Doa Istiftah


عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَسْتَفْتِحُ صَلاَتَهُ يَقُولُ

« سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ».

ثُمَّ يَقُولُ

« لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ».

ثَلاَثًا ثُمَّ يَقُولُ

« اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا »

 ثَلاَثًا

« أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ »

 ثُمَّ يَقْرَأُ

Artinya:

Dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu Anhu dia berkata; bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam membaca doa istiftah dalam shalatnya dengan mengucapkan,

“Subhaanaka Allahumma Wabihamdika Watabaarakasmuka Wa Ta’aala Jadduka Walaa Ilaaha Ghairaka (Maha suci Engkau, ya Allah, aku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu, Maha berkah nama-Mu, Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain Engkau).”

kemudian membaca:

“Laa Ilaaha Illallah (tidak ada ilah selain Allah) sebanyak tiga kali, kemudian membaca: “Allahu Akbar Kabiira (Allah Maha besar benar-benar Maha besar).” sebanyak tiga kali.

(kemudian membaca):

A’uudzu Billahis Samii’il ‘Aliim Minas Syaithaanir Rajiim Min Hamzihii Wanafkhihi Wa Naftsihi (Aku berlindung kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari goda’an syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang jelek),”

kemudian beliau membaca (surat Al-Qur`an).”

Penjelasan :

Hadits ini terdapat dalam Sunan Abu Dawud, bab ash-Shalat, no. 775; Sunan at-Tirmidzi, bab ash-Shalat, no. 242; dan Sunan Ibnu Majah, bab ash-Shalat, no. 804.

Makna kosa kata:

  •           Ta’ala Jadduka : Maha Tinggi keluhuran-Mu.
  •           Hamzi asy-Syaithan : kegilaan syetan.
  •           Nafkhihi : kesombongannya
  •           Nafatsihi : keburukannya
  •           Asy-Syaithan : yang membangkang.

Kandungan hadits :

Hadits ini menjelaskan tentang bacaan doa istiftah di dalam shalat. Banyak sekali redaksi lainnya dari doa ini yang dibaca setelah takbiratul ihram. Semuanya boleh dan disunahkan. Dalam doa ini mengandung pengagungan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.