B. Teori I’tibar As-Sanad


Menurut Syuhudi Ismail dalam Muhammad Alfatih, bahwa kata I’tibar merupakan ism masdar dari kata I’tabara. Secara etimologis, al-I’tibar adalah “peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”. Sedangkan menurut istilah, al-I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, supaya dapat diketahui ada tidaknya periwayat yang lain untuk sanad hadis dimaksud.

Tujuan dilakukannya al-I’tibar yaitu agar terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad yang diteliti, nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan al-I’tibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung (corroboration) berupa periwayat yang berstatus muttabi’ atau syahid. Muttabi’ ialah periwayat yang berstatus pendukung para periwayat yang bukan shahabat Nabi SAW, sedangkan syahid yaitu periwayat yang berstatus pendukung untuk shahabat Nabi SAW. Melalui cara ini akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki muttabi’ dan syahid atau tidak.[7]

Dalam penelitian masa kini istilah I’tibar penulis fahami dengan trianggulasi data, di mana satu data bisa di kuatkan dengan data yang lainnya sehingga menjadi satu informasi yang lengkap dalam mengorganisir suatu ilmu, dengan demikian pendalaman dan pemahaman suatu informasi ilmu bisa dilakukan dengan melakukan penelitian, dalam ilmu hadis disebut takhrij hadis.

[7] Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metode Penelitian Hadis, hal. 67, Teras, Yogyakarta, 2009. Bandingkan dengan M. Syhudi Isma'il. Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hal. 51-52, Bulan Bintang Jakarta, 1992.