TAUHIDUL IBADAH
(تَوْحِيْدُ الْعِبَادَةِ)
Bagan
Konsekuensi Tauhid
Konsekuensi dari mentauhidkan Allah adalah tertanamnya IKHLAS dalam diri mu’min (98:5)
Surat ke-112 disebut surat Al-Ikhlas karena di dalamnya berisi menegaskan keesaan Allah Ta’ala dan bersih dari syirik
38:83 Mukhlis = orang yang diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah
Mengingkari thaghut
(اَلْكُفْرُبِالطَّاغُوْتِ)
Ingkar kepada Thaghut
Ingkar kepada Thaghut (2:256)
Melepaskan diri dari
semua tandingan-tandingan dan
berhala-berhala serta
segala sesuatu yang diserukan oleh setan berupa penyembahan kepada selain Allah
Arti thaghut secara detail akan dibahas di materi: “Akhtharusy Syirk”
Tapi secara umum berarti setan
Hukum Thaghut
4:60 Pengakuan beriman kepada apa yang telah diturunkan Allah -> melepaskan diri dari hukum thaghut
Jika tidak, maka imannya hanya sekedar pengakuan di bibir saja, realitanya tidak
Allah telah ingkat terhadap keimanan yang demikian
Ayat ini mencela orang yang menyimpang dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya, lalu menyerahkan keputusan perkaranya kepada selain Kitabullah dan Sunnah RasulNya, yaitu kepada kebatilan
Mengingkari JIBT
4:51 celaan kepada ahli kitab yang masih mempercayai jibt dan thaghut
JIBT
Sihir
Syirik
Berhala-berhala
Juru ramal
Huyay bin Akhtab
Ka’ab bin Asyraf
إِنَّ الْعِيَافَةَ وَالطِّيَرَةَ وَالطَّرْقَ مِنْ الْجِبْتِ
Sesungguhnya ‘iyafah, thiyarah, dan tharq termasuk jibt (HR Ahmad)
‘Iyafah, Thiyarah, Tharq
‘IYAFAH
Semacam ramalan yang dilakukan dengan mengusir burung
THIYARAH
Merasa sial melalui arah burung yang terbang di atas atap rumahnya
THARQ
Semacam ramalan dengan cara membuat garis-garis di tanah
Mengimani allah
(الإِيْمَانُ بِاللهِ)
Beriman kepada Allah
Ini konsekuensi ikhlas yang kedua
Ingkar kepada thaghut dan iman kepada Allah mesti dalam satu kesatuan, tidak boleh dipisahkan
Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa tidak ada mendatangkan manfaat dan mudharat melainkan atas izin Allah SWT
Bukan dukun
Bukan tukang ramal
Bukan hukum jahiliyah
Bukan arah terbang burung
Keimanan Nabi Ibrahim AS
26:77-82
karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam,
(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".
Keimanan Para Sahabat
Yasir dan Sumayyah
Menolak untuk mengakui Hubal meskipun akhirnya syahid
Bilal bin Rabah
Tetap pada pendiriannya: Ahad, ahad, ahad
Ka’ab bin Malik
Dalam kondisi mendapatkan hukuman dari Allah karena tidak ikut Perang Tabuk dengan cara “diasingkan” dari komunitas kaum Muslimin, beliau tetap menolak tawaran Raja Ghassan untuk bergabung dengannya
Bahkan merobek-robek surat suaka dari Raja Ghassan
Menjauhi thaghut
(اَلإِبْتِعَادُ عَنِ الطَّاغُوْتِ)
Menjauhi thaghut
Ingkar kepada thaghut itu dibuktikan dengan menjauhinya
16:36 وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Ini adalah misi setiap Nabi dan Rasul sejak dahulu, maka bagaimana mungkin kafir Quraisy itu mengatakan
لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ
Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia (16:35)
Bukankah melalui lisan para rasul itu sudah dijelaskan masalah ini?
Allah mengingkari anggapan mereka dengan menurunkan adzabNya setelah diutusnya para rasul
Enggan Bersa’i
Kesungguhan para sahabat dalam menjauhi thaghut sampai-sampai ketika sa’i antara Shafa dan Marwah diwajibkan, orang-orang Anshar enggan melakukannya
Di masa jahiliyah mereka biasa melakukan sa’i, maka ketika sampai di Shafa mereka mengusap berhala Isaf dan ketika di Marwah mereka mengusap berhala Nailah
Setelah Islam mereka merasa bahwa sa’i itu perbuatan jahiliyah, maka mereka meninggalkannya
Kemudian sa’i ditetapkan sebagai bagian dari syi’ar Allah saat berhaji (2:158), tapi mereka masih enggan karena ingat masa jahiliyah
Akhirnya mereka melakukannya karena sudah tidak ada lagi berhala-berhala seperti sebelumnya
Kabar Gembira
39:17-18 Allah memberikan kabar gembira bagi yang menjauhi thaghut (tidak menyembahnya) dan kembali kepada Allah
Berita gembira itu disuruh oleh Allah disebarkan kepada hamba-hambaNya yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya
Berita gembiranya adalah bahwa mereka akan mendapatkan hidayah dan digolongkan sebagai Ulul Albab
Beribadah kepada Allah saja
(عِبَادَةُ الله وَحْدَهُ)
Konsekuensi dari beriman kepada Allah adalah beribadah kepada Allah saja (16:36)
Ibadah menjadi satu-satunya poros hidupnya
Seluruh aktivitasnya:
hati, lisan, dan perbuatan
Besar dan kecil
Nyata dan tersembunyi
Dulu, sekarang dan akan datang
Bidang ekonomi, politik, hankam, budaya, kemasyarakatan ditujukan untuk beribadah kepada Allah saja
Tidak syirik
(عَدَمُ الشِّرْكِ)
Jika sudah jauh dari thaghut, maka berarti sudah bersih dari syirik
39:3 orang musyrik menyembah berhala dengan alasan untuk mendekatkan kepada Allah sedekat-dekatnya, padahal agama Allah adalah agama yang bersih dari syirik (الدِّينُ الْخَالِصُ)
39:11 perintah menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan dalam beragama
39:14 “Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku”
Mentauhidkan ibadah
(تَوْحِيْدُ الْعِبَادَةِ)
Mentauhidkan Ibadah
أَرَأَيْتَ رَجَلاً يُصَلِّي، يَبْتَغِي وَجْهَ اللهِ، وَيُحِبُّ أَنْ يُحْمَدَ، وَيَصُوْمُ وَ يَبْتَغِي وَجْهَ اللهِ، وَيُحِبُّ أَنْ يُحْمَدَ، وَيَتَصَدَّقُ وَ يَبْتَغِي وَجْهَ اللهِ، وَيُحِبُّ أَنْ يُحْمَدَ، وَيُحِجُّ وَ يَبْتَغِي وَجْهَ اللهِ، وَيُحِبُّ أَنْ يُحْمَدَ، فقال عبادة: لَيْسَ لَهُ شَيْءٌ، إِنَّ الله تعالى يَقُوْلُ: "أَنَا خَيْرٌ شَرِيْكٌ، فَمَنْ كَانَ لَهُ مَعِيَ شَرِيْكٌ فَهُوَ لَهُ كُلُّهُ، لاَ حَاجَةً لِي فِيْهِ"
Ubadah bin Shamit ditanya, “Apa pendapatnya jika ada orang yang shalat mengharap Wajah Allah juga suka dipuji, berpuasa mengharap Wajah Allah juga suka dipuji, bersedekah mengharap Wajah Allah juga suka dipuji, berhaji mengharap Wajah Allah juga suka dipuji?” Ubadah menjawab, “Tidak mendapatkan bagian apapun. Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, “Aku sekutu yang terbaik. Siapa yang memiliki sekutu denganKu maka baginya semuanya, tidak ada keperluanKu di dalamnya.”
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
“Tidaklah akan berkumpul keikhlasan dalam hati bersama rasa senang untuk dipuji dan disanjung dan keinginan untuk memperoleh apa yang ada pada manusia kecuali sebagaimana terkumpulnya air dan api…” (Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim)