NAFSU MANUSIA
( نَفْسُ اْلإِنْسَانِ )
Bagan
Nafsu
NAFSU ada pada manusia setelah bercampur JASAD dan RUH (7:172. 39:42)
- JASAD + RUH = NAFSU
- JASAD – RUH (tidur) = TIDAK ADA NAFSU
- RUH – JASAD (mati) = TIDAK ADA NAFSU
Nafsu yang pertama ada adalah nafsu yang mengakui Allah SWT sebagai Tuhan
Ternyata ketiganya berfungsi sesuai dengan urutan tersebut
7:172
وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا
Kondisi Nafsu Manusia
Kondisi jiwa manusia tidak pernah statik, tapi dinamik (fluktuatif)
- Saat dzikir menonjol -> nafsu akan tenang 13:28
- Saat akal menonjol -> nafsu terombang-ambing
- Saat syahwat menonjol -> nafsu tak terkawal
Mengawal jiwa sangat penting dalam kehidupan muslim selamat dunia akhirat
Ruh ( ااَلرُّوْحُ )
Allah SWT memuliakan ruh sehingga menyandingkan ruh dengan DiriNya (32:9) رُوحِهِ (ruhNya)
Ini seperti pada kalimat بيت الله تعالى (rumah Allah Ta’ala) dan ناقة الله تعالى (unta Allah Ta’ala)
Juga sebagai pemberitahuan bahwa ruh itu adalah makhluk yang menakjubkan dan ciptaan yang belum pernah ada sebelumnya
Hawa ( االهوى )
Berarti KEINGINAN: baik ataupun buruk
Mengikuti hawa berarti mengikuti apa saja keinginannya, baik ataupun buruk, tanpa batasan
Ia seperti BINATANG
Ada manusia yang menuhankan hawa-nya (25:43, 45:23) إِلَهَهُ هَوَاهُ (tidak ada yang sesuatu yang diingini kecuali diikutinya)
Jika Ruh Mendominasi Hawa
Jika kondisi RUH kita dominan atas hawa:
Manusia akan ringan untuk beribadah, berkorban, berjihad, dll
Hilanglah kemalasan untuk beribadah
Jiwanya menjadi tenang karena banyak dzikrullah (13:28)
Mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar (29:45)
Oleh karena itu, agar kondisi ini (ruh dominan atas hawa) maka PERLU MEMPERBANYAK DZIKRULLAH
Jiwa yang selalu tenang itu disebut dengan ( اَلنَّفْسُ اَلْمُطْمَئِنَّةُ )
اَلنَّفْسُ اَلْمُطْمَئِنَّةُ
Nafsul Mutma'innah
حَالٌ مَنِ اطْمَأَنَّتْ نَفْسُهُ إِلَى اللهِ تَعَالَى ، فَسَلِمَ لأَمْرِهِ ، وَاتِّكَلَ عَلَيْه
keadaan orang yang jiwanya tenang kepada Allah Ta’ala, sehingga ia menerima perintahNya dan bertawakkal kepadaNya
Jiwa yang tenang dan yakin: yakin bahwa Allah adalah Tuhannya, maka ia tunduk kepadaNya
Jiwa yang meyakini dan tenang dengan pahala Allah
Jiwa yang ridho dengan ketetapan Allah
Jiwa ini, istiqamah di atas taubatnya hingga akhir kehidupan, lalu menyusuli kekurangannya dan tidak berkeinginan untuk mengulangi dosa-dosanya, kecuali ketergelinciran yang tidak dapat dihindari kecuali oleh para Nabi
Ia dapat juga tidak terlepas dari perlawanan hawa nafsu tetapi serius dalam melakukan mujahadah dan menentangnya
Tanggung Jawab / Mas'uliyah ( اَلْمَسْؤُوْلِيَّةُ )
Karena Allah telah memberikan ketiga potensi itu, maka Allah memberikan tanggung jawab (mas’uliyah)
Mas’uliyah ini memang berat sehingga makhluk Allah yang lain pun enggan, termasuk makhluk Allah yang besar-besar: gunung, bumi, bahkan langit (33:72)
Mas’uliyah ini akan dimintakan pertanggungan jawab 17:36
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya. Imam itu pemimpin dan akan dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya. Laki-laki itu pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya. Wanita itu pemimpinan di rumah suaminya dan akan dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya. Pembantu itu pemimpin bagi harta tuannya dan akan dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya. (Bukhari)
Dua Sikap
Sikap terhadap mas’uliyah dari Allah itu ada dua
- Amanah ( َلأَمَانَةُ)
- Khiyanah ( اَلْخِيَانَةُ )
Sesiapa yang memfungsikan potensinya dengan semestinya berarti mengemban mas’uliyah dengan baik atau disebut amanah. Sebaliknya, khiyanah
Amanah ( َلأَمَانَةُ)
Bagi yang amanah, Allah akan memberikan khilafah (kepemimpinan)
Khilafah ( اَلْخِلاَفَةُ )
Hakikat Khilafah : Khilafah itu berarti pengganti atau wakil
- Bukan pemilik yang sebenar
- Allah pemilik yang sebenar (43:84, 35:13)
- Tapi Fir’aun merasa memiliki kekuasaan bahkan mengaku tuhan (79:24)
- Mesti menggunakannya sesuai kehendak mustakhlif (yang memberikan khilafah)
- Tidak boleh melampaui peraturan dari mustakhlif (4:14, 2:229)
Penjelasannya ada dalam 24:55
- Iman dan amal shalih
- Khilafah di muka bumi
- Kekokohan agama
- Keamanan
- Masyarakat yang bebas dari syirik
Khiyanah ( اَلْخِيَانَةُ )
Seperti binatang ternak (7:179)
Seperti anjing (7:175-176)
Seperti kera (5:60)
Seperti babi (5:60)
Seperti laba-laba (29:41)
Seperti keledai (62:5)
Seperti kayu yang bersandar (63:4)
Seperti batu (2:74)