Hak Istri Atas Suami


عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ حَيْدَةَ الْقُشَيْرِىِّ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا حَقُّ زَوْجَةِ أَحَدِنَا عَلَيْهِ , قَالَ :

« أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِى الْبَيْتِ »

Artinya :

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al-Qusyairi Radhiyallahu Anhu, ia berkata; aku katakan; wahai Rasulullah, apakah hak isteri salah seorang diantara kami atasnya? Beliau berkata,

“Engkau memberinya makan apabila engkau makan, memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, janganlah engkau memukul wajah, jangan engkau menjelek-jelekkannya (dengan perkataan atau cacian), dan jangan engkau tinggalkan kecuali di dalam rumah.”

Penjelasan :

Hadits ini terdapat dalam Sunan Abu Dawud, bab an-Nikah, no. 2142; dan Sunan Ibnu Majah, bab an-Nikah, no. 1850.

Makna tuqabbih adalah jangan engkau mengatakan “qabbahakallah” (Semoga Allah memburukkanmu)

Kandungan hadits :

Kewajiban berbuat baik kepada istri, berinteraksi dan bergaul dengan makruf, serta kewajiban memberi nafkah dan pakain yang baik kepada mereka, tidak menyakitinya dan meluruskannya dengan baik.