Kesimpulan


Nama asli ‘Aisyah adalah ‘Aisyah binti Abi Bakar Ash-Shiddiq At-Taimiyah, beliau adalah ibunya orang-orang yang beriman (ummul mu’minin), julukannya adalah Ummu ‘Abdillah Al-Faqihah, ibunya bernama Ruman binti ‘Amir bin ‘Uwaimir bin ‘Abdi Syamsi bin ‘Utab bin Adzinah bin Dahman bin Al-Harits bin Ghanam bin Malik bin Kinanah. ‘Aisyah wafat pada bulan ramadhan tahun 58 Hijriyah.

’Aisyah menerima hadis mayoritas dari suaminya yaitu Muhammad Rasulullah SAW, dari ayahnya (Abu Bakar As-Shiddia), dari Umar, Hamzah bin ’Amr Al-Aslami, Sa’d bin Waqash, Jidamah binti Wahab Al-Asdiyah dan Fatimah Az-Zahrah. Sedangkan orang-orang yang menerima hadis dari ’Aisyah banyak sekali di antaranya dari jalur keluarganya, jalur sahabatnya, jalur tabi’in besar. Banyak yang menilai beliau sebagai orang yang; jujur, tempat bertanya tentang faraidh, tempat bertanya tentang kucing, orang yang lebih tahu di antara manusia lainnya, ahli fiqih, se-faqih-faqihnya manusia, sebaik-baik manusia dalam meriwayatkan hadis, jika seluruh ilmu ’Aisyah dibandingkan dengan ilmu semua istri Nabi SAW dan semua perempuan niscaya ilmu ’Aisyah lebih utama dan  yang paling dicintai Rasul SAW. Hadis riwayat ‘Aisyah tersebar kebeberapa kitab hadis di antaranya; (1) Musnad Ahmad bin Hanbal, (2) Shahih Al-Bukhari, (3) Shahih Muslim, (4) Sunan Abu Daud, (5) Sunan Al-Tirmidzi, (6) Sunan An-Nasa’i, (7) Sunan Ibnu Majah, (8) Sunan Ad-Darimi dan (9) Muwatha Malik.

Alasan tentang kehebatan ‘Aisyah yaitu sebagai perawi terbanyak meriwayatkan hadis diantara istri-istri yang lainnya, di antaranya yaitu;

1) ‘Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Di Kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu.

2) Di hati rasulullah SA, kedudukan ‘Aisyah sangat istimewa, dan itu tidak dialami istri-istri beliau yang lain. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh anas bin Malik dikatakan bahwa cinta pertama yang terjadi di dalam Islam adalah cintanya Rasulullah kepada ‘Aisyah.

3) Kecerdasan ‘Aisyah dalam menyerap ilmu melalui panca inderanya ketika bersama dengan suaminya. Banyak hadis yang membicarakan tentang keutamaan ‘Aisyah di antaranya bahwa ‘Aisyah merupakan jodoh Nabi Muhammad SAW yang sudah ditentukan oleh Allah SWT yang dilihat secara langsung dalam mimpi Rasul. Rasulullah sangat memahami karakter ‘Aisyah baik ketika  marah maupun sebaliknya. ‘Aisyah pernah di fitnah, tapi itu merupakan ucapan orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena ingin menjelek-jelekkan citra Rasul supaya masyarakat benci. Ada satu perbedaan yang mendasar antara ‘Aisyah dan Khadijah yaitu dari segi usia, kecerdasan, fisik dan kesaksian para ulama atas pribadi ‘Aisyah.

Adapun bab-bab hadis ‘Aisyah yang dijadikan sampel penelitian (365 buah hadis) yaitu terdiri dari 12 tema besar (kitab) dan terdiri dari 265 bab sebagaiman telah disebutkan pada bab sebelumnya.

Karena melihat keterbatasan waktu, penulis membatasi hanya satu hadis saja yang di takhrij secara I’tibar yaitu hadis tentang meminta keselamatan (اللهم انت السلام ومنك السلام …). Hadis ini secara kuantitas termasuk kepada hadis Ahad yang yang ‘Aziz pada awalnya, akan tetapi pada thabaqat selanjutnya perawinya semakin bertambah sehingga menjadi masyhur bahkan sampai mencapai mutawatir. Lafdz hadits ini bil ma’na artinya lafadznya berbeda tetapi maksudnya sama. Sedangkan secara kualitas hadis ini termasuk hadis hasan karena ada perawi yang lemah hafalannya dan termasuk hadis yang maqbul.

Secara historis memang tidak ada kasus yang khusus berkenaan dengan hadis ini, akan tetapi ada kebiasaan-kebiasaan para sahabat yang terekam dalam beberapa jalur (riwayat) terkait dengan doa meminta keselamatan ini, di antaranya; bahwa hadis ini sering diucapkan Rasulullah SAW setelah selesai shalat dan ketika melihat Baitullah pun Rasulullah SAW berdoa, sambil mengangkat kedua tangannya. Semua yang dilakukan Rsulullah tersebut diikuti oleh para sahabat dan seterusnya, hingga sekarang ini, mayoritas umat Islam umumnya membaca doa ini setelah selesai shalat, ketika mau bepergian dan dalam perjalanan. Inilah yang disebut hadis fi’liyah dan merupakan sunnah Rasul apabila dilakoninya. Hadis ini juga tidak bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an akan tetapi sebagai penguat Al-Qur’an karena di dalamnya terdapat anjuran untuk menyebarkan salam dan meminta keselamatan yang terdapat dalam tema yang bermacam-macam, oleh karena itu hadis ini sebagai bayan taqrir bagi Al-Qur’an. Karena hadis ini tidak bertentangan dengan Al-qur’an maka hadis ini boleh diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (ma’mul) dan dapat dijadikan hujjah.