Hadis 36


قاَلَ الإمَامُ البُخاَرِي رَحِمَهُ اللهُ:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الشِّغَارِ وَالشِّغَارُ أَنْ يُزَوِّجَ الرَّجُلُ ابْنَتَهُ عَلَى أَنْ يُزَوِّجَهُ اْلآخَرُ ابْنَتَهُ لَيْسَ بَيْنَهُمَا صَدَاقٌ.

Imam al-Bukhari ra berkata:
Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa:

Rasulullah saw melarang al-Syighar. Al-Syighar adalah seseorang menikahkan anak perempuannya kepada orang lain agar orang lain tersebut juga mau menikahkan anak perempuannya dengannya, sedangkan di antara keduanya tidak ada mahar.

Pesan-pesan hadis:

  1. Dilarang melakukan menikahkan putrinya yang masih kecil tanpa mahar.
  2. Boleh menikahkan seorang putri yang sudah baligh.
  3. Pernikahan yang dilarang adalah pernikahan yang merugikan pasangan.
Sahih al-Bukhari, hadis no. 4720. Lihat juga hadis no. 6445. Selain oleh al-Bukhari, hadis ini juga diriwayatkan oleh: Muslim, hadis no. 2537, 2538 dan 2539; al-Tirmizi, hadis no. 1043; al-Nasa’i, hadis no. 3282, 3285 dan 3286; Abu Daud, hadis no. 1776; Ibn Majah, hadis no. 1873; Ahmad, hadis no. 4297, 4463, 4682, 5037 dan 3596; Malik, hadis no. 980; al-Darimi, hadis no. 2085.