. Ketika harimau meraung-raung menahan sakit,secepat kilat kancil berlari dan menghilang di balik semak-semak.

Mulai saat itulah perseteruan antara kancil dan harimau di mulai.. Harimau yang merasa harga dirinya di injak-injak oleh kancil,menyimpan dendam yang terus di tahan. Menunggu waktu yang tepat untuk membalas perbuatan kancil..Dalam kisah dan waktu yang lain




(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Bunga dan kupu kupu

Dahulu kala, ada sebuah hutan yang cukup asri. Di dalam hutan tersebut tumbuh berbagai pohon dengan buah-buah yang manis dan ranum, sehingga banyak binatang yang senang tinggal dan menetap di hutan tersebut.

Pada suatu hari yang cerah, hutan tersebut kedatangan seekor penghuni baru. Dia adalah si ulat bulu. Tapi para hewan dan pohon sangat membencinya, karena dia terkenal sangat rakus dan tak memiliki manfaat apapun. Dia sangat rakus dalam memakan daun-daun, sehingga banyak pohon yang tak mau dia tinggali. Sehingga si ulat harus berpindah dari satu pohon ke pohon lain untuk mencari rumah.

“Wahai pohon mangga, bolehkah aku ikut tinggal di dahan mu?”. Tanya ulat pada pohon mangga. “Kau tak boleh tinggal di sini. Karena makan mu banyak. Jika kau terlalu banyak memakan daun ku, maka aku tak akan bisa lagi berbuah. Carilah pohon lainya..”. kata pohon mangga dengan ketusnya. “Tapi aku janji, suatu saat budi mu pasti akan aku balas. Izinkan aku tinggal di sini, karena aku tak lagi memiliki rumah lain”. Kata si ulat memelas.

“Pokoknya tidak boleh..!! karena para hewan yang ikut tinggal di pohon ku pasti juga tidak setuju. Karena jika buahku berkurang, mereka juga akan kekurangan makanan. Lagi pula apa yang bisa kau lakukan? Mahluk jelek dan lemah seperti mu tak bisa melakukan apa-apa selain makan dan makan saja. Sana pergi cari pohon yang lain”. Kata pohon mangga dengan membentak.

Ahirnya dengan sedih ulat pun pergi mencari pohon lain yang mau dia tinggali. Tapi jawaban tiap pohon yang di temuinya sama, tak ada yang mau menerimanya. Ahirnya.. dia keluar dari hutan menuju ke pinggir hutan. Dia menangis dengan sedih meratapi nasib yang di alaminya. Ternyata tanpa dia sadari, ada pohon bunga yang dari tadi memerhatikan dia.

“Mengapa kau menagis ulat? Katakana masalah mu, mungkin aku bisa membantu mu”. Kata bunga. “Si.. Siapa yang bicara?”. Kata ulat terbata-bata karena kaget. “Aku yang bicara.. lihatlah ke atas!! Aku adalah bunga. Aku adalah ratu dari semua bunga yang ada di padang ini”. Jawab bunga. Lalu si ulat pun menceritakan kisahnya dengan menangis. Mendengar kisah ulat yang sangat sedih, bunga menjadi sangat iba.

“Tak usah kau menangis lagi kawan.. kau bisa tinggal di sini. Kau bisa memilih tinggal di pohon ku, atau pohon bunga manapun yang kau mau. Mereka tak akan menolak, karena mereka adalah rakyat ku”. Kata bunga matahari. Mendengar jawaban dari bunga, ulat menjadi sangat senang. Dia tersenyum dan menghapus air mata di pipinya. “Benarkah itu kawan?”. Tanya ulat tak percaya. “Tentu saja benar, aku tak pernah bohong. Lagi pula tak ada satu hewanpun yang mau tinggal di pohon atau dahan kami, karena kami tak memiliki buah. Jika kau mau tinggal di sini, tentu aku akan merasa senang karena memiliki teman baru”. Jawab bunga.

“Tapi kawan.. kata mereka aku banyak makan. Sehingga mereka tak mau aku tinggal di dahan mereka. Mereka takut kalau daun mereka habis dan tak bisa berbuah. Apa kau tak takut kalau daun mu habis seperti yang mereka katakana?”. Tanya ulat ragu. “Hahaha.. berarti mereka berfikir sempit. Apalah arti sebuah daun? Seorang teman lebih berharga dan susah untuk di cari. Sedangkan daun akan bisa tumbuh lagi dengan sendirinya. Kau tak usah hawatir kawan..”. jawab bunga dengan bijak.

Ulat sangat senang mendengar jawaban yang sangat bijak itu. Dan mulai saat itu, ulat dan bunga menjadi sahabat baik. Tiap hari mereka bercanda dan bercerita tentang banyak hal. Itu adalah hari-hari terindah yang di lalui dua sahabat tersebut. Hingga pada suatu hari.. “Bunga sahabat ku.. ini adalah hari terahir aku bisa bercanda dengan mu.. “. Kata ulat. Mendengar perkataan sahabatnya itu, bunga terkejut. “Memangnya engkau hendak ke mana kawan? Apakah kau mau pergi mennggal kan aku?” Tanya bunga.

“Tidak sahabat ku.. aku tak akan mungkin meninggalkan sahabat sebaik diri mu. Aku hanya mau berpamitan.. mulai besok aku akan berpuasa dan mngurung diri ku untuk tidur panjang. Mungkin sudah saatnya aku mulai membalas budi baik mu”. Jawab ulat. “Berpuasa? Tidur panjang? Membalas budi? Apa yang kau maksud kawan? Aku sama sekali tak mengerti apa maksud ucapan mu..”. kata bunga bingung. “Kau akan mengerti nanti pada saatnya kawan.. untuk sementara, aku akan meminjam dahan mu untuk membangun rumah ku dalam berpuasa.. ku mohon kau mengizinkanya”. Kata ulat. “Apapun yang terbaik untuk mu kawan, aku pasti mendukung mu..”. jawab bunga.

Ahirnya, mulailah si ulat membuat rumahnya dan berpuasa. Dia membungkus diri dalam balutan benang-benang yang membentuk sebuah kantung, dan biasa kita kenal dengan kepompong. Berhari-hari sudah bunga merawat dan menunggu teman baiknya itu bangun. Dia melindunginya dari panas, angin, dan juga hujan. Dan ahirnya tibalah waktunya untuk si ulat bangaun dari tidur panjangnya.

Tapi betapa terkejutnya bunga, karena dia melihat bukan lagi ulat sahabatnya yang keluar dari kantong itu. Melainkan seekor mahluk indah bersayap yang sangat indah dan cantik. “Siapa kau? Di mana ulat sahabat ku?”. Tanya bunga kebingungan. “Akulah ulat sahabat mu kawan. Kau tak usah heran. Setelah aku berpuasa dan tidur dalam kantong ini, aku akan berubah menjadi seekor kupu-kupu. Akau makan banyak ketika menjadi ulat, adalah sebagai bekal puasa ku untuk menjadi kupu-kupu. Tapi mereka tak tahu itu. Dan kini saatnya aku membalas budi mu dengan membantu penyerbukanmu dan semua rakyat bunga mu”. Jawab Kupu-kupu yang ternyata ulat itu.

Mendengar penjelasan dari ulat yang kini menjadi kupu-kupu, bunga menjadi sangat gembira. Ternyata sahabatnya itu memiliki kemampuan yang aneh dan luar biasa. Sebuah kemampuan yang tak di miliki oleh hewan lainya. Dan mulai saat itu, persahabatan mereka menjadi semakin akrab. Dan persahabatan tersebut berlanjut hingga anak cucu mereka. Kupu-kupu dan bunga selalu menjadi teman sejati sampai sekarang.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil dan raja kera

Tersebutlah sebuah desa kecil tempat para binatang yang bernama Alas Roban. Di desa itu di huni oleh beberapa keluarga binatang. Dan salah satunya adalah Kancil. Pada suatu hari, si kancil mengajak teman-temanya untuk berjalan-jalan keluar desa. Dia sangat penasaran dengal hal apa saja yang ada di luar desanya. Si kelinci yang selalu menjadi teman setianya mengikutinya dari belakang.

"Cil..Apa kita tak terlalu jauh dari desa?Yuk kita pulang saja yuk..Aku takut..".Kata si kelinci. "iya cil..Kata ibu ku, area di luar desa tidak aman. Daerah ini di kuasai oleh para bandit kera". "Halah..Kamu gak usah takut, kan ada aku.. Emangnya ada apa dengan para kera itu?".Tanya kancil. "Mereka itu adalah kelompok kera jahat, kadang mereka juga masuk ke desa kita. Pimpinan mereka sangat menyeramkan,bertubuh besar dan kuat. Itulah yang membuatnya sangat di takuti dan di segani, karena sangat jarang yang bisa lolos dari pemburu hidup-hidup..".Kata kelinci menjelaskan. "Ah..Masa? Kalo cuma lolos dari pemburu saja..Itu urusan kecil..". "Jaga mulut mu bocah..Kau tak tahu di mana kau berada. Ini daerah kekuasaan ku".Tiba-tiba sebuah suara memotong perkataan kancil. Dalam sekejap tempat itu telah di kepung para kera, mereka menghampiri kancil dan kelinci.

"Kau berani menghina ku di daerah kekuasaan ku..".Kata pemimpin kera itu. "Lho..Memang kau ini siapa? Emang hutan ini milikmu?".Jawab kancil, sementara kelinci menggigil ketakutan di belakangnya. "Lancang sekali kau!! Lihat baik-baik diri ku.. Dengan tubuh yang besar dan kuat. Akulah hewan terkuat di wilayah ini, akulah satu-satunya hewan yang mampu lepas dari para pemburu..Akulah pimpinan para kera disini". Jawab kera itu dengan sombongnya.

"Terus kalau kamu pimpinan para kera, emangnya kenapa? Terus kalo kamu pernah bebas dari para pemburu aku harus apa? Sudahlah gak usah sok nakut-nakuti aku. Lagian semua kisah tentang paman juga belum ada buktinya.. Kalo cuma kabur dari pemburu saja aku juga bisa paman. Jangankan cuma di tangkap, di bawa sampai rumah mereka saja aku juga masih bisa pulang..".Raja kera sangat terkejut mendengar jawaban kancil itu, bahkan semua kera dan si kelinci teman kancil ikut melongo di buatnya.

"Besar juga mulutmu !!!. Kalau begitu,bagaimana kalau kita bertaruh untuk membuktikan ocehan mu..".Kata raja Kera. "Boleh..Emang taruhan paman apa kalau aku menang? Dan pastinya sih aku bakal menang.. ".Jawab kancil enteng. "hahaha..Aku suka gayamu bocah.. Sangat percaya diri dan bersemangat..Tapi juga sangat ceroboh.. Baiklah..Apapun yang kau minta katakan pada ku..". "Oke..Aku gak minta yang aneh-aneh.. Aku cuma minta kalau aku menang, paman dan para gerombolan paman tidak boleh semena-mena lagi. Dan tentunya tidak boleh menjarah barang yang bukan haknya, mulailah hidup dengan baik.. Dan yang kedua..Jika aku berhasil lolos, paman dan para gerombolan paman..Harus menceritakan kisah tentang diri ku kesemua penjuru Alas roban ini. Agar semua tahu tentang kisah ku.. Bagaimana, Setuju?". Tanya kancil. "Hahaha..Dasar kau bocah yang aneh.. Kau mempertaruhkan nyawa mu hanya untuk hal sebodoh itu? Kau tak berminat jadi raja menggantikan ku?". "Tidak paman..Cuma itu aja.. Kata kancil singkat.

"Huahahahaha..Baru kali ini aku bertemu bocah yang bernyali besar seperti mu.. Baiklah,aku sanggupi permintaan mu.. Sekarang buktikan semua ocehan mu barusan..Atau kau akan menyesal karena telah berani mempermainkan aku..".Ancam Raja kera. "Oke..Siapa takut..Sekarang antar aku di mana tempat perangkap para pemburu..".Kata kancil menyanggupi.

"Cil..Kamu yakin mau melakukan ini? Itu sangat berbahaya lho cil, sama saja kamu mengantar nyawa. Lebih baik kita lari saja dan pulang ke desa".Bisik kelinci pada kancil. "kamu tenang saja kawan..Aku pasti baik-baik saja. Aku punya seribu satu rencana,jadi tak usah hawatir. Kamu tunggu saja aku di sini..".Kata kancil menenangkan temanya.

Akhirnya dengan di pandu seekor kera beruk anak buah raja kera, si kancil berjalan menuju tempat perangkap berada. Perjalanan yang lumayan jauh,karena letak perangkap itu berada di pinggiran hutan. "Nah..Kita sudah sampai, aku hanya bisa mengantarmu sampai sini saja. Itu dia letak perangkapnya..Kamu lihat daun-daun kering itu? Jika kamu menginjaknya..Maka sebuah akan menjerat kaki mu hingga kau akan terperangkap.. Aku akan mengawasi mu dari sini untuk memastikan kamu benar-benar terperangkap oleh tali itu, kemudian aku akan pergi menghadap raja untuk melapor".Kata kera beruk itu menjelaskan.

"Baiklah, kamu tunggu di sini. Aku akan menuju ke arah perangkap itu.".Kata si kancil sambil berlalu. Kemudian si kancilpun menuju ke arah perangkap itu dan menginjaknya,hingga kakinya terjerat dan terikat terbalik di atas pohon. Setelah memastikan si kancil benar-benar terjebak dan tak dapat lepas, kera beruk pun kembali untuk melapor ke rajanya. "hahahah....Jadi bocah itu benar-benar melakukanya?". Tanya raja. "Benar paduka..".Jawab kera beruk. "Benar-benar bocah yang bernyali besar,aku salut dan akan berkabung untuk kematianya sebagai ungkapan rasa penghormatan ku..".Kata raja kera.

Sementara si kelinci hanya bisa menangisi nasib yang menimpa kancil. Dia tak mengira si kancil akan mati dengan cara yang mengenaskan. Sementara itu di tempat lain..Si kancil masih tergelantung di atas perangkap. Sudah berkali-kali dia berusaha melepaskan diri, tapi tetap tak berhasil melepaskan kakinya dari jerat tali itu. "Ternyata tali ini benar-benar erat.. Aku tak mampu lepas sendiri.Wah..Bisa-bisa aku benar-benar tertangkap pemburu nih.. Aku harus cepat-cepat cari akal..".Gumam kancil. Ketika si kancil sedang berfikir keras,tiba-tiba seekor elang hinggap di pohon itu. "Kamu sedang apa cil? Kenapa kamu bisa ada di tempat ini?Ini kan sudah terlalu jauh dari desa..".Tanya ketiga merpati itu serentak.

Kancil seperti mengenali suara itu,itu seperti suara teman lamanya. Lalu dia pun melihat ke atas pohon.. "Elang?! Kenapa kamu bisa ada di sini?".Kata kancil senang sekaligus terkejut. "Aku sedang cari makan, lalu aku melihat mu tergelantung. Memangnya ceritanya gimana kok sampai kamu bisa terjebak di perangkap ini?".Tanya si Elang.

Lalu kancil pun menceritakan semua hal yang dia alami kepada elang itu. "Nah..Kamu sudah tahu ceritanya. Sekarang aku membutuhkan bantuanmu sebelum para pemburu datang..".Pinta kancil. "Apa yang bisa saya lakukan untukmu cil?".Tanya Elang. "Kamu buanglah kotoran di tubuhku sebanyak-banyaknya,kalau bisa lumuri seluruh tubuh ku dengan kotoran kamu. Kalian tak usah tanya alasanya apa, yang penting lakukan saja. Dan setelah itu,cepat-cepat kalian pergi sebelum para pemburu datang..".Perintah kancil. Elang pun segera melakukan perintah si kancil,setelah semua selesai dan di rasa cukup..Dia kemudian terbang meninggalkan si kancil.

Tak lama setelah elang pergi, para pemburu datang. Mereka melihat tubuh si kancil yang tergantung terkena perangkap mereka. "Hei lihat apa yang kita tangkap..Seekor kancil..".Kata pemburu 1. "hmm..Tapi sepertinya kancil itu sudah membusuk,mungkin sudah beberapa hari dia terjebak dan mati kelaparan. Kita kan sudah hampir satu minggu tidak melihat perangkap gara-gara kita pergi ke kota menjual hasil panen. Lihat saja..Tubuhnya sudah berbau busuk dan di kerubungi banyak lalat..".Kata pemburu 2.

"Wah..Sepertinya benar pak..Lalu mau kita apakan bangkai ini?".Tanya pemburu 1. "Ya kita turunkan lalu kita buang ke hutan biar di makan harimau, memangnya bangkai busuk mau kita apakan lagi? Setelah itu kita pasang lagi perangkapnya..".Jawab pemburu 2. "Baik pak..".Kata pemburu 1 kemudian melepaskan tali perangkap yang menjerat si kancil. Kemudian tubuh si kancil mereka gotong dan di buang ke hutan kemudian mereka tinggalkan. Setelah memastikan para pemburu sudah pergi,si kancil yang dari tadi pura-pura mati segera bangun. Dia merasa lega karena rencananya benar-benar berhasil. Si kancilpun kemudian membersihkan diri di sungai dan pulang menemui raja kong untuk menagih taruhan mereka.

Kontan saja para kera dan kancil temanya di buat terkejut dengan kembalinya si kancil, lebih-lebih raja Kera. Dia hampir tak percaya dengan apa yang di lihatnya,bahkan sikancil bisa pulang tanpa ada luka sedikit pun.. "Hai paman.. Sekarang tepati janji mu..Lihat,aku menang taruhan seperti yang ku katakan..Hehehe ".Kata kancil. "Ba..Ba..Bagaimana kau bisa lolos? Sungguh di luar duga'an..Tak masuk akal..".Tanya raja Kera tergagap tak percaya. "hehehe..Sudah..Tak perlu aku jelaskan. Sekarang yang penting aku sudah membuktikan omongan ku dan sekarang paman harus menepati janji paman..". Jawab kancil.

"Hahahaha..Kau memang punya banyak kejutan bocah..Sebagai raja, aku akan menepati janji ku. Aku dan semua rakyat ku tidak akan menjarah lagi..Dan aku akan menyebarkan semua kisah mu keseluruh pelosok hutan, agar mereka mengenalmu dan mengetahui akan kehebatanmu. Tapi bocah..Aku belum tahu siapa nama mu..Dan harus ku panggil apa diri mu dalam cerita ku?".Tanya raja kera. "Sebut saja nama ku..Kancil.. Lalu setelah kejadian itu, kancilpun mengajak kedua temanya kembali ke desa. Dan si kelinci pun menceritakan pengalamannya bersama kancil kepada seluruh warga hutan dan para kawanan kera pun menceritakan kehebatan kancil ke semua hewan yang ditemuinya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kancil, gajah dan tikus

Suatu hari, si Koko Kancil berniat bertandang ke kediaman si Mose tikus sahabat lamanya. Pagi-pagi sekali si Koko Kancil sudah mulai berangkat dari kediamannya, agar dia tak terlalu siang tiba di rumah si Tikus. Si Tikus tinggal di sebuah kawasan kecil di pinggir hutan, tempat itu sangat indah karena terdapat sebuah danau kecil di tempat itu. Si Tikus tinggal secara berkelompok, terdiri dari beberapa keluarga dan di pimpin oleh sesepuh tikus yang menjadi sahabat karib si kancil. Akhirnya setelah berjalan hampir setengah hari, si kancil tiba di perkampungan tikus dan di sambut gembira oleh tikus sahabatnya. “ Wah.. kancil sahabat ku, sudah lama kita tidak bersua. Tapi kau masih saja kurus tak gemuk-gemuk”. Canda si tikus menggoda. “ Ah.. benar.. sejak peristiwa terahir kali kita bertemu dengan Harimau, hingga kini kita baru bertemu lagi. Tapi anehnya, badan mu tetap saja kecil tak tinggi-tinggi. Hehehe..”. si kancil membalas kelakar sahabatnya itu.

Mereka memang sudah sangat lama tak bertemu sejak peristiwa si kancil menolong tikus dari terkaman harimau, bahkan karena pertolongan si kancil, tikus dan harimau akhirnya bersahabat. Kedua kawan lama itu bersenda gurau dengan hangatnya mengenang masa lalu mereka. Saling puji dan saling ejek seakan menjadi hal biasa yang selalu bisa mendatangkan tawa yang membuat mereka lebih akrab. Tapi beberapa waktu kemudian, mereka dikagetkan oleh tanah yang terguncang. Mereka lari keluar dari rumah karena mengira terjadi gempa bumi, tek terkecuali si kancil. Tapi ternyata anggapan mereka salah. Karena yang membuat bumi berguncang adalah segerombolan gajah yang merangsak masuk ke daerah pinggir utan dan memakan semua tumbuhan di sana. Akibatnya, tempat itu menjadi porak poranda karena banyak pohon yang tumbang dan patah diterjang oleh para gajah.

Melihat hal itu, si tikus menjadi perihatin. Merasa memiliki tanggung jawab sebagai kepala kampung, si tikuspun menghampiri kawanan gajah itu untuk memberi nasehat. Melihat kawanya berjalan kearah gerombolan gajah, si kancil mengikuti karena takut jika terjadi sesuatu pada si tikus. “ Hai kawan-kawan.. aku mohon jangan merusak alam di sekitar sini. Ini kampong kami, jadi silahkan kembali dan mencari makan ke padang rumput tempat biasa kalian mencari makan. Lihatlah, banyak pohon yang patah dan tumbang karena kalian terjang membabi buta”. Kata tikus. Mendengar ada yang berkata pada mereka, gerombolan gajah mencari-cari dari mana arah suar itu muncul. Lama merak mencari tapi tak melihat satu sosok yang mereka lihat. Tapi begitu mereka tahu bahwa yang berkata pada merekaadalah seekor tikus yang sedang berdiri di atas batu, kontan mereka tertawa terbahak-bahak. Lalu datanglah satu gajah yang cukup besar menghampiri si tikus yang ditemani kancil disampingnya. Mungkin gajah besar itu adalah kepala gerombolan.

“ Hai makhluk kecil, apa yang kau bilang? Mau mengatur kami? Mahluk kecil rendahan seperti mu tak pantas berada disini sok menasehati. Bisa-bisa kamu terinjak oleh kami lalu gepeng dan mati. Hahahahaha..”. kata kepala gajah itu. Si tikus terdiam, dia agak takut karena gajah itu memiliki tubuh yang besar dan kuat. Sedangkan dirinya bertubuh kecil dan lemah jika dibanding para gajah. Melihat temanya yang ketakutan, si kancil akhirnya ikut angkat bicara. “ Hai makhluk sombong.. kamu tak tahu dengan siapa kamu bicara?”. Teriak kancil. Para gajahpun mengalihkan pandangan pada si kancil yang bertubuh mungil dan kecil. “ Hahahaha.. ada hewan mungil lagi yang sok jadi pahlawan kesiangan. Memangnya si kerdil itu sapa? Kamu tak tahu kalu kami ini hewan terkuat di sini? Bahkan harimau dan singa, tak ada yang berani melawan kami..”. kata gajah menyombongkan diri.

Dengan geram kancil menjawab.. “ Dia itu adalah raja hutan di sini. Jangankan Cuma kamu, harimau dan singa saja mampu dia makan dengan giginya yang tajam dan kuat”. Kata kancil. “hahahaha.. apa kamu bilang? Kamu mimpi ya? Makhluk kecil rendahan ini mau memakan kami juga? Sudah gila kau ya?”. Kata gajah mengejek sambil tertawa terbahak. “Oooo.. jadi kalian meragukan kemampuan raja kami ini? mau bukti?”. Tantang kancil. “Buktikan kalau memang benar begitu.. apa yang ingin kau tunjukan hewan kecil?”. Tanya gajah mulai marah karena tersinggung. “ Baik.. apa kau mampu memakan batang pohon dan kayu?” Tanya kancil. “ Hah.. gila kau..!! mana mungkin ada hewan yang mampu memakan batang kayu? Bahkan gigi singan dan harimau yang tajam, tak akan mampu memakan kayu”. Kata gajah. Seakan tahu dengan siasat kancil, si tikus berusaha sok angkuh dan berani. “ Raja ku ini, giginya sangat kuat dan tajam, jangankan daging kalian, batang kayu yang besarpun tak menjadi masalah untuk dirinya. Mampu dia robohkan dan dia makan..”. kata kancil. “ Hahahahahaha.. dua hewan kecil yang gila..”. kata gajah semakin mengejek.
“Baiklah kalau kalian tak percaya.. tapi jika semua kata-kata ku mampu dibuktikan, kalian harus bersedia menjadi santapan raja ku ini. Dia sudah cukup lama tak makan daging gajah, kalian jangan lari ya..”. Kata si kancil menantang. Si kancil lalu member isyarat pada si tikus untuk melanjutkan tugasnya, tikuspun lalu menuju sebuah pohon yang cukup besar. Lalu menggigit batang pohon itu, mengeratnya hingga pohon itu lama-lama terkikis dan hampir tumbanga. Melihat hal itu, para gerombolan gajah menjadi kaget, mereka mengira bahwa tikus memang kuat dan mampu memakan segalanya termasuk mereka. Tanpa menunggu perintah, semua kawanan gajah itu lari tunggang langgang mencari selamat karena takut jika tikus benar-benar akan memakan mereka. Melihat hal itu, tikus dan kancil tertawa geli..” Ya.. lari sana.. tapi jika sampai raja ku bertemu kalian lagi, maka dia akan memakan kalian hidup-hidup.. ingat itu..!!”. gajah adalah hewan yang memiliki ingatan yang cukup kuat. Semenjak hari itu, kawanan gajah tak ada lagi yang berani ke tempat itu. Bahkan sampai sekarang setiap gajah bertemu dengan tikus, mereka akan merasa ketakutan karena takut dimakan olehnya


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kerbau dan monyet licik

Dikisahkan, di tengah belantara ada seekor monyet yang sangat nakal. Di sangat rakus dan suka mencuri tanaman dan buah para petani disekitar hutan. Perbuatanya yang sudah sangat keterlaluan, membuat para petani resah. Sehingga para petani mulai menjaga ladang mereka dengan ketat dan memasang berbagai perangkap. Tentu saja hal ini membuat monyet yang nakal itu kebingungan, karena jika sampai dia tertangkap, nyawanya bisa hilang.

Pada suatu hari ketika si monyet tengah asik termenung menahan lapar di bawah pohon mangga, dia melihat banyak burung-burung tengah terbang membawa buah anggur yang cukup segar. Melihat hal itu, air liur si monyet mulai berjatuhan. Lalu si monyetpun berteriak pada burung-burung itu.." Hai kawan, dari mana kalian dapatkan buah-buahan yang ranum itu?". Merasa di panggil, burung-burung itupun berhenti dan bertengger di atas pohon. Sambil memakan buah anggur, burung-burung itupun menjawab.." Kami mendapatkanya dari kebun di seberang sungai. Para petani di sana baik hati. Mereka tak akan mengusir atau melukai mu jika kau hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah, asal jangan kau makan buah yang masih ada di pohonya". Jawab burung-burung itu.

Mendengar jawaban itu, si monyet menjadi sangat girang. Diapun segera menuju kebun di seberang sungai, karena waktu itu sungai mengalir kecil karena musim kemarau, jadi si monyet dapat dengan leluasa menyeberangi sungai itu. Tapi karena sifatnya yang rakus, maka dia memakan semua buah anggur di kebun itu. Baik yang jatuh ke tanah, ataupun yang masih menggantung di pohon.

Berkali-kali si monyet mengulangi hal yang sama, hingga para petani di seberang sungai kini mulai resah. Mereka tak lagi seramah dulu, bahkan burung-burung kini juga di usir. Karena para petani tak tahu, bahwa yang merusak tanaman mereka adalah si monyet. Tapi meskipun sudah mulai di jaga, tapi si monyet tetap bisa dengan leluasa melakukan aksi nakalnya. Karena penjagaan tak begitu ketat, si monyet masih bisa mencari kelengahan para petani. Sehingga kelakuan si monyet kian hari kian menjadi.

Tak terasa, masa sudah memasuki musim penghujan. Dan si monyet masih saja melakukan pencurian tanpa mau mendengar keluh kesah para petani yang mulai merugi. Si monyet sangat serakah dan rakus, sehingga yang dia fikirkan hanya kepentinganya sendiri. Tapi sial, waktu si monyet akan menyeberang sungai, ternyata sungai itu tengah meluap karena guyuran hujan di atas bukit. Hal tersebut membuat monyet sangat kebingungan, karena dia tak bisa berenang.

Tapi monyet juga dikenal sebagai hewan yang licik dan pintar menipu juga bohong, dia pun berfikir untuk mencari cara agar bisa menyeberang. Ahirnya, dia teringat pada sahabat lamanya, si kerbau. Kerbau adalah hewan yang cukup terkenal bisa berenang, dia adalah perenang yang handal. Akhirnya, monyetpun menemui si kerbau untuk merayunya. "Hai kerbau sahabat ku yang baik, lama kita tak jumpa. Kenapa badan mu kini terlihat kurus?". Tanya monyet. "Ah, masa nyet? Perasaan dari dulu tubuh ku tetap begini. Kau saja yang sekarang terlihat tambah gemuk". Jawab si Kerbau. "Bagaimana aku tak gemuk? Aku makan enak tiap hari. Petani yang ada di seberang sungai sana, selalu memberi ku makanan enak. Aku di perbolehkan menghabiskan semua buah di kebunya". Kata si monyet mulai berbohong.

"Wah, benarkah itu? Beruntung sekali kau.. Pantas sekarang kau tambah gemuk". Kata si kerbau tanpa menaruh sedikitpun curiga pada sahabatnya. "Tapi kerbau, makanan di sana terlalu banyak. Aku tak sanggup menghabiskanya sendirian, maukah kau menemani ku ke sana dan kita makan berdua. Itu semua karena kau sahabat ku, makanya aku mengajak mu". Si monyet mulai menipu kerbau. "Wah.. Kau baik sekali kawan. Kalo begitu, ayo kita ke sana sekarang". Kata kerbau sangat senang. "Tapi tunggu dulu kerbau, air sungai kini sedang meluap. Aku tak bisa berenang..". Kata monyet lagi. "Ah, itu sih masalah gampang, kau bisa naik kepunggungku. Kau tahu sendiri, aku ini perenang hebat". Jawab si kerbau bangga.

Merasa tipu muslihatnya berhasil, si monyet merasa sangat girang. Monyet dan kerbau pun segera menuju kebun di seberang sungai, dan ketika menyeberangi sungai, si monyet naik ke punggung kerbau. Setelah sampai di kebun, monyetpun segera makan dengan lahapnya. Begitu pula si kerbau, karena dia merasa semua buah itu memang sengaja di berikan untuk monyet, maka dia juga memakan semua buah di kebun dengan lahap sama seperti monyet. Tapi tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah di perhatikan oleh para petani dari tadi. Para petani memang sengaja bersembunyi untuk mencari tahu siap sebenarnya yang mencuri di kebun mereka selama ini. Setelah melìhat monyet dan kerbau tengah kekenyangan, merekapun langsung berusaha menyergap kerbau dan monyet. Monyet yang sadar akan bahaya yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau yang kebingungan karena tak tahu masalah yang sebenarnya.

Tapi insting kerbau sadar akan bahaya yang mengancam, hingga akhirnya dia pun berlari menyelamatkan diri. Para petani melempari dan mengusir mereka dengan batu, sehingga membuat tubuh kerbau terluka, di tambah semak belukar yang penuh duri membuat si kerbau semakin kesusahan. Sedangkan si monyet sudah tak kelihatan batang hidungnya, hal tersebut membuat kerbau sadar bahwa dia telah ditipu. Hal itu membuat si kerbau menjadi sakit hati pada monyet.

Ahirnya, setelah beberapa lama berlari si kerbau sampai di tepi sungai. Dengan segera diapun masuk ke dalam sungai untuk mulai menyeberang. Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba si monyet muncul. Ternyata dari tadi si monyet bersembunyi di semak-semak karena tak bisa berenang. "Hai kerbau sahabat ku, tunggu aku..! Apa kau tega meninggalkan sahabat mu di sini?". Teriak si monyet. Melihat kedatangan si monyet, hati kerbau menjadi sangat dongkol. "Jika kau ingin ikut, cepatlah melompat ke punggung ku. Aku sedang buru-buru, jadi kalau tak segera melompat, kau akan ketinggalan". Jawab si kerbau dengan nada ketus. Mendengar itu, si monyetpun berlari dengan sekuat tenaga. Dia semakin panik ketika mendengar para petani yang mengejar telah ada di belakang mereka. Ahirnya setelah sampai pinggir sungai, si monyet segera melompat. Tapi na'as, karena perutnya terlalu kenyang, membuat tubuhnya bertambah berat dan kurang lincah. Si monyet tidak dapat sampai di punggung kerbau, dan ahirnya tercebur ke dalam sungai dan hanyut terbawa arus. Sedangkan si kerbau tak meperdulikan hal itu, dia lebih memilih segera lari menyelamatkan diri. Karena para petani sudah kian dekat dan siap menangkap mereka.


Pesan Moral Cerita Dongeng yang dapat kita petik dari dongeng Monyet dan kerbau ini :

Jangan terlalu serakah, apa lagi menghianati kepercayaan orang lain pada kita.. Karena akan membuat rugi diri sendiri pada akhirnya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Nyamuk pertama

Pada zaman dahulu hiduplah seorang petani sederhana bersama istrinya yang cantik. Petani itu selalu bekerja keras, tetapi istrinya hanya bersolek dan tidak mempedulikan rumah tangganya. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana dan hidup dari hasil pertanian sebagaimana layaknya keluarga petani.

Sang istri yang cantik itu tidak puas dengan keadaan mereka. Dia merasa, sudah selayaknya jika suaminya berpenghasilan lebih besar supaya dia bisa merawat kecantikannya. Untuk memenuhi tuntutan istrinya, petani itu bekerja lebih keras. Namun, sekeras apa pun kerja si petani, dia tak mampu memenuhi tuntutan istrinya. Selain minta dibelikan obat-obatan yang dapat menjaga kecantikanya, istrinya juga suka minta dibelikan pakaian yang bagus-bagus --yang tentunya sangat mahal. “Bagaimana bisa kelihatan cantik kalau pakaianku buruk,” kata sang istri.

Karena hanya sibuk mengurusi penampilan, istri yang cantik itu tidak memperhatikan kesehatannya. Dia jatuh sakit. Sakitnya makin parah hingga akhirnya meninggal dunia. Suaminya begitu sedih. Sepanjang hari dia menangisi istrinya yang kini terbujur tanpa daya. Karena tak ingin kehilangan, petani itu tak mau mengubur tubuh istrinya yang amat dicintainya itu. Dia ingin menghidupkan kembali istrinya.

Esok harinya suami yang malang itu menjual semua miliknya dan membeli sebuah sampan. Dengan sampan itu dia membawa jasad istrinya menyusuri sungai menuju tempat yang diyakini sebagai persemayaman para dewa. Dewa tentu mau menghidupkan kembali istriku, begitu pikirnya.

Meskipun tak tahu persis tempat persemayaman para dewa, petani itu terus mengayuh sampannya. Dia mengayuh dan mengayuh tak kenal lelah. Suatu hari, kabut tebal menghalangi pandangannya sehingga sampannya tersangkut. Ketika kabut menguap, di hadapannya berdiri sebuah gunung yang amat tinggi, yang puncaknya menembus awan. Di sinilah tempat tinggal para dewa, pikir Petani. Dia lalu mendaki gunung itu sambil membawa jasad istrinya.

Dalam perjalanan dia bertemu dengan seorang lelaki tua. “Kau pasti dewa penghuni kayangan ini,” seru si petani dengan gembira. Dikatakannya maksud kedatangannya ke tempat itu. Laki-laki tua itu tersenyum. “Sungguh kau suami yang baik. Tapi, apa gunanya menghidupkan kembali istrimu?” “Dia sangat berarti bagiku. Dialah yang membuat aku bersemangat. Maka hidupkanlah dia kembali,” kata si petani. Laki-laki tua itu menganggukkan kepalanya. “Baiklah kalau begitu. Akan kuturuti permintaanmu. Sebagai balasan atas kebaikan dan kerja kerasmu selama ini, aku akan memberimu rahasia bagaimana cara menghidupkan kembali istrimu. Tusuk ujung jarimu, lalu percikkan tiga tetes darah ke mulutnya. Niscaya dia akan hidup kembali. Jika setelah itu istrimu macam-macam, ingatkan bahwa dia hidup dari tiga tetes darahmu.” Petani itu segera melaksanakan pesan dewa itu. Ajaib, istrinya benar-benar hidup kembali.

Tanpa pikir panjang, suami yang bahagia itu pun membawa pulang istrinya. Tapi, sang istri tahu, selain sampan yang dinaiki mereka, kini suaminya tak punya apa-apa lagi. Lalu, dengan apa dia merawat kecantikannya?

Suatu hari, sampailah suami-istri itu di sebuah pelabuhan yang sangat ramai. Petani turun dari sampan dan pergi ke pasar untuk membeli bekal perjalanan dan meninggalkan istrinya sendirian di sampan. Kebetulan, di sebelah sampan mereka bersandar sebuah perahu yang sangat indah milik seorang saudagar kaya yang sedang singgah di tempat itu. Melihat kecantkan istri si petani, pemiliik perahu itu jatuh cinta dan membujuk perempuan cantik itu untuk ikut bersamanya. “Kalau kau mau ikut denganku, akan aku belikan apa saja yang kau minta,” kata sang saudagar. Sang istri petani tergoda. Dia lalu pergi dengan saudagar itu.

Pulang dari pasar Petani terkejut karena istrinya tak ada lagi di sampannya. Dia mencari ke sana-kemari, tetapi sia-sia. Setahun kemudian, bertemulah dia dengan istrinya, tetapi istrinya menolak kembali kepadanya. Petani lalu teringat kepada dewa yang memberinya rahasia menghidupkan kembali istrinya. “Sungguh kau tak tahu berterima kasih. Asal tahu saja, kau hidup kembali karena minum tiga tetes darahku.” Istrinya tertawa mengejek. “Jadi, aku harus mengembalikan tiga tetes darahmu? Baiklah…”

Sang istri pun menusuk salah satu jarinya dengan maksud memberi tiga tetes darahnya kepada suaminya. Namun, begitu tetes darah ketiga menitik dari jarinya, wajahnya memucat, tubuhnya lemas, makin lemas, hingga akhirnya jatuh tak berdaya. Mati.

Setelah mati, dia menjelma menjadi nyamuk. Sejak itu, setiap malam nyamuk jelmaan wanita cantik itu berusaha menghisap darah manusia agar dapat kembali ke ujudnya semula.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kancil dan siput

Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat untuk dibuka. “Huaaaaaaaammmmghhh”, si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan kepintaranku”.

Sambil membusungkan dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai, ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.

“Sombong sekali kamu Kancil, akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha......., mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok pagi.

Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.

Akhirnya hari yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari. “Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana si siput.

Kancil berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput....sudah sampai mana kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”

Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan lari itu.

Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si kancil.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kupu kupu emas yang sombong

Ada lebah menghisap madu, ada capung yang terbang kesana kemari mencari makanan dari tumbuh-tumbuhan. Ada kupu-kupu yang hinggap dari satu bunga ke bunga yang lain.

Namun ada seekor kupu-kupu yang tampaknya sedang malas bekerja. Ia hanya termenung di pinggir taman bunga dan tidak mau bekerja seperti teman-temannya. Ia merasa malu untuk terbang karena sayapnya tidak berwarna cerah seperti teman-temannya. Sebut saja namanya si Kupik. Hingga suatu saat ada kupu-kupu yang datang menyapanya. "Hai Kupik kamu kenapa tidak terbang bersama kami" temannya bertanya. Si Kupik menjawab "Aku malu karena sayapku tidak seperti kalian, sayap kalian berwarna sedang aku tidak, sayapku tidak cemerlang" sedih si Kupik. Kupik hanya meratapi sayapnya namun ia tidak mau berusaha. Sampai suatu ketika pada malam hari ia melihat bintang jatuh dan ia mengucapkan keinginan. Keinginannya adalah jika sayapnya bisa berwarna emas yang kemilau.

Keesokan harinya si Kupik mendapati sayapnya berwarna emas mirip seperti yang ia inginkan ketika melihat bintang jatuh semalam. Si Kupik menjadi sangat sombong dengan warna sayap barunya. Setiap pagi ia hanya mengembangkan sayapnya dan tidak mau menghisap bunga. Sampai suatu ketika ia ingin mengepakkan sayapnya, namun karena ia sering mengembangkan sayap untuk hanya pamer, akibatnya ia tidak bisa terbang seperti sedia kala. Akhirnya si Kupik menyesal telah menjadi sombong oleh karena warna sayapnya menjadi emas yang mengkilau.


Pesan dibalik Cerita anak kupu-kupu emas yang sombong adalah :

janganlah kita merendah diri dengan kekurangan yang ada pada diri kita serta janganlah menjadi sombong ketika memiliki kelebihan. Inti dalam hidup ini adalah keseimbangan dan bersyukur dengan apa yang kita punya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kucing kerkal dan burung puyuh

Disebuah gurun luas serta gersang hanya beberapa tumbuhan yang mampu hidup disana seperti rumput-rumputan dan jenis tumbuhan kaktus, kehidupan di gurun sangat sulit khususnya untuk para hewan, mereka harus berjuang mencari makanan yang jumlahnya terbatas, mencari minum yang hanya berada di oase dan juga mereka harus bersiap-siap kabur dari para pemangsa. Suatu hari seekor kucing sedang karkal berjalan di bebatuan mencari makanan, sudah lima hari perutnya tidak diisi namun sang karkarl tidaklah merasakan lapar yang sangat luar biasa karena dirinya telah terbiasa hidup digurun tanpa makanan selama 2 minggu. Karkal berjalan menuju sebuah oase yang letaknya tidak jauh dari tempatnya, sang karkal berharap ada seekor tikus maupun burung yang bisa ia tangkap disana.

Ketika sang karkal mendekati oase, hal pertama yang dia lakukan adalah mencari tempat untuk melihat keadaan oase dengan jelas, lalu sang karkal mengincar hewan yang sedang minum disana setelah mendapatkan calon hewan untuk dimangsa, sang karkal mengendap-endap di sela-sela rerumputan kering dan ketika posisi sang karkal telah tepat maka sang karkal langsung menerkamnya. Namun hal itu tidak terjadi karena ketika sang karkal mengendap-endap sebuah tulang yang dijatuhkan burung vulture dari udara mengenai kaki belakang sang karkal hingga membuat kaki sang karkal terluka. Hewan buruannya kaget melihat sang karkal menjerit lalu pergi, sedangkan sang karkal harus menahan sakit yang dia derita setelah sebuah tulang keras menghantam kaki belakangnya.

Tidak jauh dari oase seekor burung puyuh mendengar jeritan sang karkal, dia memutuskan untuk melihat apa sebenarnya yang telah terjadi kepada seekor karkal. Ketika sampai sang burung puyuh itu bertanya “tuan kucing telinga panjang, apa yang terjadi padamu bagaimana bisa kakimu terluka seperti itu?” sang karkal menjawab “ketika sedang berburu sebuah tulang jatuh dari langit dan mengenai kaki belakangku, kini aku harus berjalan dengan 3 kaki karena satu kakiku sulit aku gerakan.” burung puyuh itu merasa kasihan melihat keadaan karkal, tadinya burung puyuh tidak mau membantunya karena sang burung tahu bahwa sang karkal sering bermusuhan dengan burung puyuh namun hal itu tidak membuat burung puyuh meninggalkannya.

Akhirnya burung puyuh memberikan bantuannya kepada sang karkal “Tuan kucing telinga panjang, apa aku boleh membantumu?” kata sang burung “kau ini sedang mengejekku ya, aku ini seekor kucing dan kau seekor burung bisa saja aku menangkapmu ketika kau membantuku.” jelas sang karkal pada burung puyuh, “Hal itu tidak membuatku mengurungkan niatku membantumu, begini saja tuan telinga panjang selama aku mengobatimu kita lupakan permusuhan kita dan setelah kau sembuh baru kita boleh bermusuhan lagi bagaimana kau setuju?” jelas sang burung “baiklah lagipula aku tak sanggup mengejarmu dengan kakiku yang seperti ini, aku setuju dengan usulanmu.”

Sang burung mengobati luka kaki kucing karkal hingga sembuh dan kini sang karkal mampu melompat dan berlari seperti biasa “kau telah mengobati lukaku burung yang tak bisa terbang, hingga aku mampu berburu lagi, wahai burung puyuh tadinya setelah aku sembuh aku akan langsung menyerangmu namun aku tidak akan melakukan sesuatu hal baik yang telah kau lakukan padaku meskipun kita adalah musuh, aku akan selalu mengingat jasamu.” sang kucing itu langsung meninggalkan burung puyuh sambil berlari dan meloncat-loncat ke bebatuan.



Pesan moral:

Cerita Rakyat Dari Papua : Kisah Kucing Karkal dan Burung Puyuh adalah tolonglah orang lain yang kesusahan walaupun dia sering berbuat tidak baik terhadap kita. Balaslah kebaikan dengan kebaikan pula.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

3 lembu jantan dan singa

Siang itu, Sang Singa diam mengamati kawanan lembu jantan di balik rerumputan. Ia telah lama mengamati 3 ekor lembu jantan yang sedang makan di padang rumput yang terbuka. Sang Singa telah beberapa kali mencoba untuk menyerang kawanan lembu tersebut, tetapi kawanan tersebut selalu bersatu, saling membantu satu sama lain sehingga sang Singa selalu mengalami kegagalan. Sang Singa hanya memiliki harapan tipis untuk memangsa lembu-lembu tersebut karena sang Singa bukanlah tandingan ketiga lembu jantan yang kuat, bertanduk tajam dan berkuku kaki yang keras. Tetapi sang Singa tidak pernah meninggalkan padang tersebut karena selalu tergiur untuk memangsa kawanan lembu itu.

Suatu hari, kawanan lembu ini bertengkar hebat sesamanya, dan akibat pertengkaran itu, mereka sekarang berdiri sendiri-sendiri, terpisah jauh antara yang satu dengan yang lainnya. Saat itulah sang Singa dengan mudahnya menerkam lembu-lembu tersebut satu-persatu.



Pesan Moral Dongeng :

Dengan bersatu, kita menjadi kuat.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

katak dan tikus

Katak tergantung-gantung pada kaki sang Tikus saat disambar oleh seekor elangKetika seekor tikus muda yang mencari petualangan baru, berjalan menyusuri pinggiran kolam di mana di kolam tersebut tinggallah seekor katak. Saat katak tersebut melihat tikus, dia berenang menuju ke tepi kolam dan berkata: "Maukah kamu mengunjungi saya? Saya berjanji kamu akan senang." Sang Tikus tidak berpikir panjang lagi, karena dia sangat ingin berpetualang ke seluruh dunia dan melihat segala yang ada di dunia. Tetapi walaupun dia bisa berenang sedikit, dia tidak berani untuk masuk dan berenang di kolam tanpa bantuan. Sang katak memiliki akal, agar sang Tikus bisa yakin bahwa katak akan dapat selalu membantu sang Tikus saat berenang di kolam, dia mengikat kaki tikus tersebut ke kakinya sendiri dengan seutas tali. Lalu dia melompat ke dalam kolam, sambil menarik teman jalannya yang bodoh bersamanya.

Sang tikus yang terbawa-bawa berenang bersama katak akhirnya merasa cukup dan ingin kembali ke pinggiran kolam; tetapi sang Katak yang jahat memiliki rencana lain. Dia kemudian menarik Sang Tikus masuk ke dalam air dan menenggelamkannya sehingga meninggal. Tetapi sebelum sempat melepaskan tali yang mengikat dia dengan tikus yang telah meninggal, seekor elang terbang menyambar ke bawah, menangkap tikus dan membawanya pergi, bersama Sang Katak yang tergantung-gantung pada kaki tikus. Saat itulah, Sang Elang sadar bahwa dengan sekali sambar mendapatkan dua makanan sekaligus untuk makan siangnya.



Pesan Moral :

Siapa yang menyakiti orang lain, sering mendapatkan ganjaran atas kelicikannya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Burung merak yang angkuh dan bangau

Pada suatu hari yang cerah. Seekor burung merak berjalan dengan angkuhanya, di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor burung bangau, dan untuk membuat sang Bangau kagum, dia memamerkan keindahan bulunya, dia mengembangkan bulunya yang indah berwarna warni di bawah sinar matahari.

"Lihat," katanya. "Dapatkah kamu mengalahkan keindahan buluku? Saya sangat cantik dengan warna buluku, sedangkan bulumu kusam kelabu dan kotor!"

Sang Bangau hanya diam, ia lalu merentangkan sayapnya lebar-lebar dan terbang jauh tinggi ke atas.

"Ikutilah saya kalau kamu bisa," Kata sang Bangau. Tetapi sang Merak hanya bisa berdiri terpaku karena burung merak termasuk jenis burung yang tidak dapat terbang, sedangkan sang Bangau terbang melayang-layang di langit biru dengan bebasnya, dia memandang sang merak sambil berkata, "Kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka jangankah terlalu sombong dengan kelebihan yang kita miliki".

Burung merak hanya diam saja, dia merenungi ucapan sang Bangau. Kini dia sadar, kalau dia telah berbuat salah. dan sejak saat itu burung merak tidak pernah menyombongkan keindahan bulunya kepada hewan lain.


Pesan Moral Dongeng Burung Merak yang Angkuh dan Bangau adalah :

jangan sekali-kali kita menyombongkan kelebihan yang kita miliki, karena di balik kelebihan pasti ada kekurangan. Berlakulah rendah hati terhadap sesama, itu jauh lebih baik daripada menyombongkan diri.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kepiting muda dan ibunya

"Mengapa kamu berjalan ke arah samping seperti itu?" tanya ibu kepiting kepada anaknya. "Kamu harus berjalan lurus ke depan dengan jari-jari kaki yang menghadap keluar."

"Perlihatkanlah saya cara berjalan yang baik bu," kata kepiting kecil itu kepada ibunya, "Saya sangat ingin belajar."

Mendengar kata anaknya, ibu kepiting tersebut mencoba untuk berjalan lurus ke depan. Tetapi dia hanya bisa juga berjalan ke arah samping, seperti cara anaknya berjalan. Dan ketika ibu kepiting tersebut mencoba untuk memutar jari-jari kakinya ke arah luar, dia malah tersandung dan terjatuh ke tanah dengan hidung terlebih dahulu.



Pesan Moral Dongeng Kepiting :

Jangan menjelaskan bagaimana orang harus bertindak kecuali kamu dapat memberikan contoh yang baik.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kura kura dan sepasang itik

eekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha. Ada yang mengatakan bahwa dewa Jupiter telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas dan lebih senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan dewa Jupiter, walaupun dewa Jupiter telah mengundangnya secara khusus.

Setelah bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar suatu saat dia bisa menghadiri pesta pernikahan. Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana kelinci dan tupai dan segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus terseret-seret ketika berjalan.

Suatu hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya. Kura-kura dan Itik"Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut. "Berpeganglah pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit dimana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal."

Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat dengan giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan mulutnya, dan terbang naik ke atas awan.

Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya dan berkata: "Kamu pastilah Raja dari kura-kura!" "Pasti saja......" kura-kura mulai berkata. Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.


Pesan Moral Dongeng Kura-Kura :

Rasa ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering menyebabkan kesialan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kucing dan tikus tua

Saat tikus-tikus melihat posisi kucing seperti itu, mereka menyangka bahwa sang Kucing di gantung seperti itu karena melakukan kesalahan. Dengan hati-hati, mereka mengeluarkan kepala mereka dari sarang dan mengendus-endus kesana-kemari. Karena tidak terjadi apa, mereka akhirnya melompat keluar dari sarang dan menari-nari dengan gembira untuk merayakan kebebasan mereka.

Saat itulah sang Kucing tiba-tiba melepaskan pegangannya pada tali, dan sebelum tikus-tikus tersebut tersadar dari rasa terkejut mereka, sang Kucing telah menangkap tiga sampai empat ekor tikus.

Sekarang tikus-tikus makin berhati-hati. Tetapi sang Kucing yang selalu ingin menangkap tikus, membuat tipuan yang lain. Mengguling-gulingkan tubuhnya ke tempat terigu hingga tubuhnya tertutup sepenuhnya oleh terigu, lalu sang Kucing berbaring diam-diam dengan satu mata terbuka.

Yakin bahwa keadaan aman, tikus-tikus mulai keluar kembali dari sarang. Saat sang Kucing yang berbaring diam, telah siap-siap untuk menerkam tikus-tikus tersebut, seekor tikus tua yang berpengalaman dengan tipuan sang Kucing, dan pernah kehilangan ekornya akibat kecerobohannya di masa muda, berdiri sambil menjaga jarak di dekat sarang mereka.

"Hati-hati!" teriaknya. "Mungkin terigu itu kelihatan seperti tumpukan makanan yang lezat, tetapi sepertinya itu adalah tipuan dari sang Kucing. Apapun itu, lebih baik kalian semua berhati-hati dan menjaga jarak yang aman."



Pesan Moral Dongeng Kucing dan Tikus :

Orang yang bijaksana tidak akan membiarkan dirinya tertipu kedua kalinya


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kelinci penakut dan kodok

Kodok berlarian dan melompat ke kolam karena ketakutan melihat kelinciKelinci, seperti yang kita tahu merupakan makhluk yang penakut. Sedikit saja bayangan yang mucul, akan membuat mereka lari terbirit-birit bersembunyi. Suatu ketika, mereka berdiskusi bagaimana cara agar mereka bisa terhindar dari ketakutan. Saat mereka sedang ribut berdiskusi, tiba-tiba bunyi suatu suara yang aneh sehingga kelinci-kelinci tersebut lari ketakutan menuju ke sarangnya. Saat itu mereka berlari melewati sebuah kolam, di mana pada kolam tersebut tinggallah keluarga kodok yang sedang duduk di alang-alang pinggiran sungai. Dalam sekejap mata, kodok-kodok yang terkejut melihat kelinci yang berlarian, berhamburan lari dan melompat masuk ke dalam kolam.

"Lihat," teriak seekor kelinci, "kita seharusnya tidak perlu terlalu khawatir dengan sifat penakut kita, di sini masih ada makhluk yang lebih penakut dan takut kepada kita!"



Pesan Moral Dongeng Kodok :

Bagaimana pun jeleknya nasib yang kita alami, masih ada yang bernasib lebih jelek dibandingkan dengan kita.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Asal mula rumah siput

Dongeng Asal Mula Rumah Siput. Pada zaman dahulu kala, siput tidak memiliki rumah seperti sekarang ini. Karena tak memiliki rumah, siput tinggal dari satu tempat ke tempat lainya. Dia terus berpindah-pindah demi mencari tempat yang tepat untuk di jadikan rumahnya.

Dahulu siput tinggal di atas pohon. Dia mendiami sarang burung yang telah di tinggal pemiliknya. Waktu pertama kali dia menempati sarang burung itu, siput merasa sangat nyaman. Daun dan dahan-dahan pohon melindunginya dari terpaan sinar mata hari. Sedangkan hangatnya sarang, melindunginya dari udara dingin di malam hari. Tapi semua tak berjalan lama, karena ketika musim hujan tiba siput tak bisa berbuat apa-apa. Karena daun dan ranting pohon tak bisa melindunginya dari terpaan air hujan. Sehingga siput merasa sangat kedinginan.

Akhirnya dia pun berpindah dari sarang burung itu, kemudian dia melihat sebuah lubang di batang pohon. Siput pun memutuskan untuk tinggal dan menjadikan lubang itu sebagai rumah barunya. Dia merasa nyaman, karena dia tak akan terpapar panasnya terik mentari dan tak kedinginan terguyur oleh air hujan. Tapi lagi-lagi ketenanganya tak bertahan lama. Karena pada suatu hari ada seekor burung pelatuk yang mematuk pohon tempat siput tinggal. Siput menjadi sangat terganggu dan tak bisa beristirahat dengan tenang, akhirnya dia kembali pindah dan turun dari atas pohon untuk mencari rumah baru.

Kemudian siput menemukan sebuah lubang di tanah. Dia pun mencoba untuk tinggal dan menjadikan lubang itu sebagai rumahnya. Suasana lubang yang hangat membuat siput sangat senang dan nyaman. Tapi gangguan kembali datang. Ketika malam tiba, para tikus datang dan menggali tanah tempat siput berada. Dan akhirnya rumah barunya kembali porak poranda. Dan siput akhirnya terpaksa untuk kembali pergi mencari rumah idamanya.

Hingga sampailah siput di tepi sebuah pantai. Dia menemukan sebuah lubang di batu karang dan mencoba untuk tinggal disana. "Mungkin ini bisa menjadi rumah yang tepat bagi ku. Aku tak akan kepanasan ataupun kehujanan. Tak akan ada burung pelatuk yang mengganggu ku, dan tak ada tikus yang mampu menggali batu karang ini untuk mengusik aku." kata siput dalam hati. Tapi lagi-lagi semua di luar perkiraanya. Ketika air laut pasang, rumah barunya ikut terendam dan membuat siput tersapu oleh ombak. Dan akhirnya dengan hampir berputus asa siput memutuskan untuk kembali mencari rumah baru.

Siput berjalan gontai menyisiri pantai. Rasa lelah membuatnya lemas. Akhirnya, dia menemukan sebuah cangkang kosong yang sangat cantik. Dan diapun masuk ke cangkang itu untuk beristirahat sementara waktu sebelum melanjutkan pencarianya. Tapi ketika pagi tiba dan siput terbangun, dia mulai sadar bahwa cangkang itu terasa sangat nyaman dan pas untuknya. Bentuknya yang indah dan cukup ringan, membuatnya leluasa untuk di bawa kemanapun siput pergi. Akhirnya, siput memutuskan untuk menjadikan cangkang itu sebagai rumah barunya yang sangat nyaman dan bebas dari gangguan.


Pesan Moral Dongeng dan Cerita :

Janganlah menyerah untuk terus berusaha. Karena sebuah kegagalan adalah wujud dari keberhasilan yang tertunda.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ayam jantan yang cerdik dan rubah yang licik

Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah. "Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang sangat menyenangkan dan bersemangat. "Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.

"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang sampai selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu! Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan gembira."

"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan kedatangan sesuatu dari kejauhan. "Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas. "Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik ini dan -"

Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan mulai berlari menjauh. "Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing adalah teman-teman kamu juga!"

"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu, saya mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan." Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu sayapnya dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.



Pesan Moral Dongeng Ayam jantan:

Penipu akan mudah untuk ditakut-takuti.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Ikan salem yang gigih

Zaman dulukala, hiduplah sekelompok ikan salem di lautan lepas. Ikan salem hidup berkelompok dan mencari makan di laut lepas bersama-sama. Suatu ketika, tibalah saatnya ikan-ikan salem berkembang biak. Salem betina bertelur di atas karang-karang di dasar laut, kemudian telur-telur itu dibuahi oleh telur-telur salem jantan. Tetapi sayang, belum sempat telur itu menjadi anak, banyak binatang lain yang memangsanya. Pemangsa telur-telur itu diantaranya adalah kepiting, penyu, dan ikan-ikan lainnya. Tentu saja hal itu membuat ikan salem murka. Kalau hal itu berlanjut terus, maka bisa dipastikan ikan-ikan salem akan punah.

Suatu hari datanglah seekor kepiting merusak telur-telur ikan salem. Ikan salem betina mengadukan hal itu kepada ikan salem jantan ketika dilihatnya seekor kepiting sedang memakan telur-telur ikan salem. Ikan salem jantan marah bukan kepalang lalu segera menghampiri kepiting yang sedang melahap telur.

“Hai kepiting! Kenapa kau makan telur-telur kami?! tegur ikan salem jantan murka. “Memang kenapa? Bukankah telur-telurmu ini enak sekali untuk dimakan?” sahut kepiting membuat ikan salem jantan bertambah murka. “Kepiting jahat! Teganya kau makan telur-telur kami. Bagaimana kami bisa berkembangbiak nanti? Tidak lama lagi kamu pasti akan punah, tidak punya keturunan.” Seru ikan salem betina sambil menangis.”Biar saja yang penting aku tidak kelaparan!” sahut kepiting acuh.

Mendengar ucapan kepiting yang menyakitkan itu, ikan salem jantan langsung menyerang kepiting. Kepiting mencoba melawan dengan menggunakan capitnya yang besar. Terjadilah perkelahian yang seru antara ikan salem jantan dengan kepiting. Capit kepiting sebelah kiri patah oleh serangan ikan salem jantan. Namun ikan salem jantan pun tubuhnya luka-luka karena terkena jepitan capit kepiting. Melihat ikan salem jantan luka-luka, ikan salem betina tidak tinggal diam. Dengan gerakan cepat ikan salem betina ikut menyerang kepiting dari arah belakang. Akibat serangan itu kepiting kehilangan kedua capitnya. Kepiting itupun lari setelah kehilangan kedua senjatanya. Ikan-ikan salem yang lain menyambut gembira dengan kemenangan ikan salem itu. Ikan salem jantan memuji ikan salem betina yang dengan berani membantu ikan salem jantan, sehingga kepiting itu lari ketakutan.

Ikan salem kembali hidup dengan tenang. Setelah kejadian itu kepiting tidak pernah muncul lagi mengganggu telur-telur ikan salem. Tetapi ketenteraman ikan-ikan salem tidak berlangsung lama, karena sekelompok udang raksasa telah mengintai telur-telur mereka di malam hari. Keadaan itu tentu saja membuat ikan-ikan salem gelisah kembali. Sebab bagaimana mungkin mereka dapat melawan udang-udang raksasa itu, sedangkan udang-udang raksasa itu selalu beraksi di malam hari, di saat ikan-ikan salem sedang tertidur lelap. Untuk memecahkan masalah itu, ikan-ikan salem berunding.

“Aku mempunyai usul…!” ujar salah satu ikan salem jantan. “Ya, bagaimana usulmu kawan?” tanya ikan salem jantan lainnya. “Begini, bagaimana kalau mulai malam nanti kita semua tidak usah tidur. Kita semua berjaga-jaga untuk melawan udang raksasa.” Seru ikan salem itu. Bukankah kita sudah lelah seharian mencari makan, mana mungkin kita kuat tidak tidur semalaman, sedangkan esok hari kita harus mencari makan lagi.” Ujar ikan salem betina merasa keberatan. “Betul…, betul…” ujar ikan salem betina lainnya.

“Baik, baiklah begini saja. Bagaimana kalau ikan salem jantan saja berjaga bergantian. Sedangkan ikan salem betina tidak usah berjaga. Namun bila ada udang raksasa datang menyerang, kita semua harus bangun untuk melawannya bersama-sama. Bagaimana, setuju semua?” usul ikan salem yang paling besar. “Setuju, kami semua setuju!” akhirnya mereka semua sepakat dengan keputusan itu. Hari menjelang sore. Matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Ikan-ikan salem terlihat sedang beristirahat karena kelelahan. Tiba saatnya ikan-ikan salem jantan bergantian jaga malam untuk melindungi telur-telurnya dari serangan udang raksasa. Hingga hari menjelang malam, keadaan sepi-sepi saja. Tidak nampak seekor binatang lain yang mengganggu.

“Hei kawan…, bangunlah. Kini giliran kamu yang berjaga.” Bisik salah satu ikan salem yang sudah mengantuk. “Apa?” sahut ikan salem yang baru saja terbangun. “Baiklah sekarang giliranku untuk berjaga. Silakan kamu beristirahat.” “Baiklah, aku lelah sekali. Berhati-hatilah kamu, kalau ada kejadian cepat bangunkan teman-teman semua.” Pesan ikan salem itu. Tak lama kemudian ikan salem itu tidur. Giliran ikan salem yang baru terbangun itu berjaga. Matanya yang masih lekat itu memandangi telur-telur yang ada di atas karang. Kelihatannya aman tidak ada apa-apa, pikirnya dengan hati agak tenang. Namun beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja datang sekawanan udang raksasa dari arah selatan. Udang-udang raksasa itu sengaja datang di tengah malam untuk memakan telur-telur ikan salem.

Ikan salem yang sedang berjaga segera bersembunyi setelah mengetahui kedatangan udang-udang raksasa itu. “Wah! jumlah mereka banyak sekali.” Pikir ikan salem itu. Udang-udang raksasa tersebut lalu menuju ke tempat telur-telur ikan salem itu berada. Sedangkan ikan salem yang berjaga segera melaporkan kejadian itu kepada teman-temannya. “Sssss… perlahan-lahan, nampaknya ikan-ikan salem itu tertidur semua. Ayo kita makan telur-telur mereka sampai habis.” Ucap salah seekor udang yang paling besar. “Ya benar, tetapi janganlah terlalu lama karena nanti bisa ketahuan oleh ikan-ikan salem itu.” Seru udang raksasa yang lain.

Pada saat yang bersamaan ikan salem itu sudah membangunkan semua temannya. Mereka semua telah siap bertarung mati-matian untuk mempertahankan telur-telur mereka. Kemudian ikan-ikan salem itu berpencar untuk mengepung udang-udang raksasa dari segala arah. Tak ketinggalan yang betina pun ikut bertarung. Tidak berapa lama terjadilah pertarungan yang seru antara kelompok ikan salem dan kelompok udang raksasa. Namun dalam pertarungan tersebut ikan salem banyak yang gugur, terutama ikan salem jantan. Tidak sedikit pula ikan salem betina yang gugur demi membela telur-telur mereka.

“Wahai salem betina! Mengungsilah kalian ke tempat yang aman dan selamatkanlah telur-telur itu agar menetas di sana!” teriak seekor ikan salem jantan. “Lantas bagaimana dengan nasib kalian!?” seekor ikan salem betina bertanya. “Tidak usah pikirkan kami, kami akan berjuang mati-matian melawannya! Cepatlah pergi, sebelum terlambat!” sahut ikan salem jantan. “Baiklah kalau begitu, mari kita cepat berangkat!” ajak ikan salem betina kepada ikan salem betina lainnya. “Tapi kemana kita hendak pergi?” tanya seekor ikan salem betina.”Sebaiknya kita pergi ke hulu sungai saja, di sana pasti aman.” Seekor ikan salem betina menyarankan.

“Tetapi hulu sungai itu kan sulit dijangkau.” Sahut ikan salem betina lain. “Memang betul, untuk mencapai hulu kita harus melawan arus dan mendaki. Tapi kita harus berjuang menyelamatkan telur-telur kita agar bisa sampai ke hulu dan bisa menetas di sana. Lihatlah ikan-ikan salem jantan! Mereka rela mati untuk membela kita, maka kita pun harus rela berkorban demi menyelamatkan telur-telur kita.” Sahut seekor ikan salem betina dengan bijak. “Baiklah, mari kita berangkat.”

Mereka segera berduyun-duyun menuju muara sungai dengan membawa telur-telurnya. Sesampainya di muara mereka dengan sekuat tenaga mendaki menuju hulu sungai dengan melawan arus yang deras. Perjuangan ikan salem betina tak kalah kerasnya dengan perjuangan salem jantan. Banyak ikan salem betina yang gugur karena terkena batu-batu yang runcing saat melompati tebing, salem jantan pun banyak yang mati terkena cabikan udang raksasa yang ganas.

Beberapa ikan salem betina akhirnya sampai pada hulu sungai dengan selamat. Mereka bahagia dapat menyelamatkan telur-telur mereka sampai di hulu. Walaupun akhirnya mereka itu harus mati karena kelelahan.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Cerita si anak ikan

Dahulu kala, ada seekor anak ikan dan ibunya yang sedang berenang-renang di lautan dalam. Ibu ikan sedang mengajar anak kesayangannya akan erti kehidupan danrealiti yang mereka hadapi. Anak ikan ini bertanya, “Apa banyakkah perkara yang anakanda tidak ketahui wahai ibu?”.

Ibu ikan ini pun berkata, “Duhai anakku yang ku kasihi, sesungguhnya terdapat suatuperkara yang amat penting yang ibu ingin sampaikan…ajaran ini telah disampaikan olehpendita-pendita ikan yang terulung sejak zaman berzaman, telah disebarkan kepadaseluruh warga alam air ini dan ibu harap anakanda juga ambil berat apa yang ingin ibu katakan…Suatu hari nanti, anakanda akan beruji dengan godaan-godaan yang mengelirukan akal… akan anakanda jumpa cacing yang sungguh enak sedang dicucukoleh mata kail dan diikat pada tali yang tidak nampak oleh mata kasar. Cacing itu kelihatan sungguh mengiurkan, sungguh lazat sehinggakan anakanda tidak terfikir akanapapun kecuali utk menikmati juadah yang enak itu… tetapi anakanda kena ingat ituhanyalah muslihat manusia, mengumpan anakanda ke alam lain yang penuh sengsara.”

“Alam apa itu ibu?” “Jika anakanda terjerumus ke perangkap manusia itu.. leher anakanda akan disentapoleh besi yang bercangkuk tajam dan akananda akan merasa kesakitan di muluanakanda. Kemudian, mereka akan tarik anakanda ke arah sesuatu yang menyilaupandangan sehingga anakanda rasa anakanda akan buta… anakanda akan di campakumpama sampah di perut perahu mereka dan anakanda akan berasa sesak keranaanakanda bukan lagi dikelilingi oleh air tetapi udara…

Kemudian mereka akan membawaanakanda ke pasar, mereka letakkan harga..ada manusia yang datang danmencocok-cocok badan anakanda sebelum ada yang membawa anakanda ke rumahmereka. Siksaan mereka belum selesai…manusia itu akan mengelar- ngelar anakanda,menghiris daging dan meletakkan garam dan .. pedihnya ibu tak dapat bayangkan danceritakan..”, sambil si ibu tunduk sayu dan ketakutan.

“Setelah dikelar-kelar… anakanda akan melihat minyak yang panas mengelegak, sehingga percikannya bisa meleburkan kulit anakanda yang halus itu… manusia kemudiannya akan menurunkan anakanda ke dalam minyak yang panas itu sehingga segala daging dan kulit anakanda melecur dan bertukar warna…

Akhirnya.. anakanda akan dilapah, dimamah dan dikunyah oleh gigi-gigi manusia yang tidak mengenal erti belas kasihan itu… Semua siksaan itu berpunca dari godaan yang sedikit… ibu berpesan agar anakanda ingat dan berhati-hati di laut lepas tu…”

Si anak..hanya mengangguk-anggukkan kepalanya… dalam hatinya masih tidak yakin..kerana belum pernah ketemu cacing yang sebegitu… Suatu hari.. setelah di anak ini remaja..dan bersiar-siar dengan kawan-kawannya..mereka terlihat seekor cacing yang amat besar, tampak lazat berseri-seri… semuaikan-kan itu telah mendengar cerita dari orang tua masing-masing.. cuma baru sekarangmelihatnya dengan mata kasar sendiri.. masing- masing menolak satu sama lain.. dan mencabar-cabar agar pergi menjamah juadah itu.. akhirnya si anak yang tidak yakindengan ceritaibunya tadi berkata, “

Ahhhh…masakan benar kata-kata ibuku.. makanan selazat ini tidak akanmendatangkan apa-apa kecuali kenyang perutku. Ini habuanku….”, terlintas nafsu yangdtg menggoda… lalu.. setelah si anak itu mengangakan mulutnya luas-luas dan denganrakusnya membaham cacing itu… mulut dan tekaknya terasa kesakitan yang amatsangat…setelah puas cuba melepaskan diri.. si anak tadi berasa kesal dan sedih dalamdirinya.. kerana dia tahu…apa yang ibu katakan memang benar…cuma segalanya sudah terlambat..hanya kerana nafsu.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Kelelawar yang pengecut

Dahulu kala di sebuah padang rumput yang luas, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. “Kurang ajar” kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung.

“Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita”, usir mereka semua, jangan disisakan !” kata Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya.

Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.

Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata,”Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus, walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu”. Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.

Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok singa dengan batu dan kacang-kacangan. “Awas hujan batu,” teriak para binatang kelompok singa sambil melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung yaitu burung Elang. “Lihatlah sayapku, Aku ini seekor burung seperti kalian”. Elang menerima kelelawar dengan senang hati.

Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah atau badak sambil memegang busur dan anak panah. Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar ?. Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang. Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok burung.

Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyi.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

gagak yang sombong

Pada zaman dulu di tepi hutan, ada seekor burung gagak tua membungkus dirinya dengan bulu-bulu burung merak yang indah dan dia berjalan berkeliling pamer kepada burung gagak yang lain. Sebenarnya dia malah terlihat sangat lucu, karena bulunya yang hitam legam masih terlihat dibalik kostum bulu meraknya. Tetapi dia tetap berjalan angkuh dengan bangga dan memandang teman-temannya yang menonton dengan merendahkan. Burung yang sombong itu bahkan mematuk teman-temannya yang berani datang mendekat. "Tukang tipu!" teriak burung gagak yang lain sambil terbang ke dalam hutan.

Burung gagak tua itu yakin dia secantik burung merak, sehingga ia lalu mendekati sekumpulan burung merak yang sedang berjemur. Dia berpura-pura menjadi burung merak lalu memberi salam pada mereka. Tetapi para burung merak itu tidak tertipu. Mereka melihat bulu burung gagak yang hitam dibalik bulu warna warni. Mereka sangat marah pada kelancangannya sehingga ramai-ramai menghampirinya. Mereka berteriak dan mematukinya tanpa ampun, kostum warna warni gagak itu hancur tercabik cabik.

Kecewa dan sedih, si gagak mencari teman untuk menghibur hatinya. Tetapi teman-temannya juga sudah sangat kecewa padanya. "Tidak! Tidak!" teriak mereka. "Jangan kembali lagi pada kami. Kamu sudah memutuskan untuk menjadi burung merak. Sekarang kamu terima akibatnya." Mereka meneriakinya hingga ia terbang jauh.

Burung malang itu sekarang tidak punya teman. Dia dihukum karena berpura pura menjadi orang lain, dan bahkan mencibir teman temannya yang sederajat. Pesan dari cerita ini adalah : jadilah dirimu apa adanya. Jangan bersikap sombong, tinggi hati, dan ingin merasa lebih baik dari yang lain dengan merendahkan mereka.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Si kancil, kerbau dan buaya

Cerita Si Kancil Kerbau dan Buaya - Pada jaman dahulu di suatu hari si kerbau sedang berjalan di pinggir sungai, dari kejauhan tampak sang buaya sedang mengawasi si kerbau. "Hmm, bagaimana ya supaya aku bisa menangkap si kerbau menjadi santap siangku" si buaya muncul akal jahatnya. Tiba-tiba si kerbau dikejutkan oleh suara minta tolong.

"Tolong..tolong, tolong aku kerbau", si kerbau berlari menuju arah suara itu datang. "Lho buaya, kenapa kamu?, kenapa kamu bisa terjepit pohon disitu? Kamu mau selfie ya?". "Dasar kerbau ga pernah makan bangku sekolah (ya eyaa laah...), cepat bantu tolong aku sini, cepat..!" Si buaya mengerang kesakitan akibat ia sengaja menjatuhkan pohon di atas punggungnya. "Baiklah, sebentar ya aku mau ambil pic kamu, kayaknya bagus buat DP aku nih..hehehe becanda". Si kerbau segera menolong si buaya yang terjebak oleh batang pohon.

Kayu pohon itu segera diangkat oeh tanduk si kerbau, tapi tiba-tiba si buaya menggigit kaki si kerbau dan kerbaupun kesakitan. "Lho buaya, kenapa kamu gigit aku, khan aku sudah menolong kamu, aku ini ingin membebaskan kamu dari batang pohon ini, bagaimana sih ini..?" Si kerbau menjadi heran dengan tingkah buaya tersebut. "Hehehe..memang aku sengaja menjatuhkan pohon ini agar kamu bisa aku makan" jawab si buaya. "Oh begitu ya..baiklah kalau begitu, aku juga ingin minta tolong kayak kamu deh..toloonggg...tolongggin aku" teriak si kerbau.

Tak lama kemudian, si kancil lewat di hadapan kerbau dan buaya. "Ada apa ini?, kalian kok rukun sekali berdua?, aku jadi terenyuh" kata si kancil yang tidak tahu masalahnya. "Rukun? Kamu bilang ini rukun? Ohh plis deh cil, si buaya ini sangat tidak tau cara berterima kasih cil, aku ingin tolong dia..eh malah dia mau menyantap aku" kilah sang kerbau menceritakan kejadian itu kepada si kancil. "Oaalaaa...buaya..buaya...kok kamu ga pernah sadar sih. Coba aku bertanya kepada kamu ya buaya, bagaimana awalnya kamu bisa menjebak si kerbau ini..dari awal lho.." Pinta si kancil kepada buaya untuk menceritakan kejadian itu.

"Begini cil.." Si buaya mulai menceritakan sambil melepas gigitannya di kaki sang kerbau. "Awalnya aku melihat si kerbau berjalan, lalu aku timbul ide untuk menaruh pohon ini diatas punggungku, tapi ternyata pohon ini terlalu berat dan aku tidak bisa bergerak, kemudian aku minta tolong si kerbau tapi si kerbau ini membuat aku lapar dan aku pun menggigit kakinya agar tidak pergi" si buaya menceritakan panjang lebar kepada si kancil. "Ooh begitu ya, lalu bagimana si kerbau mencoba membebaskanmu, buaya?" Tanya si kancil. "Dia mengangkat batang pohon ini dengan tanduknya". Jawab si buaya. "Apakah kamu ingin bebas dan tidak bohong lagi?" Tanya si kancil kepada buaya. "Iya cil, pohon ini terlalu berat dari yang aku bayangkan..hikss..aku menyesal cil.." Si buaya mulai sedih. "Baiklah karena kamu jujur dan mau mengakui kesalahan, baiklah kali ini kamu akan kami lepaskan tapi ingat, jangan kamu ulangi lagi kesalahan kamu seperti ini lagi yaa" pinta si kancil. "Baiklah aku berjanji cil, dan aku tidak akan mengulanginya lagi" si buaya berjanji. Tak lama kemudian si buaya lepas dan kembali ke sungai.



Pesan Moral Cerita Si Kancil Kerbau dan Buaya adalah :

Kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain, dan tidak boleh semena-mena kepada semua makhluk hidup ciptaan-Nya.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

Seruling ajaib

Pada suatu hari, Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu. “Ternyata enak juga jalan-jalan dihutan bambu, sejuk dan begitu damai,” kata kancil dalam hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu. “Tolong! Tolong!” teriak kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap mudah-mudahan ada binatang lain yang menolongnya.

Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia berkhayal bisa bernyanyi seperti burung. “Andai aku bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau mengajari aku bernyanyi ya ?”, tanyanya dalam hati. Semilir angin membuat harimau terkantuk-kantuk. Tak lama setelah ia mendengkur, terdengar suara berderit-derit. Suara itu semakin nyaring karena terbawa angin. “Suara apa ya itu ?” kata harimau.

“Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah hutan bambu, lebih baik aku selidiki saja,” ujar si harimau. Suara semakin jelas ketika harimau sampai di hutan bambu. Ia mendapati ternyata seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon bambu. “Wah aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah payah hidangan lezat sudah tersedia”, ujar harimau kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh kancil yang gemuk. Kancil sangat ketakutan.”Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dengan selamat ?”, pikir si kancil.

“Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan mengenyangkanmu.” “Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini,” ujar si harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet….kriet… “Suara apa itu ?”, Tanya Harimau penasaran. “Itu suara seruling ajaibku,” jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri. “Aku bersedia mengajarimu asalkan engkau tidak memangsaku, bagaimana ?” Tanya si kancil. Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia berpikir meniup seruling tidak kalah hebat dengan bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara harimau memperhatikan dengan serius. “Koq lagunya hanya seperti itu ?”, Tanya harimau. “ini baru nada dasar”, jawab kancil.

“Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku”, kata si kancil. Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil terbebas dari jepitan pohon bambu. “Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan ,” Kancil menerangkan dengan serius. “Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak ngadat suaranya bagus lho.” “Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada seruling ajaib,” kata kancil dalam hati. “Harimau yang telah terjepit diantara batang bamboo tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil. “Kau mau pergi kemana, Cil ?”, Tanya harimau. “Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup seuling,” jawab si kancil. “Masa aku harus belajar sendiri ?”, tanya harimau lagi. “Aku pergi tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil sambil pergi meninggalkan harimau.

Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang. Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. “Hore aku bisa !”, seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik lidahnya dari jepitan batang bambu. “Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil, betapa bodohnya aku ini !, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang bergesekan. “Grr, benar-benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil”, kata harimau.

Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau beristirahat di bawah pohon. Angin berhembus kembali. Kriet..kriet..krietmembuat batang-batang bambu saling bergesekan dan berderit-derit. Hal ini membuat amarah harimau sedikit reda. Ia jadi mengantuk dan akhirnya tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat meniup seruling asli ! Membuat para binatang menari dan menyanyi.


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

J

isi


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

J

isi


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

J

isi


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

J

isi


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

J

isi


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

J

isi


(SELESAI)



ScrollStopMenu

Galey Fabel

J

isi


(SELESAI)



ScrollStopMenu