Ketika Rasulullah dan Rombongan bergerak menuju Madinah. Beliau berjalan bersama para sahabatnya siang dan malam tanpa istirahat. Karena kekhawatiran terjadi kekacauan dengan musuh. Seharian beliau berjalan bersama sahabat-sahabatnya hingga malam, beliau dan para sahabat beristirahat sebentar. Hingga akhirnya tanpa terasa para sahabatnya tertidur pulas, ketika kaki-kaki mereka menyentuh tanah. Kemudian beliau membangunkan para sahabat yang pulas. Dia menyruruh sesorang agar mengumumkan , bahwa rombongan siap berangkat kembali. Akhirnya mereka sampai di Madinah. Muhammad membacakan sebauh ayat: “Mereka berkata, sesungguhnya jika kita kembali ke Madinah, maka orang-orang yang terpandang akan mengusir orang-orang hina lagi lemah. Padahal kemuliaan itu adalah milik Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin.Hanya saja orang-orang munafik itu tidak mengetahui.
Semua pasukan tidur pulas di rumah mereka masing-masing dalam kepulasan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Pada saat itu Muhammad mengunjungi rumah istri-istrinya. Beliau tidak mendapatkan ‘Aisyah. Tampaknya ‘Aisyah tidak pulang bersama rombongan.
Keesokan harinya, seorang pemuda tampan bernama Shafwan menuntun untanya datang ke Madinah bersama ‘Aisyah. Abdullah bin Ubay melihatnya, lalu dia tersenyum sinis pada orang-orang yang ada disekitarnya, dan Abdullah bin Ubay menyebarluaskan berita memalukan ini tanpa dilihat sebab-sebabnya. Baru saja Abdullah bin Ubay membuat kekacauan dengan fitnah-fitnahnya dan terhindar dari hunusan pedang, belum kapok juga ia ingin membuat Rasulullah Malu di depan teman-teman dan masyarakat dengan berita bohongnya itu.
Berita itu akhirnya tersebar luas dan sampai ketelinga Rasulullah SAW, penderitaan Rasulullah semakin bertambah dengan adanya fitnah tersebut. Pada awalnya Rasul SAW membiarkan dan mendiamkannya berita itu dibicarakan orang, namun pada akhirnya beliau bertanya langsung pada orang-orang terdekat ‘Aisyah dan istri-istri beliau yang lain dan mereka mengakui bahwa ‘Aisyah bukanlah orang yang berbudi pekerti buruk. Lalu Rasul SAW menemui ‘Aisyah di rumah orang tuanya, dan berkata pada ‘Aisyah yang saat itu duduk ditengah-tengah kedua orang tuanya. Kata Rasul : ‘Aisyah! Jika engkau benar-benar telah melakukan keburukan, sebagaimana yang dikatakan orang-orang, maka bertaubatlah pada Allah. Karena sesungguhnya Allah akan menerima pertaubatan hamba-Nya.
‘Aisyah menangis dan mendesak pada ayah dan ibunya agar menjawab kata-kata yang diucapkan suaminya. Tapi kedua orang tuanya mengatakan pada ‘Aisyah, “Demi allah, aku tidak tahu apa yang harus aku jawabkan pada suamimu”.Di tengah isak tangisnya ‘Aisyah berkata pada suaminya, “Demi allah, aku tidak akan bertaubat pada Allah selamanya mengenai apa yang engkau katakan itu. Aku tahu, jika aku mengakui tuduhan orang-orang, Allah-lah yang maha Mengtahui bahwa diriku mengatakan apa yang sebenarnya tidak aku lakukan. Jika aku menyangkal terhadap tuduhan mereka sebagaimana kata-kata yang dilontarkan Yusuf AS, “sabar itu baik”. Dan Allah lah yang akan dijadikan tempat bermohon atas tuduhan-tuduhan yang kalian semua katakana.
Air mata Abu Bakar dan istrinya tidak dapat dibendung lagi. Maka tenggelamlah mereka semua dalam tangis. Tidak satu pun akal yang mampu menembus tirai mengerikan yang di belakangnya tersembunyi sebuah kebenaran yang teramat serius. Itulah salah satu cobaan bagi Rasul SAW yang dilancarkan musuh-musuh rasul untuk menodai kehormatannya.[37]
[37] Abdurrahman Asy-Syarqowi, Roman Sejarah Muhammad Sang Pembebas, hal. 253-263, Cet. I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997.
