Menurut Utang Ranuwijaya, bahwa kegiatan men-takhrij hadis muncul dan diperlukan pada masa ulama mutaakhkhirin. Sedangkan sebelumnya, hal ini tidak pernah dibicarakan dan diperlukan. Kebiasaan para ulama mutaqaddimin menurut al-‘Iraqi, dalam mengutip hadis-hadisnya tidak pernah membicarakan dan menjelaskan dari mana hadis itu dikeluarkan, serta bagaimana kualitas hadis-hadis tersebut, sampai kemudian datang an-Nawawi yang melakukan hal itu.
Pemikiran tentang pen-takhrij-an hadis ini muncul dan diperlukan, ketika para ulama merasa mendapat kesulitan untuk merujukkan hadis-hadis yang tersebar pada berbagai kitab dengan disiplin ilmu agama yang bermacam-macam. Hal ini yang menyebabkan para ulama mulai membicarakan tentang takhrij. Mereka mengeluarkan hadis-hadis yang dikutip dalam kitab-kitab lain, dengan merujuk kepada sumbernya. Di dalamnya juga dibicarakan kualitas-kualitas ke- shahih-annya, dari perkembangan ini kemudian muncul kitab-kitab takhrij.[9]
Ulama yang pertama kali melakukan takhrij menurut Mahmud ath-Thahhan ialah al-Khathib al-Baghdadi (w. 463 H). Kemudian dilakukan juga oleh Muhammad bin Musa al-Hazimi (w. 584 H) dengan karyanya Takhrij Ahadits al-Muhadzdzab. Ia men-takhrij kitab fiqih Syafi’iyah karya Abu Ishaq asy-Syirazi. Ada juga ulama lainnya seperti Abu al-Qasim al-Husaini dan Abu al-Qasim al-Mahrawani. Karya kedua ulama ini hanya berupa mahthuhah (manuskrip) saja. Pada perkembangan berikutnya, banyak bermunculan kitab-kitab tersebut yang berupaya men-takhrij kitab-kitab dalam berbagai disiplin ilmu agama.
Di antara kitab-kitab yang masyhur selain karya Muhammad bin Musa al-Hazimi tersebut, yaitu kitab takhrij Ahadits al-Mukhtashar al-Kabir karya Muhammad bin Ahmad Abd al-Hadi al-Maddisi (w, 744 H), Nashb ar-Rayah li Ahadits al-Hidayah dan Takhrij Ahadits al-Kasysyaf, keduanya karya Abdullah bin Yusuf al-Zaila’i (w. 762 H), dan al-Badr al-Munir fi Tarikh al-Ahadits wa al-Atsar al-Waqi’ah fi Syarh al-Kabir karya Ibn al-Mulaqqin (w. 804 H), Al-Mughni ‘an Hamli al-Asfar fi al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ahya’ min al-Akhbar dan Takhrij al-Ahadits al-Lati Yasyiru Ilaiha al-Tirmidzi fi Kulli Bab, keduanya karya Abd ar-Rahim bin al-Husain al-‘Iraqi (w. 806 H), At-Takhlish al-Habir fi Takhrij Ahadits Syarh al-Wajiz al-Kabir dan Ad-Dirayah fi Takhrij Ahadits al-Hidayah karya Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H), dan Tuhfah ar-Rawi fi Takhrij Ahadits al-Baidlawi karya Abd ar-Ra’uf Ibn ‘Ali al-Munawi (w. 1031 H).[10]