Bolehnya Meminta Khulu’


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : أَنَّ امْرَأَةَ ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ أَتَتِ النَّبِىَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ مَا أَعْتُبُ عَلَيْهِ فِى خُلُقٍ وَلاَ دِينٍ ، وَلَكِنِّى أَكْرَهُ الْكُفْرَ فِى الإِسْلاَمِ .فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –

« أَتَرُدِّينَ عَلَيْهِ حَدِيقَتَهُ » .

قَالَتْ نَعَمْ .قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –

« اقْبَلِ الْحَدِيقَةَ وَطَلِّقْهَا تَطْلِيقَةً »

Artinya:

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu bahwasanya; Isteri Tsabit bin Qais datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, tidaklah aku mencela Tsabit bin Qais atas agama atau pun akhlaknya, akan tetapi aku khawatir kekufuran dalam Islam.”Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Apakah kamu mau mengembalikan kebun miliknya itu?”

Ia menjawab, “Ya.”Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Terimalah kebun itu, dan ceraikanlah ia dengan talak satu.”

Penjelasan :

Hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari, bab ath-Thalaq, no. 4947; dan Sunan Ibnu Majah, bab ath-Thalaq, no. 2056.

Wanita dalam hadits di atas (istri Tsabit bin Qais) adalah Jamilah binti Ubay, dia membenci suaminya.

Kandungan hadits :

Pertikaian jika terjadi di pihak istri maka boleh khulu’ dan membayar fidyah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Tsabit bin Qais mematahkan tangan istrinya, kemudian saudara si istri mengadukan hal itu kepada Rasulullah. Dalam sebuah riwayat bahwa dulu maharnya adalah dua kebun, maka Rasulullah berkata kepada Qais, “Ambillah dua kebunmu itu lalu ceraikanlah dia” maka Qais pun melakukannya.