Menyampaikan Ilmu


عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُولُ :

« نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ »

Artinya:

Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu Anhu berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperindah orang yang mendengar hadits dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.”

Penjelasan

Hadits ini terdapat dalam Sunan Abu Dawud, bab al-Ilmu, no. 3660, Sunan at-Tirmidzi, bab al-Ilmu, no. 2658, dan Sunan Ibnu Majah, bab al-Muqaddimah, no. 230.

Makna kosa kata:

Nadhdhara : doa agar dianugerahi kenikmatan.
Hadits ini menjelaskan tentang menyampaikan ilmu, keutamaan menghafalnya dan menyampaikannya kepada orang lain sehingga mereka bisa mengambil manfaatnya, serta mengajarkannya dan mengambil hukum-hukum keagamaan darinya.