عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ:
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْوَسْوَسَةِ قَالَ:
تِلْكَ مَحْضُ الْإِيمَانِ
(رواه مسلم)
Dari Abdullah dia berkata:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai perasaan waswas,
maka beliau menjawab:
“Itu adalah tanda keimanan yang murni (benar)”.1
HR. Muslim
♦ Syarah hadits
- Ahmad al-Haitami mengatakan bahwa obat yang paling mujarab untuk penyakit was-was adalah tidak peduli secara keseluruhan, meskipun didalam dirinya muncul keragu-raguan yang hebat. Karena jika dia tidak perhatikan keraguan ini, maka keraguannya tidak akan menetap dan akan pergi dengan sendiri dalam waktu yang tidak lama. Sebaliknya, orang yang memperhatikan keraguan yang muncul dan menuruti bisikan keraguannya, maka dorongan was-was itu akan terus bertambah, sampai menyebabkan dirinya seperti orang gila atau lebih parah dari orang gila.2
- Ahmad al-Haitami mengatakan bahwa was-was hanya akan mendatangi orang yang diliputi kebodohan dan tidak paham, sehingga menjadi orang yang tidak punya kemampuan untuk membedakan. Sementara orang yang berada di atas ilmu dan akal yang hakiki maka dia tidak akan keluar dari ittiba’ (mengikuti sunah) dan tidak cenderung ke bid’ah.3