Malu Sebagian Iman


عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِىَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ وَهُوَ يَعِظُ أَخَاهُ فِى الْحَيَاءِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ –

« دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإِيمَانِ ».

Artinya :

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah melewati seorang laki-laki Anshar yang sedang menasihati saudaranya karena sikap malu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian bersabda,

“Biarkanlah ia, sesungguhnya malu itu bagian dari iman.”

Penjelasan :

Hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari, bab al-Adab, no. 5767; Shahih Muslim, bab al-Iman, no. 36; Sunan at-Tirmidzi, bab al-Iman, no. 2618; Sunan Abu Dawud, bab al-Adab, no. 4795; dan Sunan Ibnu Majah, bab al-Muqaddimah, no. 58.

Kandungan hadits :

anjuran memiliki sifat malu, yang merupakan akhlak para nabi. Sebagian orang beranggapan bahwa sifat malu tidak berguna. Padahal, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa malu itu bagian dari iman, dan semua kebaikan itu untuk orang yang beriman, baik agama maupun dunianya.