a. Menguatkan Bolehnya Perdamaian dengan Barang yang Majhul


عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ جَاءَ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ يَخْتَصِمَانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوَارِيثَ بَيْنَهُمَا قَدْ دُرِسَتْ لَيْسَ بَيْنَهُمَا بَيِّنَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَلْحَنُ بِحُجَّتِهِ أَوْ قَدْ قَالَ لِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَإِنِّي أَقْضِي بَيْنَكُمْ عَلَى نَحْوِ مَا أَسْمَعُ فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ مِنْ حَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا فَلَا يَأْخُذْهُ فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّارِ يَأْتِي بِهَا إِسْطَامًا فِي عُنُقِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

فَبَكَى الرَّجُلَانِ وَقَالَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا حَقِّي لِأَخِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَمَا إِذْ قُلْتُمَا فَاذْهَبَا فَاقْتَسِمَا ثُمَّ تَوَخَّيَا الْحَقَّ ثُمَّ اسْتَهِمَا ثُمَّ لِيَحْلِلْ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْكُمَا صَاحِبَهُ

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha ia berkata, Ada dua orang yang datang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masalah warisan antara keduanya yang tidak jelas lagi ciri-cirinya, dan masing-masing tidak memiliki bukti, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya kalian mengadukan kepadaku, padahal aku hanyalah manusia, mungkin saja salah seorang di antara kamu lebih pandai beralasan daripada yang lain. Saya memutuskan hanyalah berdasarkan yang saya dengar, siapa saja yang telah saya tetapkan sehingga memperoleh hak saudaranya, maka janganlah mengambil, karena sebenarnya saya memberikan kepadanya sepotong api yang akan dibawanya besi itu di lehernya pada hari kiamat.”

Lalu keduanya menangis dan masing-masingnya berkata kepada yang lain, “Hak saya untuk saudara saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Adapun jika kamu berdua berkata begitu, maka pergilah dan bagilah berdua dan niatkanlah mencari yang hak dan lakukanlah undian (setelah dilakukan pembagian), lalu masing-masing hendaknya menghalalkan saudaranya.”

HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah

Hadis ini  diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, Isnadnya hasan